Hari ini Aqilla gak berangkat bareng Haikal, katanya dia ada urusan pagi-pagi jadi gak bisa jemput. Alhasil, Aqilla hari ini berangkat bareng Ayah.
Sebenernya sih bisa aja dia naik angkutan umum, tapi Ayah tetap maksa buat anterin Aqilla. Belakangan ini juga dia lagi jarang punya waktu bareng Ayah. Soalnya Ayah lagi sering keluar kota. Jadi ya ini saatnya.
Di dalam mobil, Ayah dan Aqilla berbincang. Ayah nanya tentang sekolahnya gimana, OSIS-nya gimana, ekskulnya dia, sampai klub voli yang Aqilla tekuni pun juga ditanya. Sesekali juga Ayah bagi cerita tentang suasana kota lain pas Ayah kerja di sana.
Mobil Ayah berhenti tepat di depan halte depan sekolah Aqilla.
"Makasih Ayah,"
"Belajar yang bener ya," kata Ayah sambil mengusap rambut Aqilla.
"Siap, Yah!" katanya sambil memperagakan hormat kepada Ayahnya.
Aqilla turun dari mobil dan melambai ke arah Ayahnya yang ada di dalam. Setelah itu, Aqilla menyebrang jalan untuk masuk ke sekolahnya.
Pagi ini, dia harus ke ruang OSIS dulu, untuk menyerahkan rundown acara Bulan Bahasa. Sebenarnya bisa aja sih dia ngasihnya pas istirahat. Tapi males ah.
Saat melewati parkiran, dia melihat Ravaro dan Reira. Aqilla tersenyum lalu bergumam, "Halah katanya enggak, tapi digebet juga,"
Lalu Aqilla melanjutkan langkahnya menuju ruang OSIS, sesekali dia menjawab sapaan dari murid lainnya.
"Aqilla!"
Dia menoleh, mencari siapa yang memanggilnya. Ternyata itu Rahma.
"Mau ke ruang OSIS, kan?"
Aqilla mengangguk.
"Bareng yuk!"
Keduanya berjalan menuju ruang OSIS. Setelah sampai, Aqilla langsung menghampiri Rizal yang sedang duduk di kursi kebesarannya. ea.
"Nih rundown-nya,"
"Oke makasih, La,"
"Sip," katanya sambil mengacungkan jempolnya. "Gue ke kelas duluan, Zal,"
"Oiya La," Aqilla yang baru saja berjalan, kembali berbalik. "Kenapa?"
Rizal menggeleng, "Gak jadi dah, gak terlalu penting juga. Udah ke kelas sono lo,"
"Dih diusir gue," katanya langsung keluar ruang OSIS dan menuju kelasnya, tentunya masih bersama Rahma.
---
"Kantin kuy!"
"Yuk!" kata Aqilla yang dibalas dengan tatapan heran dari Nayya.
"Tumben, biasanya ngebucin. Udah inget temen lo?"
"Nay, jangan gitu napa," tegur Rahma.
"Aduh, udahlah, Nay. Ayo ke kantin!" ajak Shalma sekaligus bermaksud mencegah perdebatan antara Nayya dan Aqilla.
Shalma menarik tangan Nayya untuk menuju kantin lebih dulu.
Aqilla menoleh ke arah Rahma, "Gue jadi gak mood, lo duluan aja,"
"Ah gak mau. Ayo ikut aja. Nayya kan emang gitu,"
Aqilla menghela napas, akhirnya dia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju kantin bersama Rahma.
Setelah sampai, keduanya langsung memesan makanan lalu berjalan menghampiri Shalma dan Nayya yang sudah duduk sambil memakan bakso.
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Friend | When You Were Special For Me ✔
Teen Fiction[COMPLETED] "Ceweknya itu yang lagi makan cilok di depan gue." "Mau gue musuhin seumur hidup lo?" •••• Tentang perasaan yang muncul karena sebuah ikatan bernama pertemanan. cover by _adindazp