"Mulai hari ini dan seterusnya kita akan terikat, bukan tanpa sebab, anggap saja takdir sedang berbaik hati. Hingga kita bisa sedekat ini."
▪️____________________________________▪️Ruangan kosong yang tadinya penuh oleh suara tangisan, kini menjadi tenang seperti tidak berpenghuni. Bahkan lilin yang menjadi satu-satunya sumber pencahayaan, sudah padam karena habis tersulut api.
"Sampe ketemu nanti malem honey," bisik Albas lalu berjalan menuju pintu keluar.
Zidya memejamkan mata untuk menenangkan diri, kelakuan brengsek Albas benar-benar membuat Zidya salah menilai cowok itu. Ia pikir Albas bisa dipercaya, ia pikir omongan cowok itu benar adanya. Ternyata semuanya malah jauh berbeda dari yang ia pikirkan. Semua ini memang salah dirinya, seharusnya ia tidak langsung percaya dan terbuai rayuan iblis seperti Albas.
Zidya mengatur napasnya, ia tidak boleh terpuruk terus, ia harus tunjukkan bahwa Albas salah telah main-main dengannya. Sorot matanya langsung tertuju pada sang Ayah yang masih terikat. Ayahnya pingsan, sedang tidur, apa mabuk? Padahal tangisannya tadi sangat kencang, tapi sang Ayah malah masih asik menutup mata.
Apa Ayahnya mati?
Tangannya dengan cepat melepas ikatan di kaki, lalu berlari menuju kursi di sebrang sana. Ia bergegas membuka semua ikatan yang melilit tubuh Fandy . jika terjadi sesuatu terhadap Ayahnya, ia tidak akan mengampuni Albas sampai kapanpun.
"Ayah," ucap Zidya sambil menepuk-nepuk pipi pria itu bergantian. Jari telunjuknya ia arahkan di bawah hidung Fandy. Zidya bernapas lega, ketika napas masih dapat di rasa jarinya.
"Ayah! Bangun, jangan kaya kebo." Ia beralih mengguncang tubuh Fandy.
"Erggghh." Suara erangan Fandy membuat Zidya memutar bola matanya malas. Ternyata Ayahnya sedang mabuk.
Lalu sekarang bagaimana cara ia pulang? Apakah Ayahnya membawa mobil?
******
Motor ninja hitam terparkir manis di halaman rumah kecil yang sudah mulai rapuh di beberapa sudutnya. Langkah panjangnya memasuki rumah itu. Ruang tamu yang hanya berisikan bangku kayu 4 biji, 1 buah meja, gitar di pojok ruangan dan beberapa poster motor balap itu sudah dipenuhi anggota geng Vobrama.
"Kemana aja lu?" tanya Reizy yang duduk di pojok ruangan terkadang memetik gitar dengan asal, sehingga menciptakan nada sumbang.
"Habis main sama calon istri," jawab Albas membuat semua pandangan tidak percaya tertuju pada cowok itu.
"Kenalin lah sama kita-kita."
"Kita bakal kasih restu kalo ada asupan nutrisi yang bergizi."
"Cariin gua pacar gitu, gak kuat gua kalo nanti ada yang mesra-mesraan di basecamp."
Sebuah sepatu melayang sukses mengenai wajah Amir yang kini meringis kesakitan.
"Emang muka lu yang perlu dibenahin, biar ada cewek yang kecantol," terang Reizy. Membuat semua orang di ruangan itu tertawa. Amir yang merasa terpojok hanya bisa menekuk wajah kesal.
"Siapa yang punya pacar?" tanya Ghany yang baru kembali dari arah dapur.
"Andalan kita." Reizy melirik Albas yang sibuk memainkan ponsel.
"Ternyata ada yang mau sama lu, kirain gua bakal jomblo seumur hidup."
"Sembarangan lu Bang, muka gua ini limited edition. Tanpa gua cari, cewek itu dateng sendiri." Suara Albas terdengar seperti menyombongkan diri, walau nyatanya memang ucapan Albas itu benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate VS Love [Completed✓]
Teen Fiction⚠️ Aku saranin baca dari awal, biar gak bingung sama alur ceritanya ⚠️ 🌵🌵🌵🌵 Albas Geozery terkenal sebagai raja jalanan yang selalu memenangkan berbagai macam balapan, seorang siswa yang bahkan menjadi incaran para wanita seantero sekolah. Siap...