20 : RR

24 7 0
                                    

Ravaro sebenarnya bohong soal dirinya yang mau lanjut main PUBG saat Aqilla menelepon dirinya. Dia meminta Aqilla memutus panggilannya karena dia belum cukup kuat untuk mendengar kelanjutan kisahnya.

Sebenarnya sih, Ravaro udah mulai rela kalau Aqilla sama Haikal. Tapi ada aja suatu hal yang kadang bikin Ravaro berubah pikiran.

Ravaro mencari nomor yang akan dia hubungi.

"Hallo,"

"Iya,"

"Lagi dimana?"

"Di rumah,"

"Gue jemput ya,"

"Mau ngapain?"

"Temenin gue makan pecel lele deket sekolah,"

"Udah malem, Ro,"

"Baru juga jam tujuh,"

"Ish. Yaudah iya,"

"Sip. Gue otw,"

"Iya,"

Ravaro bersiap untuk menjemput Reira untuk menemani dirinya makan pecel lele. Biasanya kan Aqilla yang nemenin, nah kalau sekarang dia harus tau diri. Aqilla itu kan udah punya pacar. Jangan diganggu, gitu nasehat Reira padanya.

"Ma, Ravaro mau keluar dulu ya,"

"Kemana?"

"Malmingan dong. Mama mau Ravaro bawain apa?"

"Hm apa ya?" Mama tampak berpikir. "Gak usah deh,"

"Yaudah kalo begitu. Ravaro pamit ya, Mah. Assalamualaikum," katanya sambil menyalami tangan Mama.

"Waalaikumsalam. Jangan malem-malem pulangnya,"

"Iya, Ma. Siap!"

Ravaro menjalankan motornya. Menyusuri jalan di malam hari. Jalanan malam ini cukup ramai, mengingat ini malam minggu. Tau kan kalau malam minggu ada apa?

Ravaro sampai di depan gerbang rumah Reira. Lalu dia mengirimkan pesan ke Reira. Tak lama, Reira pun keluar dengan setelah celana training hitam dan hoodienya. Ya gak jauh beda lah sama Ravaro.

"Segitu gak niatnya lo nemenin gue,"

"Kenapa emang? Niat kok,"

"Tuh, cuma pake training sama hoodie,"

"Ya kan cuma nemenin makan,"

Ravaro tertawa kecil, "Iya iya semerdeka lo deh,"

Ravaro mulai menjalankan motornya setelah Reira naik. Awalnya keduanya diam menikmati udara malam yang menerpa. Mereka terlihat seperti pasangan kekasih yang lagi malam mingguan.

gemesss, jomblo can't relate.

"Turun, Ra," kata Ravaro yang padahal sudah menghentikan laju motornya karena sudah sampai, tapi Reira tak kunjung turun. "Betah amat gue bonceng,"

Reira berdecak, "Sabar dong,"

"Yuk," kata Ravaro sambil menggandeng tangan Reira.

Woy ni orang demen banget gandeng tangan dah. Gue jadi deg-degan, batin Reira.

"Lo makan gak?"

"Eng-enggak, gue udah makan tadi," katanya masih gugup karena tangannya kini masih digandeng Ravaro.

Ravaro mengangguk, "Pak, pecel lele satu, sama teh anget dua ya,"

Setelah memesan, Ravaro dan Reira menghampiri meja yang masih kosong dengan tangan Reira yang masih digandeng Ravaro.

Special Friend | When You Were Special For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang