Satu bulan sejak kejadian pertama, beberapa kejadian beberapa kali terjadi, kini menimpa beberapa teman geng nya. Dari yang cuma babak belur sampai masuk rumah sakit.
Dan sudah sebulan itu Charles juga ikut nongkrong di markas, Musa sedikit curiga namun iya tidak mau berburuk sangka sebelum mendapatkan bukti yang akurat, Musa juga masih terus menyelidiki asal usul pemuda misterius tersebut.
Kini Musa mengadakan rapat terbatas yang hanya di hadiri oleh beberapa teman terdekat nya dan tempat nya pun di rumah Musa, Musa menyuruh mereka dengan alasan mampir dan main ke rumah baru nya, kini mereka tengah sibuk dan canda tawa.
"Om dari tadi lo diem mulu perasaan" heran Egi yang memulai pembicaraan.
"Masih kepikiran si pelaku nya ?" sambung Ineu. Musa pun mengangguk.
"Lantas, apa yang menjadi beban pikiran lo ?" tanya Aji.
Musa pun merubah posisi duduk nya lebih membungkuk, yang lain pun ikut membungkuk dan memasang mimik wajah serius.
"Obrolan kita jangan sampai di dengar oleh orang lain" ujar Musa yang lain pun mengangguk paham.
"Gue akan bagi tugas, namun semua nya harus extra hati-hati" Musa menghela napas dalam lalu mulai menjelaskan tugas mereka masing-masing.
Semua nya pun setuju dan langsung memahami tugas-tugas mereka, setelah itu semua nya kembali normal seperti tidak pernah ada pembicaraan apa pun yang terjadi.
"Assalamualaikum, princes Moza pulang" itu suara nya Moza yang baru saja pulang sekolah.
"Eh ada abang-abangke disini" ujar Moza setelah melihat Musa dan yang lain nya duduk di atas sofa sambil ngopi-ngopi.
"Eh masa depan babang baru pulang" lebai Egi sambil menaik turun kan kedua alis nya.
"Najis lo Gi" cibir Moza kesal.
Kini kedua orang tua nya sudah menikah kembali setelah belasan tahun terpisah, Alex mengucap janji suci lagi setelah berkonsultasi dulu dengan seorang ustadz yang menjadi guru spiritual nya. Ya, sudah dua minggu setelah pernikahan sederhana mereka terlaksana, dan kini mereka sudah bersatu kembali dalam bahtera rumah tangga.
"Bang tadi pak Dede nanyain lo, kata nya penting" tutur Moza kepada Musa.
"Apa kata nya ?".
"Gak tau, tanyain aja sendiri sama orang nya" ketus Moza lalu ikut duduk di samping abang nya.
"Kok lo gak tanyain sama calon suami lo itu ?" iseng Musa. Masih ingat kan kejadian di ruang kepsek dulu.
"Najis anjing. Tua bangka lo bilang calon gue, tega lo bang" balas Moza kesal.
"Lah kan, lo sama si Ani mau di nikahin sama pak Dede" kekeh Musa. Moza pun berdecak kesal.
Plakk
Sebuah jitakan mendarat di kepala nya Musa dengan telak.
"Sakit njing" kesal Musa.
"Maka nya jadi abang jangan so iseng, gue gampar copot tuh gigi lo" ancam Moza yang membuat Musa mengerutkan dahi nya.
"Dah akh mau bobo cantik dulu" lanjut nya lalu lekas pergi menuju kamar nya di atas.
"Abang ikut beb" suara Egi langsung membuat Musa menatap tajam ke arah nya.
"Dek nih si Egi bawa buat ganjelan pintu" ledek Musa sambil terkekeh.
"Ogah" sahut Moza dari atas.
"Sialan lo, lo kira gue bongkahan kayu apa ?" kesal Egi.
"Emang mirip sih Gi" kekeh Aji, Ineu pun mengamini ucapan nya Aji.
"Laknat lo nyet" Egi langsung menoyor kepala nya si Aji berulang-ulang.
* * * * *
Di sebuah rumah yang cukup besar, terdapat sekumpulan orang tengah berbincang dengan seseorang yang bisa di bilang bos mereka.
"Bos sudah terlalu lama kami menunggu, kami sudah tidak sabar untuk beraksi" ujar si kepala plontos.
"Sabar, kita gak bisa anggap remeh mereka" tahan seseorang.
"Lantas kita harus apa bos ?" sambung si cungkring bertanya.
"Gue punya rencana bos" semua langsung menatap ke arah si kepala plontos.
"Apa rencana lo ?" tanya orang tersebut. Si kepala plontos langsung menjelaskan rencana nya. Dari A-Z iya jelaskan semua nya secara detail dan terperinci.
"Apa lo yakin rencana ini akan berhasil ?" tanya seorang dengan suara khas nya setelah mendengar rencana si plontos.
"Tentu saja bos, kita udah terlalu lama main-main, kini waktu nya kita beraksi" jawab seorang berkepala plontos, yang tadi sempat menjelaskan rencana nya.
"Bener tuh bos, kayak nya kita harus segera habisi mereka semua, percuma main halus langsung saja dengan cara kasar" sambung si cungkring menyetujui rencana teman nya.
"Baik lah, kalau gitu kalian lakukan rencana tersebut, segera" seorang lelaki tersebut menyetujui rencana si kepala plontos.
Beberapa orang tersebut langsung pergi untuk menjalankan rencana mereka.
"Kali ini lo akan gue habisi, liat aja" seringai lelaki tersebut.
Kemudian iya mengambil sebuah foto lalu melihat nya berulang-ulang dan mulai tersenyum ke arah foto tersebut.
"Dendam mu akan segera aku bayarkan, dady" ucap nya lalu menyimpan kembali foto tersebut.
Iya kemudian mengambil handphone milik nya lalu mencari sebuah kontak dan menelpon seseorang.
"Halo, siapkan semua pasukan yang ada, kita akan segera beraksi" tutur nya lalu mematikan telpon tersebut.
Kini iya kembali menyeringai sambil melihat ke arah luar jendela yang tengah basah di guyur deras nya hujan. Langis sedang menangis, sama seperti diri nya yang tengah menangisi seseorang yang iya sayangi.
.
.
Tbc geng...
Maaf terlalu pendek...
Lagi males ngetik geng...
Harap maklum aja ya...
