28 : Ternyata

23 5 2
                                    

Sudah terhitung satu minggu setelah insiden baku hantam antara Ravaro dan Haikal. Dan selama itu pula, Aqilla menghindar dari Ravaro.

Setelah Ravaro mengungkapkan perasaannya, Aqilla masih diam. Tidak memberi respon apapun. Yang dia lakukan hanya menghindar. Bukan apa-apa, tapi dia hanya tidak habis pikir saja. Kenapa bisa Ravaro menyukainya? Padahal selama ini dia mengira bahwa Ravaro sedang mendekati Reira.

Jika berpapasan di sekolah, mereka berlagak seperti orang asing. Lebih tepatnya, Aqilla yang berlagak seperti itu.

Mengenai hubungannya dengan Haikal, hubungan mereka makin membaik. Belakangan ini juga mereka lebih sering jalan bersama, walaupun Haikal selalu sibuk dengan ponselnya. Entah apa yang menarik di sana. Aqilla tidak terlalu memperdulikan hal itu. Selama Haikal masih memberinya perhatian yang sama seperti sebelumnya, Aqilla tidak masalah.

Saat ini Aqilla sedang berjalan menuju gerbang. Dia habis rapat OSIS tadi. Emang ya OSIS tuh ada aja yang dirapatin. Seperti biasa jika hari Rabu begini Haikal ada jadwal les, jadi Aqilla sudah memutuskan untuk pulang menggunakan jasa ojek online.

Aqilla berjalan sambil bersenandung kecil. Dia juga melihat ada anak basket yang sedang beristirahat, mungkin latihannya sudah selesai, mengingat ini sudah pukul setengah lima sore.

Aqilla mendadak berhenti berjalan ketika matanya bertemu pandang dengan cowok di hadapannya ini dengan tas yang terselampir di bahu kanannya. Dia baru saja keluar dari toilet.

"La," panggilnya.

Baru saja Aqilla ingin melanjutkan jalannya namun tangannya di tahan oleh cowok itu.

"Lo marah sama gue?" tanyanya.

"Awas. Gue mau pulang,"

"Jawab dulu,"

Aqilla menghela napas, "Enggak,"

"Kenapa ngehindar dari gue?"

"Kata lo, itu hak gue, kan?"

"Lo masih belom percaya sama gue?"

Aqilla berdecak, "Gue gak akan percaya sama lo kalo lo gak bisa ngasih bukti ke gue,"

"La, tapi---,"

Aqilla menghempaskan tangan Ravaro, "Gak usah ikut campur," katanya penuh penekanan.

Aqilla melanjutkan jalannya. Meninggalkan Ravaro yang terdiam menatap kepergiannya.

Akankah persahabatannya dengan Ravaro hanya sampai di sini?

---

"Kita jadi kan nonton hari ini?"

"Iya, jadi. Tapi pulang dulu ya, nanti aku jemput kamu,"

"Oke,"

"Sip, hati-hati ya,"

Setelah melakukan panggilan, cowok itu langsung bergegas pulang ke rumahnya.

Hari ini dia sudah memiliki janji untuk menonton bersama kekasihnya itu. Sebenarnya dia merasa aneh, jika mengatakan itu kekasihnya.

Setelah bersih-bersih dan berganti pakaian, dia langsung berpamitan dengan Mamanya dan mulai melajukan motornya ke rumah sang kekasih.

Setelah dia mengabari sang kekasih kalau dia sudah di depan rumahnya, tak lama sang kekasih muncul dengan senyum cerah di bibirnya.

Special Friend | When You Were Special For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang