32-Lean On My Shoulder

26 7 6
                                    


Maaf jika banyak typo dan kesalahan yang lain 😁🙏🙏

Happy Reading 💙

Sisil menatap pantulan dirinya di cermin, ia memperhatikan penampilannya. Setelah di rasa cukup ia segera bergegas keluar dari kamarnya untuk menemui teman-temannya yang sudah menunggu dari tadi. Hari ini ia terlambat bangun, ia juga lupa ada janji untuk mencari perlengkapan melukis.

Ia tersenyum kikuk melihat tatapan dari teman-temannya, apalagi lirikan tajam dari Abraham membuat dirinya tak mampu berkutik.

"Astaga Sisil kamu bikin malu eyang!!Maafin Sisil ya semuanya, di rumah dia emang seperti ini!!apa di sekolah juga seperti ini??"tanya Abraham menatap semua teman Sisil.

"Iya eyang, Sisil juga sering tidur di kelas"ucap Boby tanpa rasa takut. Sedangkan Rafa dan Vera hanya diam menyimak.

Sisil mengepalkan tangannya dengan kuat, ingin sekali ia meninju perut buncit milik Boby.

"Dengar itu Sisil!! kenapa kamu melotot gitu?!harusnya kamu malu!!"

Sisil menarik lengan Abraham agar ia cepat pergi.

"Udah deh eyang pergi, nanti nggak beres-beres kalau eyang marah terus. Nanti kalau eyang darah tinggi gimana kan Sisil.."

"Kan Sisil yang repot!!sejak kapan eyang repotin kamu hah?!bukannya kamu yang selalu repotin eyang!!"

Sisil berdecih, sekarang eyang sudah pandai melawan dirinya. Sisil melirik ketika mereka semua menertawainya.

"Ya udah eyang mau istirahat kamu yang rajin yah"ujar Abraham mengalah lalu pergi meninggalkan mereka.

"Cucu durhaka lo!!"cibir Boby sambil menahan tawanya.

Sisil menatap tajam ke arah Boby, andai ia punya kekuatan super sudah ia musnahkan Boby dari muka bumi ini.

"Udah kita mulai aja, udah siang juga"ucap Rafa mengintruksikan perkelahian mereka.

Sisil tertegun mendengar suara bas milik pria itu. Ia baru sadar jika Rafa ada di sini, ia merasa sangat malu.

"Kita mau bahas peralatan apa aja yang di butuhkan sama beli peralatannya kan??"tanya Vera menimpali.

Mereka semua mengangguk.

"Ya udah Sisil aja yang menentukan dia kan yang lebih paham"

Sisil menatap Vera penuh selidik, ia tidak seperti biasanya. Satu kelompok dengannya tidak terlalu menyebalkan.

"Emm gue cuma butuh kanvas, palet, cat minyak, sama kuas itu aja sih, soalnya yang lain gue punya sendiri"

Semua menggangguk paham, ya mereka hanya patuh saja pada Sisil, toh mereka tidak tahu apa-apa mengenai seni lukis, hanya tau sekilas saja.

"Ya udah kita berangkat!"titah Rafa sambil beranjak dari sofa. Mereka semua mengikuti Rafa, dan berjalan keluar.

"Eyang Sisil pergi!! Assalamualaikum!!"pamit Sisil saat menutup pintu rumahnya.

Sisil mengekor di belakang mereka bertiga sambil memasukkan ponsel di slim bagnya. Ia menghentikan langkahnya ketika mereka semua berhenti, Sisil mengerutkan keningnya.

"Mobil siapa??"

"Rafa lah!!"jawab Boby dengan bangga, padahal yang punya mobil diam saja.

"Bukan punya gue, ini punya bokap kebetulan dia libur jadi gue boleh pinjam. Lagian kalau kita naik motor susah kan"jelasnya sambil membuka pintu mobilnya.

Lean On My ShoulderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang