27 : Affect

28 6 0
                                    

Hari ini Ravaro datang ke sekolah dengan wajah yang tidak bagus banget untuk dilihat. Bagaimana tidak? Di wajahnya masih ada bekas luka akibat baku hantam dengan Haikal kemarin sore.

Hal itu membuat Ravaro menjadi pusat perhatian murid lain saat dia baru saja tiba di sekolah. Murid lain menatap heran ke arahnya. Karena tidak biasanya Ravaro datang ke sekolah dengan wajah kusut nan penuh luka.

Dia berjalan di koridor menuju kelasnya menghadapi beberapa pasang mata yang secara terang-terangan menatapnya.

Anying, belom ae gue colok tuh mata, batinnya.

Sesampainya di kelas, Gilang dan Leo langsung heboh melihat wajahnya.

"Lah ngapa njir. Kok muka lo kek gitu?" tanya Leo.

"Hooh, abis vermak lo?" tambah Gilang.

"Bacot,"

"Dih ngegas, santai mamank masih pagi ini,"

"Jadi abis baku hantam ama siapa lo?"

"Si babi," kata Ravaro singkat sambil memainkan ponselnya.

"Hah?"

"Haikal, njing,"

"Kok bisa?" tanya Leo. Dia ini emang kepo banget ya.

"Gue gak mood cerita," katanya lalu menenggelamkan kepalanya di atas tumpukan tangannya.

Keduanya heran, pasalnya temannya itu tidak pernah baku hantam sampai menimbulkan luka di wajahnya itu. Baru kali ini mereka melihat temannya seperti ini. Bukan Ravaro banget.

"Karna Aqilla gak sih?" tanya Leo.

Gilang hanya mengedikan bahunya, "Lo kalo kepo, tanya sono ama si curut,"

"Lah curut mana bisa ngomong, njir,"

"Bisa gila! Gak tau lo?"

"Lo udah gila sih kayanya, masa iya curut bisa ngomong," kata Leo sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Udah lah. Lelah emang kalau ngomong sama Leo tuh. Padahal yang dimaksud curut oleh Gilang itu Ravaro. Bukan curut sungguhan. Gilang pasrah aja deh kalau udah ngobrol sama Leo. Heran, bisa-bisanya dia menjalin pertemanan dengan Leo dari zaman ninja hatori ditayangin di spacetoon.

---

Jam istirahat hari ini akan Ravaro habiskan di rooftop. Dia terlalu malas jika nantinya bertemu Aqilla, bahkan setelah mengungkapkan perasaannya kepada Aqilla. Sebenarnya, saat Ravaro mengatakan dia akan baik-baik saja jika Aqilla menjauhinya setelah itu, dia bohong. Itu hanya kedok supaya terlihat kuat, mungkin. Pikirnya sih begitu.

Sebelumnya dia sudah menghubungi Reira untuk menyusulnya ke rooftop. Dia butuh tempat untuk berbagi cerita. Entah mengapa Ravaro memilih Reira daripada Gilang dan Leo untuk dia bagi cerita mengenai masalahnya ini.

Reira datang sambil membawa segelas jus mangga dan air mineral dingin untuk dirinya.

"Sini duduk," katanya sambil menepuk ruang kursi yang kosong di sampingnya.

Reira memerhatikan wajah Ravaro dengan seksama. Seperti ada yang berbeda, pikirnya.

"Suka banget sih ngeliatin muka gue,"

Reira masih fokus dan kini dia menyadari kalau wajah Ravaro dipenuhi bekas luka.

"Lo abis berantem?" tanyanya sambil memberikan es mangga kesukaan Ravaro.

Special Friend | When You Were Special For Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang