6. Tasya

98 14 0
                                    


Tidur untuk melanjutkan mimpi, atau bangun untuk mewujudkan mimpi.


Hari minggu adalah hari dimana semua orang bisa bersantai-santai ria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari minggu adalah hari dimana semua orang bisa bersantai-santai ria. Menikmati makanan atau aktivitas yang membuat dirinya senang, tanpa memikirkan pekerjaan atau pelajaran yang bisa membuat kepala pusing tujuh keliling.

Namun, tidak untuk seorang gadis berpostur tubuh semampai ini. Yang seharusnya sebagai pelajar, dihari minggu bisa menghabiskan waktu ditempat keramaian seperti mall besar, atau tongkrongan yang biasa dikunjungi oleh para remaja seperti caffe. Gadis ini hanya bisa memegang sapu dan alat pel.

Setelah membersihkan pakaian dan mencuci piring, menyapu dan mengepel adalah aktivitas berikutnya. Orang tuanya pernah bilang, dia boleh melakukan apapun atau meminta apapun asal dihari minggu ia membantu orang tuanya bekerja.

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, gadis itu bergegas mandi setelah mendapat panggilan dari seseorang. Merasa semua sudah siap, ia bergegas ke arah dapur menghampiri sosok wanita paruh baya yang tidak lain adalah ibunya sendiri.

"Ma, minta duit dong," ucapnya dengan wajah melas seraya menjulurkan telapak tangan.

Wanita yang dipanggil mama itu pun menoleh. "Duit terus, buat apa?" tanya wanita itu sambil mencermati pakaian anaknya. Cold shoulder. Atasan yang dibagian bahunya terbuka dipadukan dengan celana jeans panjang hitam dan membiarkan rambut panjangnya terurai. "Mau kemana kamu pakai pakaian seperti ini?!" tanya wanita itu lagi.

Ana menderetkan giginya seraya bergelantungan dilengan wanita yang tidak lain mamanya itu.

"Mau ke mall sama temen ma, kasih duit ya, nggak banyak kok, cuma lima ratus ribu aja,"

Wanita yang dipanggil mama itu membulatkan mata tak percaya. Lima ratus ribu, cuma? Dasar bocah edan!

Wanita itu menggelengkan kepala. Menatap tajam gadis disampingnya itu yang tidak lain ada anaknya sendiri. "Nggak ada, mama belum gajian bulan ini. Lagian ngapain kamu pakai pakaian seperti ini. Ingat, kamu cuma anak pembantu, bukan anak orang kaya,"

Ana melepas tangannya yang bergelantungan itu. Wajahnya berubah menjadi lesu. "Terus kenapa kalo aku anak dari seorang pembantu? Anak pembantu juga manusia kan, bebas melakukan apapun atas haknya," jawabnya tanpa menatap kearah ibunya.

Ana lalu bergegas dari posisinya ketika melihat seseorang yang turun dari tangga. "Kalo nggak ada, ya udah nggak usah," ucapnya sebelum ia benar-benar pergi. Setelah itu, ia mengejar sosok yang turun dari tangga menuju kearah pintu depan rumah.

"Devan tunggu!"

Ana berteriak memanggil sosok tadi. Kini ia sudah berada didepan cowok itu seraya merentangkan kedua tangannya, menghalangi langkah Devan.

DEV'ANA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang