5. Geng Hidden Kembali

37 4 0
                                    

Zidya meneguk susunya hingga habis. terkadang ia melihat jam di pergelangan tangannya, jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB. Waktunya ia berangkat jika tidak ingin terlambat. Dengan langkah pendek, ia mulai keluar rumah untuk menunggu ojol yang sudah dipesannya tadi.

Selang beberapa menit ojol pesanannya datang, tanpa membuang waktu ia segera naik. Perjalanan pagi ini tidak begitu buruk, bahkan dengan sepuluh menit ia sudah berada di depan sekolahnya.

"Zi."

Teriakan itu membuat Zidya memberhentikan langkahnya di koridor sekolah.

"Zi, lu tiga hari kemaren kemana? Eh itu jidat lu kenapa?" tanya Jef. Suara cowok itu terdengar begitu khawatir.

"Nggak apa-apa Jef. Pasti gua di alpain ya?" Zidya terus memasang senyum ceria. Ia tidak mau membuat Jef lebih panik. Anggap saja semuanya baik-baik saja.

"Iyalah, lu tiba-tiba gak ada kabar. Gua telpon juga gak aktif, gua samperin ke rumah lu gak ada orang. Tapi lu sekarang baik-baik aja kan? Lain kali kalo ada apa-apa, jangan lupa kabarin gua. Paling gak kabarin Dela. Biar gua juga gak cemas kaya gini," jelas Jef sambil tangannya memegang kedua pundak Zidya. Gadis itu hanya tertawa melihat sahabatnya begitu peduli terhadap kondisinya.

"Gua baik-baik aja Jef. Liat nih gua cukup sehat."

"Lu tenang aja," lanjut Zidya sembari menepuk tangan Jef yang masih berada di pundaknya.

"Janji jangan kaya gitu lagi." Jef mengangkat kelingkingnya di udara. Zidya yang melihat itu lagi-lagi tertawa, segera ia tautkan jari kelingkingnya pada jari Jef.

******

Albas memasuki area SMK Darma Karya. Seragam yang berantakan serta tas yang diselempang sebelah merupakan kebiasaannya di sekolah. Kakinya tidak langsung menuju kelas, melainkan menuju kantin. Hari ini beberapa murid yang merupakan anggota geng Vobrama memintanya untuk datang ke kantin. Entah ada masalah apa lagi.

"Telat mulu, mentang-mentang semalem habis menang tanding," seru Reizy ketika melihat Albas yang sudah duduk di sampingnya.

"Wih jago juga lu. Bisa lah Mba Ren. Mumpung nganggur," ucap Renal sembari menaik turunkan alisnya.

"Gila lu, Nal. Mba Ren udah punya anak masih pengen lu embat juga."

Satu toyoran mendarat mulus di kepala Amir. "Tai lu. Maksud gua itu soimay bikinan Mba Ren. Bukan orangnya."

"Nggak apa-apa Nal kalo lu mau ama Mba Ren juga, bodinya nggak kalah ama perawan," ucap Amir diikuti siulan dan gerakan tangan melekuk di udara.

"Eh anak dugong. Di sini kita ngumpul bukan mau ngomongin Mba Ren," ucap reizy menengahi perdebatan keduanya yang tidak berfaedah.

"Ada apaan emang? Si Farel ngajak gua tanding lagi?" tanya Albas.

"Info ini lebih penting dari si Farel itu. Kata Bang Ghany, geng Hidden udah mulai nampakin diri mereka di depan umum, bahkan kemaren mereka nekat balapan liar dan nyerang masyarakat jam sembilan malem."

Semua anggota Vobrama menatap Reizy bingung. Kalau geng Hidden itu tidak mengganggu kelompok mereka, kenapa harus repot-repot ikut campur.

"Dan kata Bang Ghany, ketua anggota mereka nantang Albas buat balapan. Bang Ghany yakin, ini pasti kelakuan si Farel, makanya geng Hidden bisa tau tentang lu yang ngalahin dia semalem."

"Kenapa nantang gua? Gua aja nggak kenal sama mereka," balas Albas santai. Dirinya bukan tipikal cowok yang selalu ingin cari masalah dengan siapapun.

"Lu gak tau geng Hidden? Mereka itu geng yang selalu menang dalam balap liar. Tapi, karena anggota mereka pernah bunuh orang. Ngebuat kelompok mereka kaya hilang di telen bumi. Bahkan jejaknya aja sampe gak ditemuin polisi.

Si Farel itu pernah punya hubungan baik sama geng Hidden. Pastinya dia gak rela kalo lu bisa ngalahin dia. Makanya dia minta bantuan geng Hidden buat ngalahin lu."

"Cih, pengecut liar!!" Albas berdecih mendengar perkataan Reizy. "Mau kapan?"

"Lu serius Al, mau terima itu tawaran?" tanya Rendy –anggota kelas 11– walaupun ia notabenya adalah anggota baru, tapi mendengar cerita Reizy barusan sudah membuatnya merinding.

"Lu pikir gua pengecut kaya Farel?" tanya Albas tajam. Semuanya hanya bungkam, mereka tidak mau ikut campur jika Albas sudah terpancing emosi.

"Waktunya belum di tentuin, nanti malem kita ngumpul di basecamp, biar Bang Ghany yang ngejelasin." Ucapan Reizy membuat semua mengangguk setuju.

"Gua nggak bisa." Semua pandangan langsung tertuju pada Albas.

"Kenapa? Kan lu yang bakal tanding." Reizy memandang temannya itu heran.

"Gua ada urusan."

"Sebenernya lu serius mau terima tawaran ini apa enggak?" tanya Reizy. Nada bicara cowok itu terdengar mulai kesal.

"Selain malem ini, gua usahain."

"Gua nggak ngerti jalan pikiran lu." Tunjuk Reizy pada Albas. "Oke, malem ini lu nggak usah ikut ngumpul."

******

Bel istirahat terdengar nyaring seantero SMK Bangsa Harapan. Membuat semua murid berhamburan keluar kelas untuk menyerbu kantin. Karena urusan perut lebih penting sekarang.

"Kita nggak usah ke kantin aja lah," saran Nadela. Melihat kondisi Zidya yang kurang baik, membuatnya tidak tega jika harus membiarkan sahabatnya itu berdesak-desakan di kantin.

"Udahlah Del. Gua baik-baik aja. Kalian berdua itu terlalu khawatir banget sama gua."

"Gimana gak khawatir. Lu hilang gak ada kabar beberapa hari, hari ini pas masuk sekolah malah keadaan lu kaya gini," ucap Jef mendapat anggukan dari Nadela.

Zidya memegang kedua pipi sahabatnya gemas. "Kalian perhatian banget sama gua, kaya Orangtua yang lagi khawatir sama anaknya."

"Ya ampun Zia, selera gua itu lebih tinggi dari Dela."

Nadela memutar bola matanya malas. "Denger ya, Tuan Jef Nadeo yang mukanya nggak lebih ganteng dari pantat panci. Gini-gini gua udah punya pacar, sedangkan lu? Pdkt aja gak pernah."

"Dela punya pacar? Kenapa gak ngenalin ke gua?" tanya Zidya antusias.

"Makanya jangan suka tiba-tiba menghilang."

"Baru pacar aja belagu banget. Pasti cowok yang suka sama lu punya masalah mata. Liat aja, masa nenek sihir kaya lu dijadiin pacar. Nyusahin," ungkap Jef santai yang langsung mendapat timpukan pulpen dari Nadela.

"Bilang aja lu iri sama gua."

"Udah-udah. Kenapa malah berantem? Kan gua cuma bercanda doang," Zidya segera menengahi keduanya. Waktu istirahatnya terbuang percuma kini.

"Zia nanti pulang Jef anter. Gak ada penolakan."

Perkataan Jef sukses membuat Zidya serta Nadela memandang aneh cowok itu.

Hate VS Love [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang