Alya memberengut sebal sambil terus menyapu ruang kelasnya dengan ogah-ogahan."Kalau jadwalnya piket ajah semua sengaja berangkat siang!Nggak tanggung jawab banget sih!"gerutunya sendiri saat kelas masih sepi, hanya Alya yang baru berangkat.
"Pagi Bi sum"cibir Boby dengan tampang menyebalkannya yang baru masuk ke ruang kelas bersama siswa lain.
Alya menatap Boby dengan malas, kapan pria itu berhenti mencari masalah dengannya.
Ia terus melanjutkan kegiatannya dengan tidak ikhlasnya, tak butuh waktu lama ia pun selesai membersihkan ruang kelasnya yang terlihat tak cukup bersih. Iya gimana lagi, namanya juga nggak ikhlas.
Ia pun beralih menghapus tulisan di papan tulis dengan sebal, mana temannya yang punya jadwal piket sama dengannya.
"Pagi Al"sapa Fendi dengan cengiran khasnya.
"Pagi"jawab Alya cuek.
"Pagi-pagi tuh muka udah kaya sayur asem"Cibir Fendi sambil meletakkan tasnya.
Tak lama kemudian Aldo pun menyusul, dengan Lea di belakangnya. Alya hanya menatap mereka sekilas.
"Berisik lo fen!cepet lo piket!" Sahut Alya dengan kesal.
"Emang gue piket hari ini?" Tanyanya linglung.
"Nggak usah pura-pura amnesia!!"
Fendi hanya terkekeh sambil beranjak mengambil sapu. Alya lantas kembali ke tempat duduknya, karena tugasnya sudah selesai.
"Tumben lo nggak berangkat sama Rafa?"
Lea memutar tubuhnya kebelakang.
"Dia harus nganterin adeknya dulu, kelamaan kalau gue nunggu"jawabnya, Alya hanya mengangguk paham.
"Lo nyapunya kok Kaya gini sih Al, nggak bersih sama sekali"Dumel Fendi yang tengah menyapu.
"Suka-suka gue lah"
"Wah parah! kalau suami lo berewokan gimana?"tanya Fendi dengan jahil.
"Do lo mau muka lo yang ganteng itu berubah jadi berewokan saat lo jadi suami si Alya?"tambahnya dengan nada menggoda.
"Nggak usah bawa-bawa nama gue!"sahut Aldo dengan ketus.
Alya dan Lea menoleh ke arah Aldo yang tengah sibuk membaca buku, entah buku apa yang ia baca. Wajahnya terlihat tak ceria seperti biasanya.
"Aldo kenapa Al?"tanya Lea penasaran. Alya hanya menggeleng lalu menatap lurus ke depan. Lea yang mengerti suasana pun akhirnya kembali ke posisinya semula.
"Hmmm"Fendi berdehem menetralkan suasana, lalu kembali melanjutkan kegiatannya tanpa ocehan, tanpa komentar, tanpa bicara sedikit pun. Ia kunci mulutnya yang lemes itu sampai ia selesai menyapu.
Suasana kelas sudah mulai ramai, jam sudah menunjukkan pukul 06:55 lima menit lagi bel masuk berbunyi tapi Rafa yang biasa berangkat lebih awal hari ini belum menunjukkan batang hidungnya.
"Em fen Rafa nggak berangkat?"tanya Sindi dari bangkunya, Fendi pun menoleh kearahnya.
"Emm berangkat,mungkin dia telat coba deh lo tanya Lea "ujarnya lalu kembali fokus bermain game online nya.
Sindi menatap Lea dengan ragu, gadis itu kini tengah mengenakan earphone sambil menulis sesuatu, ia lebih baik menunggu pria itu datang, dari pada harus bertanya pada gadis itu.
Mungkin beberapa siswa takut untuk bertegur sapa dengan gadis itu, karena mukanya yang datar, rambut panjangnya yang hitam legam, serta kulitnya yang putih membuat semua orang bergidik ngeri untuk berteman dengan nya, apalagi ia sangat pendiam, tapi manusia memang lebih suka menilai seseorang hanya dari covernya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lean On My Shoulder
Teen FictionKisah tentang kehidupan Anastasya Prisilia seorang cewek Pemalas, cuek dan aneh, ia sangat menggemaskan dengan semua sifat konyolnya. Semua Lika liku kehidupannya ada di sini, dari broken home, persahabatan sampai kisah cinta segitiganya yang unik...