29-Phobia(2)

39 7 5
                                    

Maaf jika banyak typo dan kesalahan yang lain 😁🙏🙏

Happy Reading 💙


Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Sisil. Banyak rumus-rumus yang harus semua siswa hafalkan, karena sebentar lagi ada ulangan tengah semester. Di tambah hari ini ada ulangan fisika dengan mendadak. Sebelum hasil ulangan itu di bagi Sisil sudah tahu hasilnya yang pasti hanya benar satu soal, itu pun berkat ia mencontek, dan soal yang lain ia mengarang karena Bu Sari mengawasi dengan ketat.

Alya beranjak dari kursinya lalu mengendong tasnya siap bergegas pulang"Ayok pulang gue capek banget sumpah, pengin makan mie ayam 20 mangkok!"

Sisil dan Lea berdecih, lalu mengamati tubuh Alya yang segitu-gitu aja.

"Percuma lo makan banyak, nggak ada perubahan"cibir Sisil sambil beranjak dari kursinya.

"Kalo sirik ngomong aja deh!!Ini tuh mukjizat karena gue bisa makan sepuasnya tanpa takut gendut bhahahahaa"

Sisil memandang Alya dengan malas, malas melihat wajah Alya, malas menanggapi Alya, malas mendengar celoteh gadis itu.

"Hoammm"Sisil menguap dengan tidak etisnya"Ayok pulang le"ajaknya lalu berjalan keluar kelas.

Alya memasang muka datarnya, ia pun mengikuti langkah Sisil, sambil melirik ke arah Lea, mengintruksikan untuk bergegas.

"Gue mau kumpul basket dulu!"teriak Lea, membuat kedua sahabatnya menoleh, dan hanya di jawab dengan anggukan.
.
.
.
.
.

Alya melambaikan tangannya ketika Sisil berbelok arah menuju parkir motor.

"Gue duluan sil bye-bye!"ujar Alya sambil mengembangkan senyumnya. Sisil menggangguk sebagai jawaban. Alya sudah di jemput jadi ia harus bergegas pulang.

Sisil berjalan dengan semangat menuju parkir motor, siapa sih yang nggak semangat kalau waktunya pulang sekolah. Banyak siswa-siswi yang berlalu lalang mereka juga terlihat sangat semangat.

Sisil mengerutkan keningnya ketika si Pomy tidak mau jalan.

"Yah lo kenapa pom?ngambek?"tanya Sisil pada si Pomy.

Sisil mengacak rambutnya dengan frustasi, harapan indah nya seketika padam. Niat hati ingin langsung pulang dan bermanja-manja dengan kasur kesayangan malah jadi seperti ini.

Ia coba berfikir, bengkel di dekat sini tidak ada, kalau ia naik ojol ia tidak ingin meninggalkan Si Pomy.

Jika menelpon eyang ia tidak berani, karena sejak bertengkar waktu itu sampai saat ini mereka belum berkomunikasi, saat Abraham pergi keluar kota pun ia hanya meletakkan surat di atas meja makan, tidak memberitahu Sisil secara langsung.

Sisil mengelus si pomy"Kenapa harus sekarang pom?"

"Masa gue harus dorong lo sampai ke bengkel sih?? Huahhh nggak mau nggak sanggup!!"ujar Sisil dengan histeris.

Siswa-siswi yang sedang berjalan menatap kearahnya. Sisil menutup wajahnya malu.

Sudah setengah jam ia di sini dan suasana sekolah sudah sepi tapi ia belum mendapatkan ide, apalagi ia belum makan, tambah bego deh.

"Sil ngapain lo?kaya orang susah!"

Sisil menoleh melihat Lea yang sedang terkekeh. Tidak ada kah orang yang lebih penting dari pada Lea, yang bisa membantu Sisil.

"Si Pomy mogok"

"Owhhh, ya udah lo pulang sama Rafa aja"ujar Lea sambil menunjuk Rafa yang sudah di sampingnya.

Lean On My ShoulderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang