"Lang! Lang! kiri lo musuh itu!"
"Anjir! Eh darah gue berkurang woy!"
"Eh itu anjir musuhnya lari!"
"Noob lo ah,"
Begitulah kira-kira kondisi kamar Ravaro siang ini. Penuh dengan teriakan memekakan telinga. Saat pulang sekolah tadi, ketiganya memutuskan untuk bermain di rumah Ravaro. Ravaro sih iya-iya aja.
Di saat Gilang dan Leo sibuk dengan gamenya. Ravaro cuma melamun sambil bersandar di kursi belajarnya sesekali memetik senar gitarnya. Biasa lagi galau. Dia masih kepikiran Aqilla. Sebegitu berefeknya Aqilla buat Ravaro.
"Ah! Kampret, mati gue," kata Gilang yang misuh-misuh karena dia mati duluan. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke Ravaro yang sedaritadi diam aja.
"Woy, curut! Bengong aja dari tadi," kata Gilang sambil melempar kacang dari toples.
"Tau lo, kenapa sih?"
"Aqilla,"
"Kenapa Aqilla?"
"Dia jadian ama Haikal,"
"Ha?! Serius lo?!"
"Berisik, sat," protes Gilang sambil memukul kepala Leo.
"Trus kok lo galau?" Pertanyaan bodoh dari Leo.
"Eh anoa! Lo lupa, si curut ini suka ama Aqilla?"
"Oiya,"
"Resiko suka sama orang tuh gitu, Ro. Apalagi Aqilla sahabat lo," kata Gilang.
"Salah gue juga sih, kalo aja gue udah confess ke Aqilla sebelum Haikal dateng, mungkin gak bakal gini,"
"Lo gak salah di sini. Tindakan lo udah bener. Lo lebih milih persahabatan lo daripada rasa suka lo,"
"Lagian juga masih banyak cewe laen, Ro. Sayang gak melulu berujung bahagia,"
"Sayang gak harus memiliki, Ro. Di sini lo juga harus belajar merelakan,"
"Hm, betul tuh,"
Ravaro tertawa kecil, "Kesambet apaan lo? Jadi bijak gini,"
"Tau lo, sok bijak," timpal Leo.
"Diem aja dah lo, anoa!"
"Ck, mulai dah. Berisik anjir lo berdua!"
"Yeh, kita gini biar lo terhibur,"
Ravaro cuma menghela napas. Nama Aqilla kini memenuhi pikirannya. Apa ini saatnya dia menjauh? Apa ini akhirnya? Tapi, dia belum rela kalau harus jauh dari Aqilla.
"Udah napa jangan kek sedboi,"
Gilang yang mendengar celetukan Leo tertawa, "Eh iya, tadi pas disuruh keluar, lo kemana, Ro?"
"Ke rooftop,"
"Ngapain? Tumben amat,"
"Ya mau aja buat refresh otak,"
"Emang lo punya otak?"
"Kampret,"
"Lo ke rooftop trus buat nenangin pikiran karena abis tau Aqilla jadian?"
Ravaro mengangguk.
Leo geleng-geleng kepala, "Udah jadi sedboi lo,"
"Apa sih anying daritadi sedboi sedboi mulu!"
"Ck, elah. Berisik lo berdua. Udah pada pulang sono! Mau tidur gue,"
"Yah diusir kita,"
"Yaudah pulang dah gue,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Friend | When You Were Special For Me ✔
Teen Fiction[COMPLETED] "Ceweknya itu yang lagi makan cilok di depan gue." "Mau gue musuhin seumur hidup lo?" •••• Tentang perasaan yang muncul karena sebuah ikatan bernama pertemanan. cover by _adindazp