Albas menghentikan motornya tidak jauh dari SMA Bangsa Harapan, Sekolah Zidya. Bukan tanpa sebab tiba-tiba ia mendatangi Zidya. Ada sesuatu hal yang harus dia tunjukan pada gadis itu.
Walaupun amarahnya masih memuncak jika melihat wajah Zidya. Membuat ingatan masa lalunya kembali berputar jelas di dalam memori, bercampur rasa sesak dan sakit yang muncul di hatinya. Tetapi, ia akan anggap semuanya baik-baik saja, setidaknya setelah menyampaikan maksud serta tujuannya datang.
Ah, kali ini Albas tidak mau egois. Dirinya tau betul jika Zidya juga merasa terluka akan kejamnya dunia. Gadis itu juga pasti mempunyai masalah sama peliknya dengan Albas. Seperti mendapat teror kotak misterius. Ya, Albas mengetahui tentang hal itu. Karena hari di mana Zidya bertemu dengan kedua temannya di cafe waktu itu. Ia sengaja mengikuti Zidya dari rumah gadis itu.
Sebenarnya niat awalnya adalah mengintai rumah Zidya, ingin mencari tau segalanya dari awal dan tentu untuk menghindar dari Alfi si pembuat onar. Tanpa ia duga, dia malah menemukan fakta bahwa Zidya mendapatkan teror. Entah kenapa rasa pedulinya muncul mengetahui hal itu, ia ingin mencari tau siapa pelakunya lantas menghabisinya karena membuat Zidya gelisah.
Baru mendaratkan kaki turun dari motor, seketika Albas terdiam, pandangannya menatap penuh amarah pada dua sejoli di depan sana. Melihat pemandangan itu berhasil membuat emosi Albas tersulut. Seketika dadanya terasa sesak.
Di sana. Zidya dan Jef sedang berbincang, sesekali senyum terukir jelas di wajah cantik Zidya. Albas mengepalkan tangan kuat-kuat, ketika Jef tanpa ragu mengacak-acak rambut Zidya perlahan, sukses membuat gadis itu tersenyum malu.
Tanpa membuang lebih banyak waktu, Albas bergegas menaiki motornya kembali dan memilih meninggalkan tempat itu dengan kekesalan yang bergejolak.
******
"Lu yakin Zi?" Nadela bertanya lagi kesekian kalinya. Sebenarnya Nadela sedikit khawatir setelah Zidya bilang ingin menemui Albas di basecamp vobrama.
Ya walaupun Nadela akui itu merupakan niat baik Zidya agar bisa berbicara dengan Albas dan menyelesaikan konflik di antar keduanya. Tetapi entah kenapa ia merasa ragu dengan cara yang dipilih Zidya.
"Iya Del. Lagian gua gak bisa terus-terusan menghindar, yang ada gua malah semakin gak tenang."
"Harusnya Albas yang ngerasa kaya gitu, kan dia yang tiba-tiba ngejauhin lu tanpa alesan jelas," kesal Nadela. Mengingat sikap Albas yang seperti banci.
"Sekarang bukan masalah siapa yang harus ngelakuin itu, tapi siapa yang punya kesadaran lebih buat ngelakuin hal itu. Gua gak mau nyesel di kemudian hari. Entah dia mau maafin gua apa enggak itu masalah dia." Zidya penuh tekad mengatakan hal tersebut. Nadela yang mendengar menjadi terenyuh, sahabatnya memang terlalu baik.
"Mau gua anter?" tanya Nadela mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Gua mau naik ojol aja. Lagian lu kan punya janji sama Reizy."
Nadela menepuk jidatnya karena melupakan hal tersebut. Reizy pasti akan marah kalau ia sampai tidak datang. "Hampir aja gua lupa."
"Yaudah sana pergi, ojol gua juga sebentar lagi nyampe," suruh Zidya. Membuat Nadela menatap kesal gadis itu. "Lu ngusir gua?" Nadela bertanya dengan nada tidak suka.
Zidya mengulas senyum melihat Nadela yang kesal. "Bukan gitu, daripada lu terlambat kan? Mending jalan sekarang."
Nadela lalu tersenyum geli. "Iya Zi. Gua pergi dulu, lu hati-hati ya," kata Nadela sambil berlari meninggalkan Zidya sendiri di depan pagar Sekolah.
******
Zidya melangkah ragu menuju rumah kecil di depan sana, sepertinya terlihat ramai, bisa dilihat dari banyaknya motor terparkir di halaman rumah tersebut. Hal itu membuat nyali Zidya seketika menciut. Sedari tadi Zidya hanya bolak-balik di tempat, merasa ragu untuk sekedar mengetuk pintu dengan cat mulai memudar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate VS Love [Completed✓]
Teen Fiction⚠️ Aku saranin baca dari awal, biar gak bingung sama alur ceritanya ⚠️ 🌵🌵🌵🌵 Albas Geozery terkenal sebagai raja jalanan yang selalu memenangkan berbagai macam balapan, seorang siswa yang bahkan menjadi incaran para wanita seantero sekolah. Siap...