16-Pisau belati

42 10 13
                                    

"Hehhh..." Sisil mengelap keningnya yang berkeringat.

Ia tak terbiasa seperti ini, ia menatap tangannya yang melemas. Untung saja tidak patah tulang.

"Eh lo kembaliin kursi gue!"

Rafa menatap Sisil malas, tapi ia tetap melakukannya.

"Biar gue aja"

Fendi sudah mengangkat kursi Sisil lebih dulu. Entah dari mana ia datang.

Rafa menghentikan langkahnya. Andai waktu bisa di putar, ia tak akan repot-repot untuk membantu gadis itu. Ia mundur, kembali duduk. Anggap saja itu Boomerang.

"Silahkan Tuan Putri"

Fendi mempersilahkan sang putri duduk di singgasananya.

" So manis" cibir Sisil dengan malas.

"Lo mau nya di apain nih?"tanya Fendi dengan jahil.

Sisil bergidik ngeri.

"Kayaknya di rumah, eyang punya banyak pisau yang besar dan tajam, emm bagus kali yah buat nyobek mulut lo fen" Sisil tampak pura-pura berfikir.

Fendi bungkam, kakinya melemas. Sisil memang gila!

"Jadi ke kantin nggak nih?" Tanya Alya yang sudah malas melihat pertunjukan wayang golek di depannya.

"Kuy lah" sahut Lea antusias.

"Ayokk-k..." Suara Sisil melemah ketika bel masuk berbunyi.

Sial!! Mereka bertiga memasang muka Jokernya.

"Hahaaaaaaa" tawa Fendi pecah.

"Sebel!! Ini gara-gara si Dugong!!" Sindir Sisil dengan sebal.

Yang di Sindir hanya diam. Mati kali

"Udah sil, tahan dulu aja, nggak bakal buat lo mati" sahut Lea

"Nggak bisa le! Gue laper, apa lo mau gue makan?" Tanya Sisil dengan wajah frustasi.

"Stttt,Gila"

Lea sungguh tak mengerti dengan jalan pikiran Sahabatnya.

"Gaes!!"

Mereka menoleh ke sumber suara.

"Liat nih gue bawa apa?" Ujar Fendi dengan mengangkat tupperware berwarna pink. Em pink?

"Aelah anak SD juga tau itu apa" jawab Sisil ketus.

Fendi menghela berat mendengar jawaban dari cewek judes itu.

"JENG-JENG!!" ucap Fendi antusias ketika membuka tutup Tupperwarenya

"WAHHHH" ujar Lea ikut antusias, ketika melihat beberapa potong roti .

"Ini pemberian dari fans gue, kalian mau?"

Tanpa menjawab Sisil sudah mengambil roti itu dengan cepat.

Lea dan Fendi saling bertukar pandang.

"Temen lo?" Tanya Fendi heran.

Lea menggeleng malu untuk mengakui, ia ikut mengambil roti milik Fendi.

"Eh Al lo mau?" Tanya Sisil ketika ia teringat Alya.

Alya menggeleng lemah.

"Kenapa lo?" Tanya Fendi heran.

"Si Aldo kenapa nggak berangkat? Tuh si Alya udah kaya mayat hidup" ucap Sisil tanpa melihat keadaan kelas yang sudah mulai ramai. Tapi belum ada guru yang masuk.

Lean On My ShoulderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang