19-Kerasukan

28 10 5
                                    


Alya memasuki kelas, sepi. Hanya ada Rafa dan Lea di sana.

Ia tertunduk lesu, berharap sang mantan masuk hari ini.

Drap, Drap

Deru langkah dari belakang membuatnya menoleh.

"Aldo!" Ucapnya tiba-tiba dan tersenyum ceria.

Senyuman nya memudar ketika melihat wajah Aldo yang penuh dengan lebam.

"Do muk.."

Aldo melewatinya begitu saja. Ia mengembungkan pipinya coba menahan sedih.

"Muka lo kenapa?"tanya Rafa ketika melihat wajah Aldo yang seperti bungkus gorengan.

"Nggak papa"

Rafa hanya diam, mencoba tak bertanya lagi ia tau sahabatnya sedang ada masalah. Ia mencoba mencari waktu yang pas untuk bertanya padanya.

Alya duduk dengan lemas.

"Udah jangan galau gitu nggak cocok buat lo" ujar Lea yang sudah berada di bangku Sisil.

"Pagi Ratu bucin!!" sapa Boby pada Alya.

Ini cibiran bukan sapaan!

"Pagi  Nona Limbad" ujarnya pada Lea

Mereka menatap pria itu dengan tajam.

"Eh-eh selow atuh, itu mata tajem binggo, buat ngiris bawang di rumah bisa kali yah"  ujarnya tanpa rasa takut sedikitpun

"Buat ngiris mulut lo!!" Rutuk Lea sebal.

"Aww neng akuttt"

"Berisik banget sih bob! Kalau lo masih mau hidup nggak usah banyak ngomong?!" Ucap Alya dengan emosi.

Kenapa si gendut ini selalu mengganggunya,Heran!

Boby memanyunkan bibirnya, ia mengalah demi kelangsungan hidupnya

Semua siswa mulai berdatangan.

Sindi menghampiri meja Rafa.

"Em raf?" Tanya nya dengan ragu.

Rafa mendongak.

"Kenapa?"

"Ini" ujarnya dengan menyodorkan tupperware

"Ini nasi goreng, aku masak sendiri semoga kamu suka" ucapnya dengan nada yang sengaja ia imutkan, aku kamu lagi elah.

"Gue ud...."

"Ya udah aku mau piket, jangan lupa di makan" ujar Sindi memotong ucapan Rafa.

Rafa menatap malas tupperware di hadapannya.

Kenapa semua fans nya selalu memberi nya makanan, apakah mereka ingin melihat Rafa menjadi gendut? Atau sebegitu menyedihkan wajahnya?

"Wowww apa tuh!"

Ck, Si kampret.

Rafa langsung menutup tupperwarenya dengan buku yang sedang ia baca.

"Gue mau liat!" Ucap Fendi memaksa. Ia terus menarik buku yang Rafa jadikan penghalang.

"Nggak!!!"

"Raf pelit lo!"

"Gue nggak ikhlas kalau buat lo!"

"Lo nggak mau ngasih makanan sama kaum Duafa kaya gue?" Ucapnya memelas.

"Muka gedongan kaya lo, kenapa selalu minta dikasihani sih??" Tanya Rafa dengan terus mempertahankan tupperwarenya.

Lean On My ShoulderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang