"Mau ditemenin sampe kelas?"
"Gak lah!"
Ravaro tersenyum meledek sambil menatap cewek di hadapannya ini, "Masa gak mau ditemenin orang ganteng,"
"Ih!" kata Reira bergidik ngeri lalu berjalan meninggalkan Ravaro yang terkikik melihat tingkahnya.
Ravaro berjalan menuju kelasnya sambil bersiul.
tengil banget si, Ro
Ravaro berjalan di koridor, sesekali bertegur sapa dengan murid lainnya. Harus ramah ya, Ro. Saat dia melewati ruang OSIS, dirinya berpapasan dengan Aqilla yang ingin keluar. Sepersekian detik mereka saling tatap. Akhirnya, Aqilla memutuskan itu dan berlalu menuju kelasnya.
Karena kelas keduanya memiliki arah yang sama, mau tidak mau, Ravaro mengikuti langkah Aqilla. Ravaro berjalan di belakang Aqilla. Dia mau berjalan di samping Aqilla, tapi ragu.
Huh. Akhirnya, Ravaro memberanikan diri untuk menyamakan langkahnya dengan Aqilla. Berjalan di samping Aqilla. Masih diam. Hening. Aqilla tidak begitu memedulikan Ravaro yang berjalan di sampingnya. Sedangkan Ravaro masih ragu untuk membuka pembicaraan.
Saat sudah sampai di depan kelas, Aqilla yang akan masuk kelas harus berbalik karena Ravaro memanggilnya.
"Apa?"
Ravaro ragu. Dia menggaruk tenguknya yang tidak gatal, "Lo masih marah sama gue?"
"Enggak," ucapnya dengan ekspresi wajah yang datar. Seperti tidak bersemangat, pikir Ravaro. Ravaro kembali diam, masih menatap Aqilla. Begitupun sebaliknya, Aqilla juga menatap Ravaro. Menunggu hal apa yang selanjutnya akan dikatakan cowok di hadapannya ini.
Aqilla menghela napas, "Gue masuk dulu," pamitnya karena melihat Ravaro yang diam saja.
Ravaro tersadar, "Ah, iya,"
Ravaro masih diam di depan kelas Aqilla. Benar. Dia merasa Aqilla lebih dingin kepadanya. Memang tadi Aqilla bilang bahwa dia tidak marah dengan Ravaro, tapi seperti ada yang mengganjal.
Ravaro menghela napas, lalu melirik jam hitam kasual yang melingkari pergelangan tangannya. Sebentar lagi bel, dia harus segera masuk kelas.
Tak lama Ravaro sampai di kelasnya. Dia melihat Gilang dan Leo yang sedang menulis di buku. Ravaro menghampiri keduanya. Melirik ke arah buku yang sedang mereka kerjakan.
"Ngerjain apaan?" tanya Ravaro.
"Biologi," kata Leo yang masih sibuk menulis.
"Pagi-pagi udah ada tugas?"
"Ini PR, dodol! Udah ngerjain belom lo?" jawab Gilang dengan sedikit berteriak. Kesal. Lagian Ravaro ini banyak tanya, kan Gilang lagi fokus menyalin PR punya Renjun.
"Lah?! Ada pr?! Kok gue gak tau, njir,"
"Goblok,"
"Liat dong! Gue belom ngerjain samsek, njir," kata Ravaro sambil menarik buku yang sedang dicontek kedua temannya itu.
"Gue juga belom, nying!" kata Leo sambil merebut kembali buku Renjun.
Renjun yang menyadari bukunya menjadi rebutan, menoleh, menatap tajam ke arah Ravaro dan Leo. "Woy! Buku gue jangan ditarik-tarik, njir! Ntar sobek!"
Ravaro dan Leo menoleh, lalu memberikan cengiran ke arah Renjun.
"Udah, Ro. Foto aja! Buruan," titah Gilang.
Ravaro langsung mengeluarkan ponselnya dan memotret PR punya Renjun. "Njun! PR lo gue foto ya!" izinnya yang dibalas dengan acungan jempol oleh Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Friend | When You Were Special For Me ✔
Teen Fiction[COMPLETED] "Ceweknya itu yang lagi makan cilok di depan gue." "Mau gue musuhin seumur hidup lo?" •••• Tentang perasaan yang muncul karena sebuah ikatan bernama pertemanan. cover by _adindazp