~ ❤️28 ~

617 44 2
                                    

Happy reading yaaa,,,,

Papa mama Azkia sudah kembali dari Bandung.
Hari ini pun pak Sunu kembali ke kantor. Semalam ketika sampai rumah, tak ada pertanyaan apapun tentang kejadian beberapa hari yang lalu dari sang papa. Azkia pun diam saja. Semua tampak biasa saja

Namun berbeda suasana di ruangan kerja pak Sunu. Yang kebetulan hari ini pak Sunu juga Arya tidak ada jadwal tugas keluar kantor. Jadilah keduanya berada di kantor, dalam satu ruangan namun sepertinya sedang perang dingin. Tak nyaman. Itu yang dirasakan. Namun, Arya cukup menghormati papa Azkia itu sebagai atasannya. Jadi dia tak mau membahas apapun tentang urusan pribadi di kantor. Lebih tepatnya saat jam kerja.

Pak Maryanto yang juga ada dalam ruangan, juga merasakan aura tak biasa antara kedua rekan kerjanya tersebut. Yang notabene adalah calon mertua dan calon mantu.

"Ini pada kenapa sih...?" Celetuk pak Maryanto

"Kenapa apanya Mar." Sahut pak Sunu. Sedangkan Arya hanya diam. Karena kebetulan dia sedang fokus pada ketikan berkas berkas di depannya.

"Ya, ajak bapak mertuamu nyate sana. Biar bisa senyum dia. Udah jam makan siang kok. Apa harus aku temenin juga. Hahahaha"

"Ayolah kita nyate depan PLN sana!" Pungkas pak Maryanto lalu mengajak kedua rekannya itu.

Sampai di warung sate yang tak begitu jauh dari kantornya, pak Maryanto sengaja terus di dekat si penjual yang sedang membakar berpuluh puluh tusuk sate. Seolah memperhatikan, padahal sebetulnya hanya memberi kesempatan pak Sunu dan Arya menyelesaikan permasalahan mereka. Saat jam makan siang, di jamin pasti saja penuh warung itu. Jadi antri banyak.

"Pak, saya minta maaf atas kejadian kemarin. Saya yang salah. Saya akan bertanggung jawab. Azkia tidak salah. Tolong jangan marahi Kia. Bapak bisa lakukan apa saja ke saya. Saya terima sebagai konsekwensinya." Tutur Arya memulai. Sebagai lelaki dia akan mengakui kesalahan.

"Kamu bener mau tanggung jawab?" Balas pak Sunu santai

"Iya. Sekalipun kami memang tidak melakukan hal apapun yang melanggar aturan. Namun saya akan bertanggung jawab bila Bapak memang mengharuskan saya bertanggung jawab."

"Tapi kamu kan tahu Kia masih sekolah. Gimana?"

"Kalau memang karena menikah Azkia tidak bisa melanjutkan sekolah, saya tetap menerima apa adanya. Saya mencintai Azkia tulus. Saya akan tetap bertanggung jawab hidup Kia kedepannya."

"Aku percaya kok. Sudah. Terim kasih malah kamu sudah menunjukkan tanggung jawab kamu dengan masalah ini. Kamu tetap berusaha melindungi Azkia. Ga mau Azkia aku marahi. Padahal aku juga mungkin marahi anak ku kok Ya." Pak Sunu sambil menepuk mantap bahu Arya.

"Biarlah Kia selasaikan dulu sekolahnya. Kalau dia sudah lulus, kalian mau nikah silakan. Ga apa apa. Aku malah senang daripada cuma pacaran ga jelas."

"Terima kasih Pak. Tapi jika berkenan, saya bermaksud ingin melamar Azkia. Setidaknya akan ada ikatan setelah itu."

"Alhamdulillah. Bagus. Ga apa apa. Tapi, ya kalau kamu mau segera mungkin cuma antara keluarga inti saja. Karena kalau mau bikin acara, terus terang sepupu Kia juga lagi pada mau tunangan. Bahkan kamu juga tahu kan si Eko juga mau nikah."

"Tidak masalah Pak jika Bapak berkenan. Saya akan mengajak orang tua saya sowan kerumah Bapak."

"Coba nanti tak bicara sama mamanya dulu ya."

"Iya Pak. Saya tunggu kabar dari Bapak. Dan niat saya ini, Kia memang juga belum tahu."

"Lhooo harusnya ya kamu bicarakan dulu sama dia. Yang mau kamu lamar kan Kia."

JODOH    (selesai) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang