38. Menghilangnya Zidya

20 2 0
                                    

"Zi!" panggil Nadela membuat suara nyaring di sekeliling ruang tamu. Sudah beberapa kali ia memanggil nama Zidya, tetapi tidak ada tanggapan apapun dari gadis itu.

Sejak bangun tidur, Nadela tidak menemukan Zidya di kamar gadis itu. Tadinya ia pikir Zidya sedang menyiapkan makanan di dapur. Namun, setelah Nadela periksa, ia tidak menemukannya di sana.

Kemana kira-kira Zidya pergi? Padahal waktu masih menunjukkan pukul 08.00 pagi. Apa mungkin gadis itu pergi sekolah? Tapi tadi ia menemukan tas dan seragam Zidya tergantung rapi di tembok.

Dengan langkah panjang, Nadela bergegas kembali menuju lantai atas mengambil ponselnya. Setelah menemukan, ia langsung menghubungi kontak Zidya cepat.

"Kenapa gak aktif? Lu kemana sih Zi?" gumam Nadela. Begitu mendengar suara operator yang menjawab, bukannya Zidya.

Tanpa membuang banyak waktu, ia memilih menghubungi Albas. Siapa tau cowok itu tau di mana keberadaan Zidya.

"Halo Al, Zia gak ada di rumah. Lu lagi sama dia?" tanya Nadela begitu panggilan di angkat.

"Gak. Lu udah nyari di sekitar rumah?"

"Udah, tapi gak ketemu."

"Nanti gua sama anak-anak ke sana."

Nadela mendudukan dirinya di pinggir ranjang, setelah panggilan dimatikan Albas secara sepihak. Kini Nadela merasa cemas sekaligus khawatir, pikirannya kembali teringat pada kotak hitam kemarin yang di kirim ke rumah Zidya. Apa gadis itu dalam bahaya?

******

Semua anggota Vobrama sudah berkumpul di rumah Zidya lima menit yang lalu. Terlihat Jef dan Alfi ikut berkumpul untuk membantu menemukan Zidya, yang menurut keterangan Nadela menghilang secara tiba-tiba.

"Dari kamera yang gua pasang, gua yakin Zidya diculik, tapi muka pelakunya gak keliatan," ucap Jef seraya menyerahkan video dari ponselnya ke Albas. Meskipun notabenya ia menganggap Albas musuh, tetapi demi keselamatan Zidya ia rela menurunkan egonya dan bekerja sama dengan baik.

"Kemaren siapa yang gua suruh jaga?" tanya bang Ghany.

"Gua bang," jawab Renal seraya mengangkat tangannya.

"Info?"

Renal mengulurkan ponselnya yang langsung diambil oleh Ghany. "Itu plat nomor pelakunya."

"Kalo lu ada di sana, kenapa gak lu ikutin?" tanya Nadela, nada suara gadis itu naik satu oktaf.

"Terlalu beresiko Del, apalagi malem tadi Renal cuma jaga sendiri." Reizy berusaha menenangkan gadisnya. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berdebat apalagi saling menyalahkan.

"Tapi kalian ngebiarin satu perempuan dalam bahaya!"

"Ren, coba lacak," suruh Albas tanpa memedulikan Nadela yang masih terusulut emosi.

"Lu yakin akurat?" Kali ini Alfi yang bertanya.

"Meremehkan dan gak percaya? Cuma anak kecil yang gak mau ngambil resiko."

"Gua nemu," cetus Rendy, membuat Albas bergegas mengambil ponsel dari genggaman cowok itu, lalu melangkah cepat menuju pintu keluar dan tanpa menunggu lama semua anggota vobrama bergegas mengikuti.

******

Sekali lagi Albas kembali memeriksa maps di ponselnya, memastikan bahwa gudang kosong di hadapannya merupakan tempat Zidya berada.

"Lu yakin Ren?" tanya Albas seraya berbalik menatap Rendy untuk memastikan.

"Gua yakin, hasil lacakan gua gak mungkin salah."

Albas kembali membalikkan badan, menatap sekeliling tempat itu sekedar melihat situasi. "Gua masuk duluan, nanti kalo satu jam gua belum balik. Kalian nyusul."

"Gua ikut!" seru Jef sembari melangkah maju hingga sejajar dengan Albas.

"Lu gak ngerti bahasa manusia?"

"Zidya sahabat gua! Dan gua bakal selalu ngelindungi dia dalam keadaan apapun!"

"Gua pacar Zia! Dan gua ngelarang lu buat masuk!" ucap Albas datar dan tenang.

Jef tersenyum remeh mendengar kalimat yang dilontarkan Albas. Tetapi, memilih tetap diam pada tempatnya saat Albas mulai melangkah masuk ke dalam gudang.

Albas menutup hidungnya dengan tangan, ketika baru memasuki ruangan kosong yang sangat berdebu serta gelap itu. Ia melangkah hati-hati, mata elangnya terus bekerja mengawasi apakah ada orang selain dirinya di sana.

Setelah ia berjalan hingga tengah ruangan, tiba-tiba langkahnya berhenti. Matanya sontak membulat sempurna, di sana, Zidya terlihat pingsan di dalam akuariun besar dengan tangan yang terborgol.

Langkah panjangnya seketika mendekati Zidya tergesa-gesa.

"ZI! ZIA!" teriak Albas mencoba membangunkan Zidya di dalam sana, sambil kepalan tangannya berkali-kali memukul kaca akuarium berusaha memecahkan.

Hate VS Love [Completed✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang