1. Kecelakaan

116 6 0
                                    

"Mungkin memang takdir sudah menggariskan kita berjumpa untuk saling berbagi tawa dan luka."
___________________________________▪

Angin malam ini terasa menerobos masuk menusuk kulit tanpa permisi, terkadang membuat gadis berponi itu menggosokkan kedua telapak tangannya, sesekali meniupnya agar udara yang dirasa tidak semakin dingin. Langkahnya yang pendek terus memaksa ia untuk berlari cepat ketika mengetahui dirinya di ikuti oleh seseorang atau mungkin beberapa orang.

Matanya sesekali menengok ke belakang, melihat apakah orang-orang itu masih mengikutinya. Dan sialnya ia semakin bergidik ngeri ketika mengetahui tiga orang pria yang mengejarnya berpakaian seperti preman, bahkan dua diantaranya memiliki tindik serta tato, jangan lupakan senjata tajam yang terus mereka angkat diudara untuk mengancam.

"BERHENTI BOCAH!!"

Satu teriakan semakin membuat gadis itu mempercepat larinya. Sekarang ia harus meminta tolong pada siapa? Apalagi jalanan sudah sepi, tidak ada orang bahkan kendaraan yang berlalu lalang.

"BERHENTI ATAU NANTINYA GUA BAKAL LEBIH KASAR!!"

Gadis itu benar-benar takut sekarang, ia tidak mengenal para pria itu tapi kenapa dirinya malah harus di kejar-kejar seperti ini. Siapapun tolong!!

Tepat ketika ia mendaratkan kaki di perempatan jalan. Satu motor melintas dengan kecepatan tinggi. Kejadian yang cepat, membuat tubuh kecilnya terpental begitu saja. Tubuhnya kini mati rasa, bahkan untuk memegang kepalanya saja ia tidak mampu. Tenggorokannya seakan tercekat, ia hanya bisa melirik sekeliling untuk meminta tolong.

Penglihatannya sedikit demi sedikit mulai meredup dan sedetik kemudian semuanya menjadi gelap.

"Kayanya udah mati," ucap salah seorang pria yang membawa pisau lipat. Ucapannya barusan membuat ketiganya dengan cepat meninggalkan tempat kejadian.

Di trotoar jalan, cowok yang mengendarai ninja hitam mulai membuka helmnya. Ia sungguh panik sekarang. Apakah tadi ia menabrak seseorang?

Gua Cuma mimpi kayanya, batin cowok tinggi itu sambil mencubit pergelangan tangan kirinya. Satu hal yang ia rasakan. Sakit.

Dirinya langsung membulatkan mata saat mengetahui bahwa ini nyata. Pandangannya tertuju pada gadis yang sudah terbaring dengan kepala terus mengeluarkan darah dan lecet di beberapa bagian tubuh. Gadis itu sudah tidak sadarkan diri.

Tanpa mempedulikan badannya yang sakit terbentur trotoar jalan, ia berjalan tertatih mendekati tubuh yang sudah berlumur darah. tangannya mencoba mengecek napas gadis itu.

Cowok itu berhasil diam membeku di tempat. Gadis itu sudah tidak bernapas.

******

Aroma khas rumah sakit sudah memenuhi indra penciumannya sedari tadi, sekarang ia tengah berharap cemas di depan ruang UGD. Pakaiannya sudah tidak bisa dikatakan rapi lagi, bahkan darah sudah memenuhi bagian depan pakaiannya. Tangannya mengacak-acak rambut gusar.

"Keluarga Zidya."

Dokter yang baru keluar dari ruang UGD langsung membuat Albas mencercanya dengan berbagai pertanyaan.

"Gimana dok kondisinya? Dia masih bisa selamat kan? Dia nggak ngalamin luka serius?"

Dokter itu melepas masker yang sedari tadi dikenakannya. "Alhamdulillah pasien bisa kami selamatkan, untung Anda membawa dia tepat waktu. Kalau terlambat mungkin sudah tidak ada harapan."

Albas membuang napas lega mendengarnya.

"Dimana keluarganya? Dan kamu siapanya pasien?"

"Saya ..." Albas meggantungkan ucapannya sembari berpikir. Tidak mungkin kan kalau ia bilang bahwa dirinya yang menabrak gadis itu. "Saya temennya, kebetulan saya tidak punya nomer keluarganya. Tapi, jika nanti dia sudah bangun, saya akan minta keluarganya untuk jemput."

Jawaban Albas hanya mendapat anggukan seraya senyum dari sang Dokter.

"Kami akan memindahkan pasien ke ruang rawat, nanti kamu bisa menemuinya." Dokter itupun berlalu dari hadapan Albas yang kini mendudukan dirinya kembali di bangku tunggu.

Ia mengeluarkan ponsel dan mencari nomor seseorang untuk ditelepon. Selang beberapa menit suara pria mulai terdengar dari seberang sana.

"Lu dimana?"

"Gua di rumah sakit Bang."

"Lu kecelakaan?"

"Bukan. Gua nabrak orang," ucap Albas mengecilkan volume suaranya.

"Serius lu? Sekarang posisi lu dimana. Gua sama anak-anak langsung otw."

"Tapi Bang, gua butuh uang buat tebus biaya rumah sakit."

"Iya gua paham. Kasih alamat lu sekarang."

"Rumah Sakit Mitra Bhakti."

Hate VS Love [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang