Pagi cerah datang menyorot kejendela kamar rumah sakit yang bunda refa tempatin, refa duduk dikursi yang sudah disediakan dan tangannya terlipat diatas ranjang ia gunakan sebagai bantal. Nico sudah pulang jam tiga pagi tadi setelah refa tertidur, bunda refa belum bangun dari semenjak kejadian itu belum ada tanda tanda ia terbangun. Sudah pukul delapan pagi refa masih belum bangun, refa hari ini tidak sekolah karena ingin menjaga bundanya ia titip izin tidak masuk ke teman temannya.
Refa masih tertidur pulas handphone miliknya yang berada didekatnya membuat dirinya terbangun dan melihat siapa yang menelfonnya.
Nico calling..
{Assalamualaikum, ref dah bangun?}
"Waalaikumsalam, udah baru aja gua bangun"
{Yaudah mandi gua mau kesana nih bawain makan}
"Lo gak sekolah emang?"
{Gua ijin nemenin lu}
"Alesan palingan juga mau bolos"
{Itu tau, udah sana mandi gua otw}
"Hati hati bawa motor nya"
{Iyaa}
Tutt.. Tutt..
Refa berjalan kearah kamar mandi, ia tidak mandi hanya cuci muka dan gosok gigi. Refa merapihkan tasnya yang dibawakan abangnya tadi subuh, setelah selesai cuci muka refa duduk disofa yang disediakan rumah sakit melihat handphone miliknya yang sudah bertumpuk notif dari teman teman dan keluarganya. Refa melihat bundanya yang masih belum sedarkan diri membuatnya bersalah, ingin menangis. Pintu kamar rumah sakit terbuka melihat siapa yang datang, Nico datang dengan menenteng plastik berwarna putih ia masuk dan menaruhnya di meja depan sofa.
"Bunda belum ada tanda tanda?" ucap nico saat disamping refa
"Belum, gua takut bunda kenapa kenapa, salah gua juga" ucap refa
"Berdoa aja semoga bunda gak kenapa kenapa, abang lo dah ngabarin lu ref kalo dia dateng siang?" ucap nico
"Udah" sahut refa
"Lo makan dulu sini, gua juga blm makan" ucap nico
Refa duduk disamping nico dan mengambil handphone nico yang tergeletak di meja, ia sudah biasa membuka ponsel nico semenjak ia dekat dengan nico, bukannya ia lancang tapi nico juga mengijinkan jadi ia tidak khawatir.
"Nic, rere siapa?" ucap refa melihat isi chatan yang ada diponsel nico.
"Anak SMA sebelah dia suka sama adrian" ucap nico
"Tapi ko ngechat nya ke lu" ucap refa
"Dia punya nomor gua" sahut nico
"Owh"
"Kenapa cemburu?" ucap nico
"Engga, cuman nanya aja" sahut refa
"Dimakan itu makanannya ref," ucap nico
"Iya nanti"
Mereka sedang berngobrol dan nico menyuapkan sendok berisi nasi kemulut refa, mereka tengah asik dari arah ranjang refa makan lihat tangan bundanya bergerak.
"Bun, bunda ini refa bun" ucap refa bundanya membuka mata perlahan melihat ada dua orang remaja didepanya
"Refa, bunda dimana" ucap bundanya
"Bunda dirumah sakit, bunda udah enakan?" ucap refa
"Udah sayang, ada nico juga" ucapnya
"Iyaa, nico yang bawa bunda kesini" ucap refa
"Refan kemana?" ucap febri
"Bang refan dateng nanti siang, bang refan dateng refa pulang dulu ya bun ngambil baju sama beresin rumah" ucap refa
"Yaudah gakpapa" ucap febri "nico jagain refa ya, kalo dia nakal omelin aja" lanjut febri
"Iya tante siap" ucap nico tersenyum dibalas pelototan dari refa
"Gimana liburannya kemarin?" ucap febri
"Seru banget bun, satu mansion rame jarang banget kan mansion dibandung rame biasanya cuman kita bertiga doang" ucap refa
"Sering sering ajak temen temennya main kesana biar mansion gak terlalu sepi" ucap febri
"Kemarin juga temen temennya nico pada nyusul kesana, biasa bun anak geng motor jadi punya anak buah banyak jadi rame" ucap refa
"Gapapa kalo anak motor yang penting jangan suka tawuran, berantem gak jelas" ucap bunda febri
"Tuh nic, dengerin" ucap refa
Nico hanya tersenyum, ia tersenyum merasakan hal kekhawatiran seorang ibu, walaupun febri bukan bundanya kandungnya ia bundanya refa tapi sudah seperti bundanya sendiri. Nico jadi inget almarhumah bundanya sudah lama ia tidak berkunjung kerumah bundanya atau bisa dibilang pemakaman bundanya. Pintu kamar rumah sakit terbuka refan sudah datang dengan menenteng tas milik febri.
"Assalamualaikum, bunda dah sadar. Dah enakan bun?" ucap nya yang langsung mendekat kearah ranjang.
"Alhamdulillah bunda dah enakan refan" ucap febri
"Bun, bang refan dah dateng refa ijin pulang dulu ya" ucap refa
"Iyaa, kalian hati hati" ucap febri
Nico keluar setelah mengambil jaketnya disofa dan ikut keluar menyusulrefa yang keluar lebih dulu.
"Ref, kalo nanti mampir dulu kemakam bunda gua bisa?" ucap nico
"Bisa, udah lama lu ya gak kesana?" ucapnya
"Iya, bisa dibilang gitu" ucap nico
Nico merangkul refa sepanjang lorong rumah sakit, banyak orang yang memperhatikan mereka. Refa mengambil jaket nico ia yang memengangnya.
"Mau ke makam dulu atau kerumah gua dulu?" ucap refa
"Kalo kemakam dulu gakpapa kan?" ucap nico
"Gapapa boleh aja, yaudah ke makam dulu ya" ucap refa diangguki oleh nico.
***
Motor nico masuk kearah parkiran depan makam, ia membeli air mawar dan bunga dan dipegang oleh refa, ia berjalan kedalam makam kearah makam bunda nico berada.
"Bunda lo udah berapa lama gak ada didunia?" ucap refa
"Tahun ini udah mau tiga tahun" ucapnya
"Owh lo kelas X bunda udah gak ada" ucap refa
"Ada hal yang lo gak tau tentang gua ref, dan mungkin juga sahabat gua belum tau" ucap nico
"Apa tuh" ucap refa sambil melihat wajah nico
"Mungkin nanti gua kasih tau setelah lo mau jadi pacar gua" ucap nico
"Idih emang gua mau apa jadi pacar lo" ucap refa tertawa
"Ya itu mah keputusan lu aja, nih ref gua bukan cowo romantis, lo tau gua lah berandalan mana ada gua tau soal cewe apa lagi soal cinta" ucap nico
"Ah masa, muka keliatan fakboi gini gak pernah pacaran?" ucap refa
"Dih gak percaya?" ucap nico
"Ya engga lah haha" ucap refa "canda kali nic gua tau lu"
Nico hanya tersenyum memperhatikan wajah refa dengan senyuman yang mengembang diwajahnya.
***
-NICO BRAMASTA ENUGROHO
KAMU SEDANG MEMBACA
NICO[EnD]
Teen FictionNico Bramasta Enugroho remaja berumur 17 tahun yang dikenal dengan panggilan Nico disekolahnya sifat dingin yang melekat didirinya. Nico ketua geng besar sekolah yaitu Brainer, banya perempuan yang ingin menjadi pacarnya hanya karena ia seorang ketu...