12 : Dag Dig Dug

33 9 2
                                    

"Aqilla ama Haikal makin deket aja, tuh," kata Gilang yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Ravaro.

Hari ini, Ravaro melihat lagi pemandangan yang membuat hatinya panas. Sedikit cemburu, ah tidak, banyak cemburunya.

"Udah, kalo panas mah gak usah diliat kali," kata Gilang. Ravaro mengalihkan pandangannya ke lapangan.

"Gak rela gue,"

Gilang terkekeh, "Ya harus rela, lah,"

"Gak guna njir ngomong ama lo," kata Ravaro sewot, kemudian meninggalkan Gilang menuju kantin. Dia butuh yang seger-seger biar hatinya gak panas.

"Yaelah, baperan amat lo!"

"Bacot!"

Ucapan Ravaro barusan berhasil mengalihkan atensi dua manusia yang sedang berbincang. Aqilla dan Haikal berhenti berbincang dan menatapnya. Ravaro yang merasa ditatap pun berhenti tepat di hadapan keduanya.

"Apa lo?!"

"Dih, gak jelas bocahnya," kata Aqilla sinis.

"Lanjutin dah acara bucinnya," kata Ravaro melangkah pergi.

Gilang yang melihat itu pun hanya terkekeh. Ada-ada aja tingkah temannya yang satu itu.

"Mas Kirun, es mangga satu dong,"

Ravaro ini pencinta mangga akut. Pokoknya apa-apa yang berbau mangga, pasti dia suka. Sampai-sampai di ulang tahunnya tahun lalu, Aqilla bawa 1 kg mangga buat Ravaro. Jadi selain bucinnya Aqilla, dia juga bucinnya mangga.

Setelah mendapatkan es mangganya, dia tidak langsung kembali ke kelas. Duduk dulu sebentar di kantin, sambil nunggu bel masuk. Selain itu, dia juga gak mau lihat Haikal yang pasti masih dengan acaranya bersama Aqilla. Bisa-bisa hatinya bukan panas lagi, tapi udah terbakar, kali.

Kringg.....

Oke sip, bel udah bunyi, harusnya Haikal udah pergi. Ravaro melangkah keluar kantin. Saat sampai tangga, dia berpapasan dengan Haikal. Haikal melirik sinis Ravaro.

Halah, belom aja tu mata gue colok, njir. Batin Ravaro.

Ravaro melanjutkan jalannya. Ternyata Aqilla masih ada di depan kelasnya.

"Udah selesai bucinnya?" tanya Ravaro dengan nada sedikit menjengkelkan.

"Dih, siapa?"

"Ya, elo lah!" kata Ravaro sambil melangkah menuju kelasnya.

Aqilla terkekeh melihat tingkah sahabatnya itu, "Kenapa lo?! Iri?!"

"Bukan iri, La. Tapi cemburu!" kata Gilang yang ternyata masih berdiri di balkon depan kelas XI MIPA 2.

Dengan spontan, Ravaro langsung menarik Gilang ke dalam kelas. Yang ditarik jadi misuh-misuh gak jelas. Lagian Gilang bikin malu Ravaro aja, dia kan gak mau keliatan cemburu.

Aqilla yang melihat itu cuma bisa geleng-gelang kepala. Apa tadi kata Gilang? Ravaro cemburu? Aqilla gak percaya, dia taunya Ravaro iri. Tolong bedain iri dan cemburu di sini, ya.

---

Bel pulang berbunyi, seluruh murid bersorak gembira. Ya gembira, dong. Kini Aqilla dan Haikal sedang berjalan menuju parkiran. Rencananya, nanti sore mereka akan pergi ke pasar malam. Haikal yang ngajak, pastinya.

"Nanti jam 5 gue jemput, ya,"

"Oke," kata Aqilla sambil mengacungkan kedua jempolnya.

Special Friend | When You Were Special For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang