[9] Airmata yang jatuh

494 39 1
                                    


"Bersyukurlah kamu memiliki keluarga harmonis, walaupun hidupmu sederhana."

_MY DREAM_
@nunungayuerna9

🌈🌈🌈

Zara ketiduran di rumah Sasa, dia kelihatan sangat lelah, tidurnya pun sangat pulas sekali, sampai Sasa yang melihatnya pun tak tega untuk membangunkannya.

Sudah lebih 10x panggilan dari Aisyah tidak di angkat oleh Zara. Karena masih terlelap tidur. Lalu Sasa memberanikan diri untuk membangunkan sehabatnya, Sasa takut orang tuanya Zara khawatir.

"Ra ?" Panggil Sasa seraya mengoyang-goyang tubuh Zara. "Ra bangun, Ummi kamu telfon."

Zara pun membuka matanya. "Eh lo kok dikamar gue ?" Tanya Zara terkejut.

Sasa menghela nafas gemas, dia tau kalau nyawa sahabatnya belum kumpul, jadi pertanyaanya masih ngawur. "Nih Ummi kamu telfon dari tadi." Sahut Sasa sembari menyodorkan ponselnya ke Zara.

Zara mengambil ponselnya lalu menerima panggilan dari Umminya itu. "Hallo, Assalamualaikum Mi."

"Waalaikumsalam, Zara kamu bikin khawatir Ummi aja ! Udah 10x Ummi telfon kamu gak angkat-angkat. Kamu dimana Zara ? Udah siang belum pulang-pulang juga." Omel Aisyah membuat telinga Zara panas, dia baru sadar kalau dia ketiduran di rumah Sasa. Lalu Zara menatap sahabatnya dengan senyum malu.

"Zara ketiduran di rumah Sasa Mi."

"Udah makan belum ?"

"Belum Mi, eh udah tadi Mi." Zara terpaksa bohong pasalnya kalau dia bilang belum makan pasti sudah di suruh pulang oleh Aisyah.

"Mau pulang jam berapa ?"

"Nanti sore Mi. Udah dulu ya Mi Assalamualaikum." Ucap Zara seraya menutup telfonya.

Zara menatap sahabatnya. "Sasa, ini jam berapa ?"

"Jam satu siang." Balasnya.

"Astagfirullah ! Lo kok enggak bangunin gue sih." Decak Zara.

"Mau bangunin gimana ? Orang lu tidurnya pules banget. Gue kan jadi kasihan."

Zara beranjak dari tempat tidurnya. "Ra aku numpang mandi ya ?" Ucap Zara seraya masuk ke kamar mandi padahal Sasa belum mengizinkan tapi Zara sudah masuk duluan. Sasa yang melihat kelakuan Zara hanya geleng-geleng lalu bermain kembali dengan ponselnya.

Setelah selesai mandi Zara meminjam baju Sasa tanpa izin.

"Woy maliinngg !" Teriak Sasa.

"Elah pinjem nanti gue balikin ah !" Sahut Zara tanpa rasa bersalah.

"Enggak sholat ?" Tanya Sasa.

"Sholat dong, yuk anterin ke musholah."

Sasa pun mengantar Zara ke musholah yang terletak di dekat dapurnya. "Sepi amat rumah lu Sa, kaya rumah tak berpenghuni."

"Ibu sama Ayah gue lagi di luar kota. Gue cuma sama pembantu di rumah." Sahut Sasa.

"Oh, yaudah gue sholat dulu bentar." Balasnya.

Sasa mengangguk. Lalu dia duduk di meja makan dengan tatapan kosong. Dia membayangkan hidupnya saat ini.
Sasa adalah anak tunggal seperti Zara, Ibu dan Ayahnya Sasa seorang pengusaha yang sukses. Dia terlahir dari keluarga orang kaya. Harusnya dia bahagia tapi nyatanya tidak, Sasa sering kesepian karena sering ditinggal oleh orang tuanya keluar kota untuk mengurus bisnisnya. Kasihan Sasa, dia suka sedih tiap kali melihat Zara dengan keluarganya, mereka terlihat begitu harmonis, orang tuanya begitu perhatian kepada Zara, Baik dan pengertian dengan kemauan Zara. Beda dengannya Sasa hanya bisa video call untuk melepas rindu kepada orang tuanya. Orang tuanya selalu membelikan barang-barang mewah untuknya tanpa dia minta. Padahal Sasa hanya ingin kumpul bersama, makan malam bersama, ngobrol bersama tapi itu sangat sulit. Orang tuanya selalu sibuk dengan bisnisnya. Jarang ada waktu untuk Sasa. Itu yang membuat Sasa sangat sedih.

Selesai sholat Zara keluar dari mushola. Dia menatap Sahabatnya yang sedang melamun di meja makan. Tadinya Zara berniat untuk ngejutkan Sasa tapi ia urungkan niatnya setelah melihat Sasa menteskan airmata. Zara menghampiri Sasa lalu duduk di sampingnya. "Sa lu enggak papa ?" Tanya Zara khawatir.

Tangis Sasa pecah. "Ra ? Hiks.. hiks.. hiks.." ucapnya dengab bibir yang bergetar.

"Iya Sa." Sahut Zara panik melihat sahabatnya menangis.

"Aku iri sama keluarga lo, yang selalu ada buat lo, yang perhatian sama lo, yang peduli sama lo, sayang banget sama lo. Dan gue apa Ra ? Enggak ada yang peduli sama gue ! Gue cuma punya lo yang setia dengerin curhatan gue hiks.. hiks.. hiks.. " Balas Sasa sembari terus menangis.

"Astagfirullah. Istighfar Sa ! Gak boleh ngomong gitu, dia orang tua kamu, yang lahir kamu, yang ngebesarin kamu. Durhaka kalau ngomong gitu." Sahut Zara terkejut.

"Kalau orang tua yang bener itu, dia selalu ada kalau gue butuh ! Harusnya dia ada disini nemeni gue bukannya pergi keluar kota."

"Dia keluar kota bukan untuk jalan-jalan tapi mereka nyari uang buat kamu Sa, buat memenuhi kebutuhan kamu. Kamu harusnya bersyukur punya orang tua yang pekerja keras." Balas Zara tenang. "banyak diluar sana tidak memiliki orang tua, mereka ditinggal orang tuanya sejak kecil dan bahkan dia belum sempat melihat wajah orang tuanya sendiri. Walaupun hidup sebatang kara tapi dia selalu bersyukur. Dengan bersyukur mereka merasa tentram dan bahagia. Kamu tau Sa, kebahagiaan itu tercipta dari diri kita sendiri bukan orang lain yang menciptakan kebahagian itu. Kamu harus pandai-pandai bersyukur masih punya orang tua lengkap dan masih bisa bertemu mereka walaupun itu jarang. Nanti ada saatnya kamu akan tau betapa sedihnya ketika ditinggal orang tua untuk selama-lamanya, disitu kamu baru tau apa arti sebuah kehilangan yang sesungguhnya." Lanjutnya.

Tangis semakin menjadi jadi lalu Zara memeluk Sasa dengan pelukan hangat. Untuk menenangkan hatinya yang terluka itu.

"Makasih Ra udah mau jadi sahabat gue, cuma lo yang mau dengerin curhatan gue."

"Iya iya. Kalau lo mau cerita, cerita aja sama gue pasti gue dengerin. Tapi kalau masih kurang, ngaduhlah sama Allah di setiap sholat mu. Dia Maha mendengar, lagi Maha mengetahui hambanya." Nasehatnya.

Sasa melepaskan pelukannya dengan sigap Zara mengusap air mata Sasa. "Udah-udah jangan nangis. Malu sama kucing meong.. meong." Ucap Zara berusaha menghibur sahabatnya.

Sasa tersenyum, dia sangat bangga memiliki sahabat yang baik, perhatian dan peduli terhadapnya.

🌈🌈🌈

Bahagialah kamu memiliki keluarga yang harmonis, walaupun hidup sederhana.

Banyak mereka yang hidup kaya uang berlimpah tapi tidak tau kehabagiaanya yang sesungguhnya.

Sedih ya gaes kehidupan Sasa yang sebenarnya. Di balik centilnya Sasa ternyata dia orang kesepian dan haus akan perhatian orang tua.

Jangan lupa vote dan komen ya kak ❤🌹

🌈🌈🌈

🌈_PangeranDalamDoa
🌈 @nunungayuerna9

PANGERAN SYNDROMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang