Udah pertengahan Bab, yuhu :)
Selamat berkonflik ria :'))Happy Reading!
🌵🌵🌵
"Gimana keadaan lu?" tanya seorang lelaki ketika berjalan mendekati brankar.
"Ternyata lu dateng juga." Wanita yang tengah berbaring lemah di atas brankar tersenyum lemah, melihat bahwa lelaki yang dari kemarin ia tunggu akhirnya datang.
"Gua di sini cuma mau mastiin kondisi lu gak semakin buruk karena kejadian waktu itu. Jadi, jangan mikir kejauhan."
Wanita itu menatap bahagia lelaki yang tengah berdiri dengan tangan di masukkan ke dalam saku celana. "Gua tau," ucap si wanita. "Lu dateng ke sini aja gua udah ngerasa bahagia," lanjutnya.
"Selama lu tutup mulut, informasi tentang lu gak akan bocor."
"Gua bakal ngelakuin apapun demi informasi itu tetep lu jaga baik-baik."
"Ok." Lelaki itu menatap jam di pergelangan tangan kirinya, lalu beralih menatap si wanita. "Gua pergi sekarang."
Baru hendak berbalik, tangannya sudah lebih dulu di cekal oleh si wanita membuat langkahnya berhenti.
"Al, temenin gua hari ini aja," pinta wanita itu memohon.
"Gua sibuk."
"2 jam, gimana?"
Albas menghela napas pasrah, kemudian berbalik dan langsung mendudukan dirinya di kursi. Sebenarnya ia ingin menolak tapi, karena wanita itu sudah bersedia membantunya melakukan satu hal penting. Membuatnya tidak enak hati menolak, baiklah anggap saja sebagai ucapan terima kasih.
"Cuma 2 jam. Gak lebih."
******
Albas mulai memasuki area pemakaman, hari ini dirinya kembali tidak masuk sekolah dengan alasan sakit perut, yang untungnya di percaya oleh wali kelasnya. Ia sekarang bersyukur mempunyai wali kelas yang sudah tua, walaupun terkadang menyebalkan tetapi untuk masalah absen sangat menguntungkan.
Langkahnya tiba-tiba berhenti, ketika melihat seorang laki-laki di makam sang Ibu. Wajah laki-laki itu terlihat asing, Albas yakin, dirinya memang tidak pernah bertemu dengan laki-laki itu sebelumnya.
Albas bersembunyi di balik pohon dekat makam Ibunya, ia ingin tau siapa sebenarnya orang itu dan ada hubungan apa dengan sang Ibu.
"Maaf." Sepertinya hanya kata itu yang mampu ia ucapkan untuk seseorang yang sudah berbaring tak bernyawa di bawah timbunan tanah.
"Seharusnya saya gak ngelakuin hal itu. Maaf, saya benar-benar menyesal."
Melakukan? Melakukan apa? batin Albas heran. Sepertinya ia harus mencari tau lebih tentang lelaki itu.
"Kamu pasti menderita selama ini, atas kebodohan saya." Laki-laki itu menghela napas ketika merasakan sesak yang tiba-tiba menyeruak di hatinya. "Saya minta maaf Ros."
"Maaf," ucap si lelaki sambil berdiri. Namun, matanya menyiratkan penyesalan saat menatap batu nisan beberapa detik. Sebelum akhirnya berlalu keluar area pemakaman.
Albas masih tetap diam pada tempatnya, namun matanya terus mengikuti kepergian si lelaki. Siapa sebenarnya lelaki itu? Kenapa harus meminta maaf pada Ibunya? Apakah keduanya mempunyai hubungan selama ini?
Berbagai pertanyaan terus berkecamuk dalam benak Albas, dirinya tidak tau apakah semua yang di pikirkan itu benar. Untuk sekarang ia bertekad mencari tau dengan teliti tentang lelaki mencurigakan itu. Albas tidak mau kalau ternyata obsesinya terhadap balas dendam berujung sia-sia dan malah membuat banyak orang tak bersalah merasakan akibatnya.
******
Albas kembali membuang napas kasar, setelah melihat Alfi melompat-lompat kecil ketika memasuki rumah. Padahal baru 1 jam yang lalu Albas bisa bernapas lega di dalam rumahnya sendiri namun, sekarang si biang kerok sudah datang dan siap membuat dirinya kesal setengah mati.
Kalau seperti ini bagaimana bisa ia mencari tau lebih lanjut tentang laki-laki di makam tadi, pastinya Alfi tak akan membuatnya bernapas tenang dari sekarang.
"Woy my bro." Alfi langsung duduk di samping Albas dan merangkul pundak cowok itu santai.
Albas menggeser duduknya hingga ujung sofa, membuat Alfi menatap Albas heran.
"Tenang aja Al, walaupun gua habis pulang sekolah. Tapi, gua tetep wangi," ucap Alfi sembari mengipas-ngipas ketiak dari luar seragam, bermaksud agar Albas mencium aroma wanginya sehingga percaya dengan ucapannya.
"Wangi kan?"
Albas menatap Alfi tajam bak seekor elang yang siap menyantap mangsanya detik ini juga, sedangkan yang di tatap hanya tersenyum menampilkan sederet gigi putihnya.
"Canda Al. Lu mah serius banget kalo sama gua. Gak seru."
"Sebenernya gua lagi ngomong sama orang apa sama tembok sih?" lanjut Alfi setelah dari tadi tidak ada tanggapan apapun dari lawan bicaranya. Apa Albas tidak tau, jika mencari topik itu sulit, tidak semudah mengedipkan mata.
"Mau kemana lu?" tanya Alfi begitu melihat Albas beranjak dari duduknya dan berlalu begitu saja.
"Bersihin rumah!!" suruh Albas . Suara cowok itu tetap terdengar keras walaupun tidak berteriak. Membuat Alfi langsung menjatuhkan dirinya di atas sofa mendengar penuturan Albas. Sekarang ia lebih merasa seperti pembantu ketimbang saudara.
🌵🌵🌵
Chapter selanjutnya akan lebih banyak lagi teka-teki yang gk kalian duga.
So, stay tune🌼🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate VS Love [Completed✓]
Teen Fiction⚠️ Aku saranin baca dari awal, biar gak bingung sama alur ceritanya ⚠️ 🌵🌵🌵🌵 Albas Geozery terkenal sebagai raja jalanan yang selalu memenangkan berbagai macam balapan, seorang siswa yang bahkan menjadi incaran para wanita seantero sekolah. Siap...