7-Canda Tawa

52 11 8
                                    

"Hahaha"Tawa Sisil pecah saat ia membaca komik sambil berbaring di kasurnya.

"Kikikikik hahaaaa"tawanya semakin menjadi-jadi.

"Aduh udah perut gue sakit"Gumamnya sambil memegangi perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa.

"Hahaaaaa"ia kembali tertawa sambil memukul bantalnya dengan keras.

"Sisil!!"teriak pria paruh bayah di depan pintu kamarnya

"Kenapa?"tanya Sisil polos lalu melanjutkan kegiatannya.

Abraham mengedarkan pandangannya melihat keadaan kamar cucu perempuannya. Seketika ia menggelengkan kepalanya.

"Apa-apaan itu!"Teriaknya dengan keras.

"Sampah dimana-mana, baju kotor kenapa berceceran kaya gitu, itu lagi bukunya kenapa berantakan"Omelnya sambil menunjuk setiap barang yang ia lihat.

"Hustttt"perintah Sisil agar eyang nya diam.

"Sisil!!!!"

"Kenapa sih eyang?"

Abraham mengelus dadanya menahan diri untuk terus bersabar menghadapi cucu semacam Sisil ini.

"Kamu tuh anak gadis Sisil, kamu harus bersih nggak boleh malas!! Kamar kamu tuh udah persis kaya kandang ayam! mungkin lebih bersih kandang ayam" ujarnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Bagus kamar Sisil daripada kandang ayam!"sahut Sisil dengan kesal.

"Bagus apanya! Kecoa juga nggak akan betah tinggal di kamar kamu!"

"Udah deh eyang jangan marah terus, tahun depan Sisil rapihin"ucapnya mengalah

"Kamu!tahun depan?hah?"tanya Abraham tak percaya.

Sisil pun beranjak dari kasurnya hendak mengusir sang eyang.

"Udah eyang keluar Sisil mau lanjut rebahan, eyang istirahat, besok harus pergi ke kantor kan, nanti eyang sakit kalau marah-marah terus, kalo eyang sakit Sisil yang repot"Ucapnya tanpa memperdulikan amarah eyang nya, ia mendorong punggung Abraham dengan pelan agar keluar dari kamarnya.

"Sisil eyang belum selesai"Desaknya saat tubuhnya di paksa pergi.

"Sisill!!" Akhirnya Sisil berhasil mengeluarkan sang eyang dari kamarnya.

"Udah eyang istirahat, bye-bye" Ucap Sisil sambil mengecup lembut pipi Abraham, ia sangat sayang pada sosok pria itu, semenjak ayahnya meninggal ia yang selalu menjaganya dan sosok yang sabar menghadapi semua sikapnya.

Sisil menutup pintu kamarnya sebelum mendapat semburan lagi dari sang eyang.

"Kamar kaya istana gini di bandingin sama kandang ayam!"gumamnya sambil menatap ruang kamarnya yang berantakan, ia terkekeh niat membereskannya adalah satu tahun lagi, ia pun kembali membaca komiknya.

Abraham menghembuskan nafasnya. Ia beralih membuka ruangan di samping kamar Sisil.

'Cklek'

Pintu kamar terbuka, ia menghidupkan saklar lampu di sebelah pintu ruangan itu, ia mengembangkan senyumnya ketika melihat banyak lukisan-lukisan karya sang cucu, ini adalah ruangan khusus milik Sisil. Abraham senang Sisil masih mau melakukan hal yang ia sukai, semenjak Reyhan meninggalkan Sisil, gadis itu menjadi menutup dirinya.

Tapi ia tak terlalu khawatir karena Sisil tak melampiaskan dengan hal-hal yang tidak baik, Sisil masih tau batasan. Ia beranjak pergi dari ruangan itu, tak lupa ia mematikan lampu serta menutup kembali pintunya.

"Hahaaaaaaa"Tawa Sisil menggelegar sampai terdengar dari luar. Abraham yang mendengarnya pun tersenyum bahagia karena Sisil masih bisa tertawa lepas meskipun dengan banyak kesedihan yang ia rasakan.

Lean On My ShoulderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang