Albas mengacak-acak rambutnya frustasi, sudah sekitar lima menit ia memanggil nama Zidya berkali-kali, tapi tak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan segera sadar.
Ia tetap tidak memedulikan buku jarinya yang terluka cukup parah, setelah sedari tadi berusaha memecahkan kaca akuarium di mana Zidya berada sekarang. Perasaan bersalah menyeruak di dalam hatinya. Ia tidak bisa melihat Zidya menderita seperti sekarang.
"ZIA!" teriak Albas frustasi.
"Sudah bikin kekacauannya?" Suara berat itu membuat Albas sontak menoleh mencari keberadaan pemilik suara.
"Pecundang! Keluar lu!"
Matanya menatap tajam satu orang yang kini melangkahkan kaki dari bagian ruangan gelap menuju arahnya. Sontak Albas terkejut tak percaya, pada apa yang dilihatnya saat ini. Bagaimana mungkin? Dan apa alasan lelaki itu melakukan semua ini? Bukankah lelaki itu tidak peduli dengan semuanya?
"Terkejut Al?" ucap lelaki itu dengan seulas senyum. "Bukankah ini yang kamu mau? Ayah cuma membantu."
Meski masih terkejut karena dalang dari semua ini adalah Ayahnya, tapi dengan cepat ia merubah ekspresinya kembali datar.
"Anda gak tau apa-apa! jadi, jangan bertindak melewati batas."
"Bahkan Ayah tau segalanya, makanya Ayah melakukan ini. Kita bisa bersama-sama membalaskan dendam untuk Ibumu. Dia juga masih istri sah Ayah. Kamu mau kan Al?"
"Jangan bawa-bawa Ibu dalam masalah ini! Kemana Anda saat Ibu saya membutuhkan penyemangat? Anda malah memilih pergi. Sekarang Anda kembali, lalu melakukan kejahatan dengan alasan membalas dendam untuk Ibu saya? Sangat menjijikan."
"Tidak apa-apa Al, jika kamu gak mau bekerja sama dengan Ayahmu ini. Tapi, karena tujuan kita sama. Ayah dengan senang hati–"
"Albas!"
Panggilan itu seketika membuat keduanya menoleh ke sumber suara, terlihat Zidya sudah sadar, gadis itu tengah berusaha membuka borgol di pergelangan tangannya. Sesekali sorot lemahnya menatap Albas, meminta tolong.
"Zi, lu tenang ya. Gua bakal berusaha nolong lu," ujar Albas sembari berjalan menuju arah Zidya. Namun, baru beberapa langkah. Ia sontak berhenti, wajahnya terlihat terkejut. Matanya menyaksikan bagaimana sedikit demi sedikit air mulai keluar dari bawah akuarium, bersiap menenggelamkan Zidya dalam hitungan menit.
"AL! TOLONG GUA!"
Di sana, terlihat Fandy menangkat sebuah remot kecil di udara sambil tersenyum penuh kemenangan ke arah Albas, yang kini berhasil tersulut emosi, bahkan matanya nampak berapi-api. Kalau saja lelaki tua itu bukan Ayahnya, sudah ia pastikan lelaki itu mati di tempatnya.
"Karena Ayah baik hati, Ayah akan bantu kamu Al."
Albas mulai memikirkan cara, bagaimana menyelamatkan Zidya tanpa bertindak kurang ajar terhadap lelaki tua itu. Tepat dua langkah di depannya, terdapat sebuah kerikir kecil dua buah yang langsung saja di sambar Albas, kemudian melemparkannya ke arah pintu yang tertutup.
Ia pikir lebih baik meminta bantuan yang lain. Lebih banyak orang, akan lebih mudah menyelematkan Zidya serta membekuk lelaki brengsek yang sayangnya merupakan Ayahnya sendiri.
Dua detik kemudian, suara riuh mulai terdengar dari arah pintu masuk. Pintu terbuka lebar, memperlihatkan semua anggota Vobrama memasuki area gudang. Berhasil membuat Fandy memucat di tempat.
Tanpa menunggu perintah lagi, beberapa anggota Vobrama langsung berusaha menyelamatkan Zidya, begitu melihat gadis itu sudah terendam air mencapai setengah badan. Sisanya segera membekuk Fandy, setelah mendapat kode dari Albas.
"Nih Al." Renal melempar remot kecil yang berhasil di tangkap oleh Albas.
"Percuma Al. Dendam keluarga kita akan segera terbalaskan."
Albas membolak-balik benda kecil itu, berharap menemukan tombol lain yang befungsi menghentikan naiknya air didalam akuarium. Albas membuang benda itu ke sembarang arah, begitu tidak mendapatkan apa yang ia cari.
Langkah panjangnya segera mendekati akuarium, terlihat kini air sudah mulai naik menyentuh dada Zidya. Gadis itu sepertinya sudah merasa susah untuk sekedar bernapas.
Frustasi. Satu kata yang mewakili Albas saat ini. Kalau sampai sesuatu terjadi pada Zidya, ia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.
BUGH!
Albas terhuyung mendapat pukulan yang tiba-tiba dari Jef.
"Brengsek! Kalo sampe terjadi sesuatu sama Zidya, gua bakal bikin lu menderita!"
"Gila lu berdua!? Nyawa seseorang lagi dalam bahaya dan lu berdua malah berantem?" bentak bang Ghany mencoba menengahi perdebatan yang terjadi.
Jef kembali mendekatkan dirinya ke akuarium, berharap memecahkan kaca itu dengan tangan kosong. Ia terus memukul kaca tebal itu sekuat tenaga, tanpa memedulikan buku jarinya mulai mengeluarkan darah segar.
"J-ef, ja-ng-an bo-doh," ucap Zidya terbata-bata, akibat oksigen yang dirasa mulai menipis, sehingga membuat dadanya sesak serta sakit.
"Lu haru bertahan Zi, gua bakal berusaha nyelametin lu."
Air di dalam akuarium semakin naik, bahkan beberapa detik lagi pasti akan menenggelamkan Zidya. Semua anggota vobrama dengan panik mencoba mencari benda apapun, untuk memecahkan kaca akuarium yang tebal. Karena hanya itu satu-satunya cara menyelamatkan Zidya.
Zidya terlihat terengap-engap saat air berhasil menenggelamkan tubuh mungilnya. Bahkan air sudah meluber hingga keluar dari akuarium. Napasnya semakin tidak beraturan, membuat kesadarannya sediki demi sedikit menghilang. Satu detik kemudian, penglihatannya mulai buram, lalu perlahan semuanya seketika menghitam.
Prang! Prang! Prang!
Suara memekakan itu seketika membuat perhatian semua orang terfokus pada Albas. Cowok itu tengah berusaha memecahkan kaca akuarium menggunakan besi panjang. Kaca akuarium seketika pecah, sehingga air yang tadinya menenggelamkan Zidya kini berangsur keluar membanjiri ruangan.
Albas dengan sigap mengambil tubuh mungil Zidya dari dalam sana, kemudian membawanya ke tempat lebih kering dan cerah. Sebelum membaringkan tubuh gadis itu yang sudah dingin ke atas lantai.
"Zi!" ucap Albas sambil memeriksa denyut nadi pada leher Zidya. Yang sudah tidak terasa berdenyut lagi.
"Bangun Zi. Gua tau lu kuat." Jef berucap.
Tanpa menunggu lama, Albas segera menumpuk kedua tangannya di atas dada Zidya. Memposisikan diri, sebelum menekannya beberapa kali. Albas pernah melihat tindakan ini sebagai penanganan pertama pada orang yang tenggelam. Dan semoga saja berhasil.
"Gua udah manggil ambulance sama polisi. Sebentar lagi mereka sampe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate VS Love [Completed✓]
Teen Fiction⚠️ Aku saranin baca dari awal, biar gak bingung sama alur ceritanya ⚠️ 🌵🌵🌵🌵 Albas Geozery terkenal sebagai raja jalanan yang selalu memenangkan berbagai macam balapan, seorang siswa yang bahkan menjadi incaran para wanita seantero sekolah. Siap...