44 : Thank you, Ravaro

31 5 2
                                    

Suara ketukan pintu rumahnya membuatnya terpaksa bangkit dari posisi berbaringnya. Berjalan dengan langkah lunglai untuk membuka pintu. Tangannya bergerak malas saat hendak membuka pintu.

Pintu terbuka dan menampakan cowok yang sedang berdiri mengenakan hoodie hitam dengan senyuman manis menghiasi bibirnya. Cowok itu menyapa orang yang membukakan pintu untuknya, "Hai sayang,"

Sapaan itu membuat sosok yang masih memegang knop pintu melebarkan matanya, melayangkan tatapan ngeri. "Ih ew apaan sih,"

Cowok itu tertawa, "Gak disuruh masuk nih?"

Aqilla memutar bola matanya malas, lalu mempersilahkan cowok itu masuk. Cowok itu mengikuti langkah Aqilla. Lalu duduk di sofa depan televisi tanpa menunggu dipersilahkan.

"Mau ngapain lo?"

Cowok itu tersenyum, membuat Aqilla mengerutkan dahinya. "Mau ngajak lo jalan, buru sana siap-siap,"

"Dih ogah ah, mager,"

"Mageran mulu. Bodo amat. Gue kasih waktu 15 menit,"

"Dih ngatur,"

"Ya elah, La. Buruan sana,"

"Iya iya!"

Aqilla meninggalkan cowok itu menuju kamarnya. Untung saja dia sudah mandi jadi hanya perlu ganti baju aja. Dia bersiap-siap dengan cepat. Bukan karena ingin cepat pergi bersama cowok itu, tapi karena ya mau aja.

Setelah selesai, Aqilla langsung menghampiri cowok itu yang sedang asyik menonton acara talkshow di televisi.

Merasa ada langkah kaki yang mendekat, cowok itu pun menoleh dan mendapati Aqilla yang sudah siap.

"Yuk," ajaknya.

Aqilla mengangguk, dia mengekori langkah cowok di depannya yang berjalan keluar rumah menuju motornya. Setelah siap, mereka segera berangkat ke tempat tujuan yang Aqilla pun tak tau.

---

"Ini mau ke mana sih?"

"Udah ikut aja dulu,"

"Lo mau nyulik gue ya?!"

"Idih gak ada untungnya gue nyulik lo, kurus kerontang gini," katanya sambil mengangkat tangan Aqilla.

Lantas saja perlakuan itu mendapat pukulan keras dari Aqilla yang membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Anjir bar-bar banget,"

"Makanya gak usah macem-macem!"

Mereka berjalan menyusuri jalan setapak. Jalan setapaknya tidak seram seperti yang dibayangkan. Justru terlihat indah dengan bunga-bunga di tepi jalannya. Flower Road.

Aqilla masih tidak tau ini mau kemana. Cowok di sampingnya ini juga tidak kunjung memberi tau. Setiap ditanya pasti jawabnya, "Nanti juga tau," "Ikut aja dulu,"

Aqilla menghela napas. Kakinya sudah cukup pegal. Lalu dia menoleh ke arah cowok di sampingnya. "Ck masih jauh apa?"

"Dikit lagi," katanya sambil bergerak menggenggam tangan Aqilla.

"Lagian kenapa tadi motor lo gak dibawa aja sih?" gerutu Aqilla.

"Biar bisa jalan sama lo lama-lama lah," katanya.

Special Friend | When You Were Special For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang