30. Terbongkar Teka-teki 1

9 2 0
                                    


Kalo ada krisar, bisa langsung comment ya ~-~

Selamat membaca!!

******

Bel masuk sudah berbunyi sedari tadi, tapi tak membuat Albas serta beberapa anggota vobrama bergegas menuju kelas. Mereka kini dengan santainya bercanda dan tertawa, tanpa rasa takut jika nantinya akan ketahuan guru piket dan berakhir dengan hukuman yang siap menanti mereka, karena cabut saat jam pelajaran.

"Kenapa gak sekalian aja lu tidur bareng bang Ghany. Kasian dia, udah lama hidup sendiri, pasti butuh kasih sayang," ucap Reizy yang berakhir dengan satu toyoran mendarat manis di kepala cowok itu. Dan langsung mendapat tertawaan dari anggota yang lain.

"Lu kira gua cowok apaan!?"

"Gua tau, lu juga lagi kurang kasih sayang kan? Kesempatan gratis harusnya jangan di sia-siain," ucap Reizy. Berhasil membuat Albas geram di tempat. Kalau bukan teman, Albas pasti sudah memotong mulut cowok itu.

"Oh iya, kan lagi berantem ya sama calon istrinya. Lagian lu Al, gaya-gayaan berantem. Diusir kan dari rumah." Kali ini Amir yang berbicara.

"Mending lu baikan Al, ntar gak dikasih jatah baru tau rasa," timpal Renal. Membuat suara tawa kembali menggema, berbanding terbalik dengan Albas yang kini menatap tajam temannya satu per satu.

"Jangan natep ade kaya gitu bang, kan ade jadi tambah kesemsem," kata Reizy dibuat semenggoda mungkin. "Sini acu peyuk." Reizy merentangkan kedua tangannya dengan bibir mengerucut, bersiap memeluk Albas yang memang berada tepat di sampingnya.

Melihat itu sontak Albas mendorong Reizy sekuat tenaga, hingga membuat cowok itu terjatuh dari bangku dan terduduk di lantai. Tempat duduk Reizy yang memang di pinggir, membuat Albas gampang saja melakukan itu.

"Anjir lu Al, pantat gua ntar tambah bohay dah."

"Woy! Ada mermaid terdampar dari selokan di sini," teriak Amir. Lagi-lagi berhasil menyulut tawa anggota vobrama yang sedari tadi hanya menonton.

"Emang gua kaya mermaid ya?" tanya Reizy terdengar senang mendapat julukan tersebut.

"Lebih mirip dugong yang terdampar di pinggir kali." Kali ini Albas yang berucap.

Melihat sikap Reizy yang tidak jelas seperti itu membuat Albas lama-lama jengah. Walaupun ia sudah kenal Reizy lama, tapi sikap cowok itu yang seperti sekarang, tetap saja membuat Albas ingin muntah di tempat. Reizy terlihat seperti perawan ketimbang cowok sejati.

Drrtt...Drrtt...Drrtt

Albas mengambil ponselnya yang bergetar di saku seragamnya. Senyum tipisnya muncul begitu melihat satu pesan yang ia terima. Kemudian menatap Rendy yang duduk di bangku sebrang.

"Ren, gua mau minta bantuan lu," ucap Albas tanpa memedulikan kegaduhan yang sedang Reizy buat. Rendy yang merasa terpanggil menatap Albas tidak mengerti.

"Gua minta buat lacakin plat nomor. Gua kirim platnya." Albas langsung meneruskan pesan yang ia dapat. Di sebrang terlihat Rendy memeriksa ponselnya, ketika benda pipih itu bergetar.

"Ok Al," jawab Rendy dan langsung sibuk memainkan ponselnya.

"Ada apaan sih Al, nyusahin orang lu."

Albas hanya memutar kedua bola matanya malas, begitu mendengar suara Reizy di sampingnya.

"Mending lu balik jadi mermaid, biar gak nyusahin."

"Ah gak seru, sekarang main rahasia-rahasian sama gua."

"Bodo!"

"Ren, jangan mau kalo gak dapet duit," teriak Reizy. Tetapi tidak mendapat tanggapan apapun dari lawan bicaranya.

"Gua udah nemu."

******

Albas terus mengikuti petunjuk jalan yang diberikan Rendy. Setelah pulang sekolah Albas memutuskan untuk segera mencari tau, bahkan beberapa anggota vobrama meminta agar ikut bersamanya. Tapi tentu saja ia tolak, ini urusan pribadinya dan bukan urusan yang menyangkut vobrama.

Motornya terparkir di depan sebuah halaman rumah. Albas kembali memastikan petunjuk yang diberikan Rendy. Tepat ketika pandangannya menatap mobil didalam rumah tersebut, Albas langsung turun dari motor dan menerobos masuk, ketika ternyata pintu pagar tidak terkunci. Plat nomor mobil itu sama seperti plat yang Albas cari.

Beberapa detik Albas memencet bel didekat pintu, tetapi tidak ada tanda-tanda satu orangpun yang akan keluar. Terkadang Albas membuang napas kasar, kalau ia sudah tidak mengenal kata sopan santun, sudah ia pastikan pintu di depannya akan hancur.

"Iya, sebentar."

Ketika pintu terbuka, Albas segera menerobos masuk tanpa menghiraukan seseorang yang kini menatap Albas heran bercampur terkejut.

"Nyari sia—"

"Siapa pemilik mobil di depan?" potong Albas. Matanya berapi-api saat melihat lawan bicaranya. Emosinya berhasil tersulut saat ini.

"Itu punya Om gua, kenapa emangnya?"

"Sekarang dimana dia, gua suruh lu buat panggil dia sekarang."

"Emang lu ada urusan apa sama Om gua?"

"Panggil sekarang," perintah Albas dengan suara meninggi satu oktaf. Kesabarannya semakin menipis, apalagi terlalu bertele-tele berbicara dengan gadis di hadapannya.

"Gua butuh alesan, kenapa lu nyuruh gua buat manggil dia sekarang."

"Batu! Gua bisa manggil dia sendiri." Albas membalikkan badan, berniat menggeledah seisi rumah mencari keberadaan satu orang yang ia cari. Berlama-lama di sini hanya akan membuang waktunya. Baru dua langkah satu tangan berhasil mencekal tangan Albas, membuat langkah cowok itu terhenti seketika.

"Jangan lancang! Ini rumah gua, lu gak punya hak buat neglanjutin langkah lu itu."

"Zia ada apa? Kenapa berisik banget."

Suara itu membuat keduanya menoleh serempak ke sumber suara. Di sana, diambang pintu kamar, satu lelaki berdiri mematung, pandangannya mengarah penuh ke Albas.

Hate VS Love [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang