Empat puluh satu

27 5 0
                                    

Key tersenyum lebar menatap mobil Bintang yang melaju pergi.
Gadis itu menggigit bibirnya pelan, rasanya hatinya nyaris meledak karena bahagia.Hari ini rasanya seperti mimpi.

Key melangkah masuk masih dengan senyuman yang sama, tepat saat kakinya menyentuh lantai ruang tamu, sebuah suara menghentikan nya.

  "Dari mana lo? "
Key menoleh, mendapati Raka yang duduk di sofa dengan tangan terlihat di depan dada.
Key nyengir, dia belum menceritakan soal Bintang pada cowok itu.

  "Gu-gue da-"
  "Jadi,bisa lo jelasin tentang status lo sekarang? "
Key terdiam, nada suara itu terdengar dingin,Raka menatapnya tajam.
  "Gu-gue sama Bintang-"
  "Kenapa lo gak pernah cerita? "
Raka bangkit,Key meremas ujung sweater nya, dia merasa takut dengan tatapan itu.

  "Bu-bukan gak mau Ka, gu-gue"
  "Lo menganggap gue gak penting, iya kan? "
Key menggeleng cepat, kenapa Raka jadi sentimental begini?
  "Bu-bukan Ka, gue cuma belum sempat, lo selalu sibuk dengan dunia lo, untuk ngobrol aja udah jarang! "

Raka terdiam, tangan nya terkepal erat.
  "Jadi, lo marah dan gini cara lo balas dendam?pergi dengan cowok lain? "
Key menatap Raka tidak paham,
  "Cowok lain? Bintang bukan-"
  "Dia ngambil lo dari gue, Key! "
Bentak Raka, membuat Key sedikit mundur, takut.
Melihat wajah ketakutan Key, Raka menghela nafas frustasi.
   "Gue... Gak mau kehilangan" Ucapnya lirih lalu berjalan pergi meninggalkan Key yang menahan air matanya.
Itu.. Seperti bukan Raka..
*
*
*
Key menatap guru yang sibuk menjelaskan tanpa selera.
Pertengkarannya dengan Raka semalam terus terngiang ngiang.

Itu membuat moodnya jelek hari ini, ditambah dia tidak melihat Bintang sejak pagi, sulit sekali bertemu karena kelas mereka di gedung yang berbeda.
Menyebalkan.

Teng! Teng!
Beruntung!
Key menutup bukunya lalu meletakkan kepalanya dia atas meja, segalanya terasa buruk hari ini.

Dia bahkan tidak mau melihat wajah Raka saat sarapan. Kenapa cowok itu bisa begitu sentimental,posesif?

Key menutup matanya, masih dengan wajah cemberut, tidak sadar akan dia sosok yang menatap nya bingung.

   "Key, lo kenapa? Murung banget hari ini? "
Anna memutar kursinya agar bisa menatap jelas gadis itu, sementara Wendy yang duduk di sebelah Key sibuk mengunyah permen karet.

   "Gak apa apa kok" Key mendongak sekilas, tersenyum seadanya lalu kembali menutup mata.

Anna tau ada yang salah,dia baru akan bicara lagi saat Wendy tiba tiba menjentikkan jarinya.
  "Oh iya, lo kemarin pergi bareng sama Bintang kan? Gimana?"

Kali ini Key benar benar mengangkat kepalanya,duduk dengan benar walau masih tidak bersemangat.

   "Seru, kami ke kebun binatang, terus makan ice cream, main game" Ucap Key, ingatan manis kemarin berputar di Kepala nya.

   "Wait, kebun binatang? Kalian kencan ke kebun binatang? " Wendy menaikkan sebelah alisnya

   "Iya, gue yang minta, aneh? "
Seketika tawa Wendy menyembur sementara Anna memutar bola mata jengah melihat Wendy yang tertawa sampai sudut matanya berakhir.Hal itu berakhir membuat Key semakin cemberut.

   "Haha, sorry, gue kelepasan, tapi itu gaya lo banget ya! "
Key mendengus,
Anna menyentuh tangan Key pelan,
   "Gak usah lo denger, yang terpenting lo menikmati itu"
Key tersenyum tipis lalu mengangguk pelan.
Wendy nyengir,
   "Iya, maaf ya udah ketawain lo"
Key mendengus lagi, membuat Wendy kembali tertawa.

   "Oh iya, lo belum bayar pajak jadian! " Wendy berseru heboh.
Key mendelik, tidak setuju dengan ide itu.

   "Yang ini gue setuju, yuk ke kantin! " Anna bangkit dari kursinya, membuat Key menatap tidak percaya, yang benar saja!
Wendy berseru girang, lalu mengekiri Anna.
Mau tidak mau,Key mengekor, dari pada diamuk massa.
*
*
*
   "Wih, berdua aja nih?" Haikal diikuti Vian menyapa dua orang yang sibuk dengan makanan masing masing
Bintang beralih dari baksonya, begitupun Bagas yang duduk di depannya.

Key dan RaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang