14- Homo or normal?

43 9 6
                                    

Rafa menghela nafas panjang. Melihat surat-surat dan hadiah yang di berikan para fans di laci mejanya.

"Stok cokelat di rumah masih banyak" ujarnya bingung, mau dia apakan cokelat-cokelat ini.

"Wih mantap bang, dapet cokelat banyak nih" ucap Fendi yang baru memasuki kelas.

Rafa menatap pria itu jengah, seperti jalangkung saja, tiba-tiba nongol tiba-tiba ngilang.

"Gue minta dong" ucap Fendi yang sudah mengambil beberapa coklat Rafa terlebih dahulu.

"Ck, udah lo ambil kenapa baru ngomong!?"

"Yang penting gue udah ngomong kan"

"Sini!!"

Rafa meminta kembali cokelat miliknya.

"Nggak!! Lo pelit banget sih, itu kan masih banyak raf!"

"Lo juga pasti dapet banyak dari fans lo!" Ujarnya tak mau kalah

"Tapi ini kurang, gue minta dikit doang elah"

"Serakah!!"

"Bodoamat!! yang penting gue kenyang! Kalau kenyang hidup gue bahagia!" Ujarnya dengan mengembangkan senyumnya.

Sudahlah daripada ia harus meladeni temannya yang absurd itu, ia lebih baik merelakan beberapa cokelatnya.

Mamanya selalu meningkatkan agar ia selalu bersedekah kepada fakir miskin, anggap saja ya seperti itulah.

Ia kembali menaruh beberapa hadiah ke laci mejanya.

Kotor. Ia melihat keadaan kelasnya.

"Siapa yang piket nih?" Tanya Rafa pada cicak di dinding.

"Eh kambing! Lo mikir deh baru kita yang berangkat, mau lo tanya seribu kali pun nggak bakal ada yang nyahut!" Ujar Fendi dengan kesal.

"Kan ada lo!"

"Mana gue tau bang Rafa yang tamvan"

Rafa beranjak ke bangku Fendi, ia mendekatkan wajahnya ke wajah pria itu. Semakin dekat dan sangat dekat.

Fendi menahan nafasnya.

"Eh mau ngapain lo!" Ujarnya histeris

Gila ngapain main nyosor!

"Raff--" panggil sindi dengan ragu melihat mereka berdua dengan posisi seperti itu.

Ia baru saja berangkat tapi sudah di suguhi dengan pemandangan yang Astaghfirullah.

Mereka berdua menoleh, Rafa kembali menatap sahabatnya dengan jarak yang begitu dekat.

"Eh sin tolongin dong! Dia mau perkosa gue!!" Ucap nya dengan lantang.

Sindi melangkah menuju mereka berdua.

"Eh Raf gue mohon jangan kaya gini dong" Fendi coba membebaskan dirinya dari perlakuan kurang ajar sahabatnya.

Dia fikir Fendi cowo apaan.

" Raf!!" Teriak Sindi mengingatkan tapi pria itu tak perduli sama sekali.

"Raff gue masih normal! Lo gila yah!?" Teriak Fendi histeris.

"Cih.." ujar Rafa lalu kembali ke tempat duduknya.

Gila!!

Fendi menghela nafas lega, apakah Sahabatnya itu benar-benar homo?

Sindi merasa canggung, ia sedikit takut, ia pergi menuju bangkunya.

"Gila lo raf!! Sarap emang!! Cabul !! Lo fikir gue cowok apaan hah!!!" Ujar Fendi dengan kesal.

Siswa-siswi yang baru saja berangkat menoleh kearah Fendi, heran pagi-pagi sudah seperti tarzan.

"Ck, bahkan gue nggak nafsu sama lo!" Jawab Rafa dengan Lantang.

"Maksud lo apa hah!!"

"Itu artinya gue masih normal ogepp!!"

Fendi terdiam, coba mencerna ucapan sahabatnya itu.

"Busettt!!!" Teriak Fendi tiba-tiba.

"Lo fikir gue apaan!! Buat percobaan nafsu lo?"

Rafa melirik Fendi dengan sinis, tuh mulut kalau ngomong kaya pisau bedah.

"Percuma lo punya otak!! Kalau nggak pernah buat mikir!!!" Jawab Rafa dengan sadis.

" Wah wahhh, lo denger sin dia ngomong apa? Dan lo tadi liat kan dia ngapain gue ?" Fendi tak terima, ia hampir saja di nodahi tapi pria itu malah menghujatnya.

"Emm gue nggak ngerti fen" ucap Sindi canggung.

Sindi pun tak percaya dengan apa yang ia lihat tadi.

"Gue akan perjelas!!" Ujar Rafa memutar tubuhnya untuk melihat sahabat gilanya.

"Pertama gue nggak homo, kedua gue nggak akan perkosa lo, ketiga gue nggak nafsu sama cowok, keempat artinya gue normah , kelima gue ..' ucapannya terhenti.

"Apahh!!!" Sahut Fendi kesal.

Rafa melihat keadaan sekitar, kelasnya sudah ramai tak mungkin ia mengakatakan yang sebenarnya pada Fendi di sini.

"Nggak penting!!" Lanjutnya lantas berlalu untuk melihat jadwal piket hari ini.

"Ck, lihat aja Raf kebusukan lo pasti akan gue bongkar hahaaaaaaa" ujar Fendi dengan dramatis.

Semua menatap Fendi jengah, pria itu benar-benar gila.

💙💙💙

Lean On My ShoulderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang