35. Albas Terlibat?

10 2 0
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak^^

1 dukungan kalian berarti banget, loh :)

Happy Reading!!!

*****

Albas dan Zidya kini tengah duduk bersebrangan di ruang tamu gadis itu. Terlihat Albas yang mengenakan seragam sekolah lengkap tetapi terkesan urakan itu duduk santai dengan wajah datarnya, tak berniat mengeluarkan suara lebih dulu walaupun sudah sekitar lima menit berada di tempat itu.

Sedangkan Zidya terlihat masih mengenakan pakaian rumahan –perpaduan celana bahan dan sweater abu-abu– itu duduk gelisah sedari tadi di tambah melihat ketenangan yang dipancarkan Albas, membuatnya semakin tidak bisa tenang. Pikirannya sudah dipenuhi banyak pertanyaan saat ini.

"Om gua ada dimana Al?" tanya Zidya mengeluarkan pertanyaan yang mengganjal hatinya sedari tadi. Entah kenapa, ia yakin jika Albas pasti terlibat dengan semua ini.

"Mungkin udah ke neraka." Albas menjawabnya dengan santai.

"Gua gak suka lu ngomong gitu tentang Om gua! Gua tau dia udah ngelakuin kesalahan fatal, tapi gak seharusnya lu ngelakuin semua ini Al. Cepet kasih tau gua atau gua bakal laporin masalah ini ke polisi," seru Zidya menggebu-gebu. Hatinya terasa sakit membayangkan jika ada hal buruk yang menimpa sang Om.

"Apa gua harus diem aja ngeliat penghancur brengsek itu masih bernapas tenang di dunia? Bahkan dia gak ngerasain penderitaan kaya keluarga gua. Gimana kalo keluarga lu yang ngalamin Zi, apa lu bakal tetep duduk manis dan berpikir bahwa semuanya gak pernah terjadi?" Suara Albas naik beberapa oktaf. Membuat aura di ruang tamu seketika mencekam.

"Yang pasti gua gak akan ngelakuin hal bodoh, kaya apa yang lu lakuin untuk ngebales dendam. Gua bakal tetep ngejalanin hidup dan berusaha ngebuat semuanya lebih baik, gua mungkin gak bisa ngerubah apapun di masa lalu, tapi gua gak akan biarin hidup gua terpaut sama masa lalu. Karena Mama gua gak pernah ngajarin gua untuk bales dendam, hukum alam itu ada jadi tunggu aja Tuhan bertindak."

Satu sudut bibir Albas tertarik ke atas, membentuk senyum miring yang agak sinis. "Bodoh dan polos itu beda tipis."

"AL! Terserah kalo lu mau hina gua, tapi sekarang tolong kasih tau dimana Om gua. Gua cuma minta satu hal itu dari lu."

"Gua gak tau."

"Gua gak percaya! Gua mohon Al, saat ini yang gua punya cuma dia." Zidya menautkan kedua tangannya di depan dada.

Albas memperhatikan Zidya penuh rasa iba, tetapi tetap memasang wajah datar untuk menyembunyikan perasaannya. Mata gadis itu terlihat berkaca-kaca, berhasil membuat hati Albas seketika terasa sakit. Albas terlalu lemah, jika melihat Zidya menangis apalagi jika alasan gadis itu menangis adalah karena dirinya. Menyakitkan.

"Gua mohon Al, kasih tau dimana Om gua," mohon Zidya, suara gadis itu terdengar parau menahan tangis.

Albas mengacak-acak rambutnya gusar. "Gua gak tau Zi," jawab Albas frustasi.

Seketika suara isak tangis terdengar jelas di setiap sudut ruangan. Lagi-lagi membuat Albas membuang napas kasar. Ia benci situasi seperti ini.

"Gua mohon Al, gua mohon."

"Perlu gua bilang berapa kali sama lu, kalo gua gak tau. Gua bahkan gak berniat ngelakuin hal buruk sama Om lu dalam waktu dekat."

"Lu tau kemana Om lu pergi kemaren siang?" tanya Albas mencoba menenangkan situasi. Daripada harus tersiksa melihat Zidya menangis.

"Ga-k tau, kemaren dia bilang mau ketemu rekan kerjanya," ucap Zidya sedikit terbata karena isak tangis.

"Siapa? Lu punya kontaknya?"

"Gak tau, Al. Gua gak kenal."

"Lu tau tempat mereka ketemu?"

"Gak tau, Om gua cuma bilang kalo dia mau ketemu rekan kerjanya."

"Gimana kita mau nemuin pelakunya? Bahkan lu gak tau apa-apa."

"Mending telpon polisi. Nanti gua bakal minta bantuan sama anak-anak buat ikut nyari," lanjut Albas.

******

"Gimana?" tanya lelaki yang tengah duduk di kursi kebanggaannya. Matanya menatap lurus lawan bicara, berharap ada kabar baik yang ia dapat.

"Kami berhasil membawanya ke gudang belakang."

Senyum kemenangan terukir jelas di wajah si lelaki. "Dia masih hidup?"

"Iya bos."

"Saya sendiri yang akan bermain-main dengan dia, jadi pastiin dia tetep hidup."

"Siap bos."

"Kerja bagus. Sekarang silahkan keluar dari sini," ucap si lelaki yang di panggil bos. Membuat si lawan bicara bergegas meninggalkan ruangan.


Hate VS Love [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang