[21] Tentang rasa

396 27 3
                                    

"Bahagia itu ketika pujaan hati memberi perhatian kecil. Tak perlu bunga dan cokelat, cukup bilang jangan lupa istirahat saja sudah bahagia sampai ke ubun ubun."

_MY DREAM_
@nunungayuerna9

🌈🌈🌈

Pagi ini udara terasa dingin sekali, bulu kuduk juga ikut berdiri ketika tertiup angin. daun daun di atas pohon mulai berguguran, terbang mengikuti arah angin. Musim sudah panca robah, daya tahan tubuh juga mulai menurun seperti halnya Zara, kini dia sedang dilanda flu, pilek dan sesekali dia juga bersin. Aktivitasnya sedikit terganggu tapi walaupun begitu ia tetap harus berangkat ke kampus sebab ada tugas dari dosen killer yang harus dikumpulkan hari ini, mau tidak mah ia harus mengumpulkan sekarang.

Di lorong koridor kampus terlihat Zara berjalan sendirian sembari clingukan mencari sosok sahabatnya yang dari tadi tidak kelihatan. "Sasa dimana yaa ?" Desah sembari menyapu pandangan.

Di persimpangan jalan tiba-tiba Sasa muncul dibalik tembok kelas. "Astagfirullah," kata Zara terkejut.

"Zara !" Ucapnya sedikit menekan. "sana cepet kumpulin tugasnya, sudah ditungguin Pak Indra di kantor." Sambung Sasa tergesa gesa.

Haadziimmm..! Zara menutup hidungnya lalu mengusap ingusnya dengan tisu. "Anterin dong."

"Aduh Ra aku udah kebelet banget, maaf ya aku duluan." Cengir Sasa seakan menahan sesuatu.

"Hiyaa Sasa." Rengek Zara sembari melihat sahabatnya pergi begitu saja.

Zara menghela nafas lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kantornya Pak Indra.

Hadziimm..! "Duh meler lagi." Kata Zara sembari mengelap hidungnya dengan tisu.

Zara menghela nafas panjang. "Huuft, pingin tidur. kalo bukan tugas saja kaya nda berangkat deh lemes banget."

Sesampai depan kantor Zara hendak mengetuk pintu tiba-tiba Nizam muncul dibalik pintu mengejutkan Zara. Lalu mereka berdua saling kontak mata, hingga detik selanjutnya Zara bersin menyadarkan Nizam lalu ia mengucap istigfar lirih.

"Kamu sakit ya ?" Tanya Nizam.

"Eh enggak kok sehat." Balasnya sembari menunjukan deretan giginya.

"Itu hidungnya merah."

"Ah ini gara-gara meler. Oh ya Pak Indra ada di dalem ?" Ucap Zara gugup, mungkin dia sedang nervous karena bertemu pujaan hati disaat ia sedang tidak vit.

"Oh Pak Indra, beliau baru saja pergi. Katanya si ada keperluan sebentar." Kata Nizam.

"Mmm.. pergi ya. Padahal mau ngumpulin tugas kok ya."

"Sini kumpulin ke saya saja, nanti saya sampaikan ke Pak indra."

"Beneran nih ? Enggak repotkan mas Nizam ?"

"Enggak kok."

Zara buru mengelurkan makalah dari tasnya. "Tolong sampaikan ya." Ujar Zara sembari menyodorkan makalah ke arah Nizam.

Haadziimm..
"Ya sudah aku pamit dulu terimakasih." Ucap Zara sembari membalikan badan.

"Tunggu !"

PANGERAN SYNDROMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang