02 : Bingung

86 20 10
                                    

"Jadi gimana lo masih belum berani confess ke Aqilla?" Tanya Gilang
Karena proses belajar mengajar belum resmi dimulai, jadilah mereka ada di sini, di kantin.

Ravaro terdiam, ya dia selama ini menyukai Aqilla sejak SMP, "Bingung gue, kalo gue confess pasti dia bakal marah sama gue,"

"Trus mau sampe kapan tuh perasaan dikubur aja?" Tanya Leo, "Tunggu Aqilla diambil orang baru dah lo kelabakan," timpal Gilang

"Bacot lo berdua. Gak tau dah, intinya gak dalam waktu deket,"

Gilang dan Leo saling lirik, mereka tau temannya ini menyukai sahabatnya sendiri, kadang juga mereka kodein Aqilla, tapi emang dasarnya aja Aqilla orangnya gak pekaan.

"Menurut lo berdua, kalo gue confess Aqilla bakal gimana?" Tanya Ravaro

"Ya yang tadi kata lo, menurut gue juga Aqilla bakal marah atau sampe kecewa mungkin," kata Gilang

"Iya, mungkin kalian bisa aja jadi ada jarak. Tapi kan kalo lo gak confess, Aqilla gak bakal tau. Lo udah kalah sebelum maju, penantian lo bakal sia-sia," timpal Leo

Ravaro makin bingung, pasalnya Aqilla ini orangnya gak pekaan kalo gak secara blak-blakan. Paham kan?

"Eh itu Aqilla masuk kantin, Ro," ucap Leo pada Ravaro, yang membuatnya menoleh ke arah pintu masuk kantin.
Ravaro melambai ke arah Aqilla. Aqilla yang menyadari itu langsung menghampiri Ravaro.

"Loh? Emang udah istirahat, La?" Tanya Ravaro

"Belom, gue mau beli minum doang," kata Aqilla sambil melangkah menuju warung Mas Kirun, penjual minuman dingin.

Setelahnya, Aqilla duduk di samping Ravaro, "Nanti lo pulang sendiri dulu ya?"

Aqilla menoleh ke arah Ravaro, "Gue harus ke rumah Oma dulu,"

"Oh yaudah," jawab Aqilla seadanya

"Gapapa, kan?"

"Gapapa, Ro,"

"Langsung pulang, jangan kelayapan,"

"Iya Ravaro," jawab Aqilla dengan nada yang panjang, "Udah ya, gue balik ke kelas dulu,"

Ravaro ngangguk, "Le, Lang, duluan ya," pamit Aqilla

Setelah Aqilla pergi, Gilang meledek Ravaro, "Apaan tuh? Perhatian seorang sahabat ke sahabatnya, ya Le?"

"Biasa bucin tapi cuma sahabat," timpal Leo membuat Ravaro mendengus kesal.

Ravaro bingung, jika dirinya mengungkapkan persaannya kepada Aqilla akan kacau nantinya. Tapi jika dibiarkan begitu saja, akan terpendam sia-sia. Hal itu saja yang berputar di kepalanya saat ini.

---

"La la la la," terdengar suara Ravaro yang manggil gue. Gue nengok hendak menjawab, "Ap--,"

"La la la la la oooo," kata Ravaro sambil jalan melewatin gue. Sialan itu memang suara Ravaro, gue kira dia manggil gue, ternyata lagi nyanyi.

Gue cuma mendelik kesal, lalu Ravaro balik badan sambil ketawa, "Gue balik duluan ya, La. Hati-hati nanti pulangnya. Kalo udah sampe kabarin gue!" Dia ngomong gitu sambil jalan mundur, ah bukan ngomong lebih tepatnya teriak.

"Dah sayang!" Malu-maluin nih orang, dia teriak gitu di koridor yang masih banyak murid. Hadehhh, gue cuma bisa geleng kepala liat kelakuannya sambil nunjukin jari jempol gue.

Kadang Ravaro emang care guys, eh ralat selalu care, tapi keseringan ngeselinnya sih. Tapi beberapa hari ini, dia lagi gak iseng kayak biasanya. Bagus deh. Tentram hidup gue.

Special Friend | When You Were Special For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang