4 - PERHATIAN

680 100 2
                                    

"Disitu ada list tempat yang mau dia kunjungin sebelum dia meninggal. Tapi dia baru bisa ngunjungin satu tempat" ucap Dimas.

Lembar pertama bertuliskan 'Monas' lalu ada foto Gytha dan Jingga dengan senyuman lebarnya disana. Di bawah foto itu ada tulisan tanggal yang menunjukan bahwa foto itu diambil sekitar 9 tahun yang lalu.

"One mission completed"

Jingga mengelupas kukunya sendiri karena ada perasaan aneh saat melihatnya.

Seperti ada memori yang terulang bagai kaset rusak di otaknya. Dia seperti dipaksa mengingat apa yang tidak mau dia ingat.

Di lembar selanjutnya ia bisa melihat wajah Dimas dan Kania disana.

"Ini Kania?" Tanya Jingga sambil menunjuk wajah Kania di foto tersebut.

Dimas mengangguk.

Di bawah foto tersebut, ada ruang kosong yang bertuliskan 'Jingga's turn'

Apa ini?

Ia kembali teringat sesuatu.

Jadi mereka bertiga itu punya semacam tradisi, mereka selalu ngelakuin berbagai hal secara berurutan. Contohnya aja mereka punya jadwal traktir sebulan sekali, dan itu berurutan dari Gytha, Dimas baru Jingga.

Terus hal-hal lain juga sama, kayak dalam hal ngutarain ide atau pendapat, mereka lakuin secara berurutan. Tapi kalo soal yang ini sih, sebenernya gara-gara ide Jingga pasti yang paling cemerlang diantara dua temennya. Makanya ditaro di akhir hehe...

Dan hal itu kembali terulang lagi sekarang.

"Sekarang giliran lo. Bawa perempuan yang lo sayang ke semua destinasi itu." Ucap Dimas seolah memperjelas spekulasi yang berputar-putar di otak Jingga tanpa henti.

"It's impossible. Lo tau kan perempuan yang gw sayang itu siapa? Cuma Gytha, Dim! Lo fikir kenapa gw jadi perjaka tua sampe sekarang? Itu karena dia" Jingga mengeratkan tinjunya.

Lawan bicaranya tetap tenang. Ia mencoba menjelaskan dengan cara termudah agar Jingga dapat mengerti dan egonya sedikit berkurang.

"Bukan cuma lo yang mikir gitu. Gw awalnya juga ga bisa lupain Gytha. Tapi, waktu gw liat lagi isi diary ini, gw sadar. Gytha secara ga langsung mau nyuruh kita buat bahagia sama orang lain. Dan lo tau, destinasi terakhirnya, bakal gw wujud in bulan depan" ucap Dimas.

Jingga membuka diary Gytha tepat pada destinasi terakhir yang ia inginkan.

'Katedral Jakarta as a bride'

"Sekarang gw mau lo mulai petualangan yang udah hampir gw selesain. Emang ga harus. Tapi gw, Dimas Guntur Bagaskara, mohon sama lo, Pradipta Jingga Danendra, lakuin petualangan itu, sampai ke titik gw jadi tamu di pernikahan lo. Gw bener-bener bakal nunggu undangan dari lo"

Jingga tidak pernah melihat seorang Dimas memohon seperti sekarang. Apakah ini tandanya memang tidak ada celah untuk menolak?

"Gw fikirin dulu. Lo tau lah gw lagi ga sama siapa-siapa sekarang. Butuh waktu buat nyari pendamping buat ke semua destinasi itu" Ucap Jingga

"Okay. But I really beg you. Ah- udah hampir pagi. Lo hari ini harus kerja kan?" Ucap Dimas sambil melihat arlojinya yang sudah menunjukan pukul 02.45

Jingga melihat ke arah handphonenya. 7 missed call dari Arjuna, 10 missed call dari Ana.

Ana
|Kak
|Udah jam segini
|Kok belum pulang??
|Kak??
|Kakak gapapa kan?

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang