24 : Percaya

18 5 2
                                    

Ravaro dan Reira kini sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan. Hari ini, Ravaro nemenin Reira yang katanya mau main timezone. Sebenarnya males sih, tapi ya di rumah gabut juga. Jadi iyain aja deh.

Makin hari, keduanya semakin dekat. Tanpa kejelasan. Mereka mengikuti alur saja. Alur yang bisa membuat mereka bahagia ataupun kecewa.

Pertemuan awal mereka memang sedikit konyol, dengan Ravaro yang galau karena Aqilla jadian dengan Haikal, lalu melampiaskan ke rooftop. Dan di situ Reira dituduh mau bunuh diri karena manjat pagar pembatas. Dari situ mereka dekat, sampai sekarang.

Hingga salah satunya menyimpan rasa. Rasa yang entah mau diapakan. Apa dipendam saja? Atau lebih baik diutarakan?

Entahlah. Untuk saat ini, Reira tidak memikirkan hal itu.

"Ro, battle basket ayo!"

"Yakin lo nantangin gue?"

"Oh lo ngeremehin gue?" katanya sambil berkacak pinggang.

Ravaro mengangkat sebelas alisnya, "Oke, yang kalah truth or dare," katanya. "Deal?"

Reira berpikir sejenak, "Oke," katanya.

Mereka mulai memainkan game timezone yang satu ini. Reira sedikit mawas diri, karena Ravaro jago main basket. Dia tiba-tiba malah merutuki dirinya sendiri yang sudah menantang Ravaro.

Dan benar saja, Reira kalah telak. Ravaro memiliki skor jauh lebih banyak dibanding dirinya.

Reira menghela napas. Dia harus terima apa pun resikonya.

"Lo curang kan pasti!"

"Dih. Udah kalah, nuduh orang curang lagi,"

"Emang lo curang!"

"Mana ada. Gue mah emang jago,"

Reira memutar bola matanya malas. Iyain aja deh kalau Ravaro udah membanggakan dirinya.

"Truth or dare?"

"Ah, laper gue," kata Reira berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Gak usah ngalihin topik. Truth or dare?"

"Iya iya! Truth,"

Lalu, Ravaro menarik tangan Reira untuk berjalan menuju kedai makanan di sini. Mereka sampai dan langsung menempati meja yang kosong.

"Ck, apaan sih. Demen banget ya lo narik-narik orang,"

"Yang penting tangan lo gak putus kan,"

Seorang pelayan menghampiri mereka dan memberikan buku menu. Setelah melihat menu, keduanya menyebutkan pesanannya.

Ketika pelayan itu pergi, Ravaro mulai menjalankan aksinya.

"Tadi lo pilih truth kan?"

Reira mengangguk.

"Lo bakalan jawab jujur, kan?"

"Ya namanya juga truth,"

"Oke," katanya sambil membenarkan kursi yang didudukinya. "Lo suka sama gue ya?"

Reira terkejut bukan main. Bagaimana Ravaro tau? Apa selama ini terlalu kelihatan kalau Reira menyukainya? Reira terdiam, masih berkelana dengan pikirannya. Dia bingung mau jawab apa. Apa ini saatnya dia mengungkapkan yang sebenarnya?

"Jawab dong, katanya jujur,"

Reira masih diam.

"Kalo diem berarti iya,"

Special Friend | When You Were Special For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang