26 : Retak

27 5 0
                                    

Bel jam pelajaran terakhir sudah berbunyi sejak beberapa menit lalu, sebagian murid juga sudah pulang ke rumahnya.

"La, yuk ke depan!" ajak Rahma.

"Duluan aja, gue---,"

"Udah, Ma. Ayo! Lo lupa? Dia kan pasti mau bucin dulu," sela Nayya.

Aqilla menghela napas, "Nay,"

Nayya menoleh dengan mengangkat satu alisnya, "Apa?"

"Lo kenapa, sih?"

Nayya tertawa sinis, "Selain lupa temen, ternyata lo gak tau diri juga ya,"

"Lo cemburu?"

"Gue? Cemburu kenapa?" katanya sambil menunjuk dirinya.

"Kenapa sih lo selalu sinis kalo gue bareng Kak Haikal?"

"Iya! Gue cemburu! Puas lo?" katanya dengan nada yang lebih tinggi dari sebelumnya. "Gue cemburu karena sekarang lo jarang kumpul bareng kita, lo lebih milih jalan bareng pacar lo itu, lo jadi lupa temen, La! Sadar gak sih?"

"Nay, ada alesannya,"

"Apa? Karena lo gak mau hubungan lo sama Kak Haikal renggang? Biar Kak Haikal gak marah? Trus lo ngorbanin pertemanan kita gitu? Iya?!"

"Nay, udah ayo kita pulang aja," kata Shalma berusaha melerai keduanya.

"Gak bisa, Shal. Nih anak harus dikasih tau biar gak makin lupa sama semuanya," katanya sambil menunjuk Aqilla.

"Sadar, La. Lo hidup gak cuma buat pacaran aja. Lo masih punya temen," katanya, kini nada suaranya sudah tak setinggi lagi. "Lo kira gue doang yang ngerasa? Rahma ama Shalma juga ngerasa kalo lo berubah. Kita bertiga jadi ngerasa sekedar temen kelas lo doang, sekarang lo kalo istirahat sama Kak Haikal. Malem minggu lo jalan sama Kak Haikal,"

"Nay, kasih gue waktu buat bicara,"

"Oke, silahkan,"

"Gue kayak gitu, karna Kak Haikal posesif, Nay. Dia mau gue buat gak terlalu sering main, alesannya biar gue gak capek, karna lo tau, gua juga ikut OSIS. Gue gak mau dia marah, Nay,"

Nayya tertawa sinis, "Cuma karna itu?" katanya lalu menghela napas. "Kita tau sesekali Bunda lo suka ngelarang lo buat maen, tapi karna itu Bunda lo yang ngelarang, kita fine aja, La. Bahkan lo ngebantah larangan Bunda lo dengan pergi diem-diem. Walaupun akhirnya dimarahin, lo bakalan tetep ngelakuin hal itu lagi di lain hari. Tapi sekarang yang ngelarang Kak Haikal, kenapa lo manut aja?"

"Konteksnya beda, Nay,"

"Kenapa? Lo takut Kak Haikal mutusin lo? La, pacaran itu bukan berarti bisa ngekang pasangan seenak jidat. Lo harus bisa bantah, lo juga butuh kebebasan,"

"Maaf,"

"Sayang boleh, tapi jangan mau dibegoin," katanya lalu berjalan meninggalkan ketiga temannya di dalam kelas.

"La, maafin Nayya,"

Kini Aqilla sudah meneteskan air matanya, "Gue salah banget ya,"

"Nayya biar gue yang ngurus," kata Shalma lalu berlalu untuk menyusul Nayya.

"Maaf,"

Rahma beralih memeluk Aqilla, "Gue gak mau Kak Haikal marah, tapi satu sisi gue juga mau terus sama kalian,"

"Iya, udah jangan nangis lagi. Besok lo bisa ngomongin ini baik-baik sama Nayya. Oke?"

Aqilla mengangguk, "Makasih, Ma,"

"Yuk kita pulang,"

"Lo duluan aja, gue mau ke ruang olahraga dulu,"

"Perlu gue temenin?"

Special Friend | When You Were Special For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang