"Jangan pernah anggap kalo diri lu sendiri. Inget di luar sana ada banyak orang yang peduli sama lu, termasuk gua."
▪️_________________________________▪Kini Zidya terlihat seperti mayat hidup yang tidak memiliki semangat, pandangannya menatap pintu rumah dengan tatapan kosong, memikirkan semua kejadian yang mampu membuat dirinya seperti tidak berarti.
Beberapa tahun lalu wanita yang ia cintai pergi untuk selama-lamanya, setelah kejadian itu sang Ayah menjadi lelaki yang tidak bisa ia andalkan lagi. Selama ini ia masih bisa untuk tetap kuat dan tersenyum, sebab sosok Ayah selalu ada di sisinya. Ia masih memiliki semangat untuk dapat mengembalikan pria yang ia cintai menuju jalan yang benar, sehingga ia selalu berusaha kuat.
Namun, sekarang tidak ada lagi alasan kenapa dirinya harus terlihat kuat. Sepertinya semesta suka sekali bercanda dengan kehidupannya. Hingga tidak membiarkan ia bahagia bersama orang-orang yang ia cintai.
"Zi."
Panggilan itu sontak membuat Zidya tersadar dari lamunan, kemudian beralih menatap Albas di hadapannya.
"Mikirin apa?" tanya Albas lembut. Ia diberitahu Reizy bahwa Ayah Zidya ditangkap namun, Reizy bilang bahwa alasan penangkapan masih belum jelas. Sehingga setelah pulang sekolah dirinya bergegas menuju rumah Zidya, memastikan bagaimana kondisi gadisnya. Dan sepertinya Zidya masih syok dan belum menerima kenyataan.
"Eh, gak kok." Zidya menggeleng serta mengulas senyum tipis di wajah cantiknya. "Gua lupa nawarin minum, mau minum apa?" lanjut Zidya.
Melihat Zidya yang pura-pura tetap kuat, membuat hati Albas terenyuh. Kenapa gadis itu tetap memasang senyum sebagi topeng, malah semakin membuatnya merasa khawatir. Sekarang dirinya bertekad akan selalu ada di sisi gadisnya dan membuat Zidya bahagia setiap waktu.
"Kapan pun lu butuh tempat buat cerita, gua selalu siap jadi pendengar yang baik."
Zidya terlalu lemah jika sudah di kasihani seperti ini, bahkan kini airmatanya sudah meluncur deras. Ia mengangkat kedua tangan untuk menutupi wajahnya yang mungkin tidak karuan.
"Gua bakal jadi penenang buat lu, dimanapun dan kapan pun."
Ucapan Albas lagi-lagi mampu membuat Zidya menangis semakin keras.
Dalam hitungan detik, Albas sudah pindah posisi di samping Zidya. Lalu merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya, membiarkan Zidya menangis sejadi-jadinya di dada bidang miliknya.
"Airmata lu terlalu berharga Zi, gua gak akan ngebiarin airmata itu ngehapus senyum manis lu dalam waktu lama," jelas Albas lembut tepat di telinga Zidya. "Jangan pernah anggap kalo diri lu sendiri. Inget di luar sana ada banyak orang yang peduli sama lu, termasuk gua."
******
Matahari telah meninggalkan tempatnya, membuat langit malam sudah menampakkan diri sedari tadi. Rumah sederhana itu terlihat begitu sepi, seperti rumah yang lama tidak dihuni.
Setelah Albas pamit pulang beberapa menit lalu, kini Zidya hanya duduk termenung di ruang tamu. Sendirian dan tidak memiliki minat untuk melakukan sesuatu. Dirinya memang sudah terbiasa dengan kesunyian, tapi malam ini dirinya merasa benci dengan sepi yang sedari tadi menyelimuti.
Ting! Tong!
Zidya menghembuskan nafas kasar, siapa malam-malam seperti ini mengganggunya. Zidya turun dari sofa lalu keluar untuk melihat siapa yang datang.
Tepat di ambang pintu, matanya mengelilingi keadaan sekitar dan tidak menemukan satu orang pun. Ia menyipitkan mata ketika pandangannya melihat ke bawah sebuah kotak hitam sudah tergeletak dengan manis di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate VS Love [Completed✓]
Teen Fiction⚠️ Aku saranin baca dari awal, biar gak bingung sama alur ceritanya ⚠️ 🌵🌵🌵🌵 Albas Geozery terkenal sebagai raja jalanan yang selalu memenangkan berbagai macam balapan, seorang siswa yang bahkan menjadi incaran para wanita seantero sekolah. Siap...