33 : The Truth

19 6 0
                                    

Cewek itu sedaritadi hanya diam. Membuka buku yang harusnya dia pelajari untuk besok ulangan harian. Tapi hanya sekedar membuka, tidak dibaca. Entahlah, dia hanya malas. Padahal biasanya dia akan penuh ambisi jika besok akan ulangan harian. Tapi hari ini, ambisinya seperti lenyap seketika.

Dia beranjak untuk mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Membuka aplikasi LINE. Lalu membuka roomchatnya dengan seseorang. Dia bosan.

Ravaro kek 🐵

eh

Dia menghela napas, sepertinya dia harus menunggu beberapa menit supaya chatnya dibalas. Sambil menunggu, dia mencoba kembali fokus ke bukunya. Tapi apalah daya, setelah mendengar notifikasi tanda pesan dari LINE masuk, dia langsung membuka ponselnya lagi.

Ravaro kek 🐵

gue pnya nama

yaudh si

apaan

gabut

kangen kan lo ama gue

amit-amit

gush gengsi

iyain biar fast

😘

jjy ye

AHAHHAHa
Read

Baru saja dia akan membalas chat dari Ravaro, panggilan masuk dari cowok itu. Dia menghela napas, tapi meskipun begitu, panggilannya tetap diangkat.

"Kangen ya lo ama gue,"

Selalu saja, suara Ravaro mampu membuat jantungnya berdetak dengan kencang. Di telepon aja bikin deg-degan, apalagi kalau ngomong langsung.

"Najis!"

Ravaro tertawa kecil di seberang sana, membuat cewek ini menyerngit heran.

"Ra,"

"Hm,"

"Ra,"

"Hm,"

"Ra,"

"Apaan, sih?!"

"Nah gitu dong ngegas,"

"Apaan, sih?"

"Gue baikan sama Aqilla,"

Hm. Aqilla lagi.

Reira sebenarnya tidak tahan kalau Ravaro selalu membicarakan Aqilla. Dia mau menegur, tapi dia siapa? Kan mereka hanya teman.

"Bagus, deh,"

"Kok gitu doang, sih?"

"Trus gue harus gimana? Selebrasi jungkir balik, guling-gulingan, loncat-loncatan, gitu?"

Ravaro hanya tertawa di seberang sana yang membuat Reira mencibir tawaan Ravaro.

"Udah ah. Gue mau tidur,"

Special Friend | When You Were Special For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang