"Udah lama gue gak liat lo bareng Reira,"
Ravaro menoleh, tak ada minat untuk menjawab.
"Kenapa? Ngambek?"
"Lebih dari itu,"
Aqilla berdecak, "Tuh kan. Lo tuh kenapa sih suka banget bikin orang marah?"
Ravaro juga sebenarnya tidak tau Reira itu marah atau tidak. Tidak ada kejelasan. Tempo hari dia bilang, dia butuh waktu. Tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda Reira mau menemuinya lagi.
"Gak usah dibahas ah,"
Aqilla mengangkat sebelah alisnya. Tumben sekali cowok di sampingnya ini tidak banyak bicara seperti biasanya.
Aqilla kembali fokus kepada layar laptopnya. Ya, kini keduanya sedang ada di ruang tengah rumah Aqilla. Setelah magrib tadi, Ravaro datang. Katanya mau makan samyang di rumahnya. Alasan macam apa itu.
Ravaro beranjak dari duduknya dan setelah beberapa saat dia kembali dengan dua gelas kosong dan sebotol coca cola. Aqilla melirik Ravaro sekilas saat dia sudah duduk.
"Lo abis makan samyang tapi malah minum coca cola?"
"Biarin,"
"Perut lo meledak tau rasa," kata Aqilla yang masih setia fokus pada layar laptopnya.
Ravaro menyandarkan tubuhnya di sofa sambil menatap Aqilla yang fokus dengan tontonannya. Melihat Aqilla, dia jadi teringat Reira. Apa dia sesakit itu sampai harus menjauhi Ravaro dulu? Apa dia menyakitinya terlalu dalam?
Ravaro sadar, dirinya egois. Menahan Reira agar tetap menjadi temannya sedangkan Reira akan selalu merasa tersakiti. Oh, jahat sekali.
Ravaro mengangkat tangannya untuk beralih mengusap rambut Aqilla. Aqilla yang diperlakukan seperti itu langsung misuh-misuh karena merasa terganggu.
"Diem napa," katanya sambil memukul pelan tangan Ravaro yang hinggap di kepalanya.
"Lo serius banget sih,"
Aqilla hanya bergumam sebagai jawaban.
"Masa gue jadi nyamuk sih, La,"
Aqilla berdecak, "Nyamuk apa sih?"
Ravaro menunjuk laptop Aqilla dengan dagunya, "Lo asik pacaran sama laptop,"
"Ya lagian yang nyuruh lo ke sini juga gak ada,"
"Ya gue rasa lo kangen gue, jadi gue inisiatif ke sini aja,"
Kepedaan.
Aqilla hanya bisa menatap tajam Ravaro. Ravaro belum berubah sama sekali. Masih terlalu percaya diri.
Lalu atmosfer ruangan kembali hening. Hanya terdengar suara dialog berbahasa korea yang keluar dari laptop Aqilla dan sesekali suara pekikan Aqilla yang kagum dengan ketampanan sang aktor.
Aqilla menggeliat ketika drama yang ditontonnya sudah selesai. Lalu menyandarkan punggungnya pada sofa. Dia menoleh ke arah Ravaro. Ternyata dari tadi cowok ini sibuk dengan game-nya. Pantas saja tidak ada komentar apapun.
Aqilla beralih mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Membuka aplikasi sosial medianya. Sesekali tertawa kecil melihat jokes yang dikeluarkan oleh akun meme. Ada-ada saja.
"La,"
"Hm,"
"Soal perasaan gue ke lo... itu gak main-main,"
Mendadak jari Aqilla berhenti menggulir layar ponselnya. Dia menoleh menatap Ravaro.
"Maaf gue langgar janji untuk gak suka sama lo,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Friend | When You Were Special For Me ✔
Teen Fiction[COMPLETED] "Ceweknya itu yang lagi makan cilok di depan gue." "Mau gue musuhin seumur hidup lo?" •••• Tentang perasaan yang muncul karena sebuah ikatan bernama pertemanan. cover by _adindazp