32 - PERTEMUAN

439 59 10
                                        

Seperti kesepakatan yang sudah dilakukan oleh Jingga dan April, mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah restoran di bilangan Jakarta Selatan. Keluarga April yang sekarang tinggal di Cirebon, juga rela datang ke Jakarta, walaupun sebelumnya Jingga sudah menawarkan diri untuk menghampiri mereka ke Cirebon.

Hari ini Pesona adalah penanggungjawab busana yang dipakai Jingga sekeluarga. Ia tidak akan membiarkan kakaknya terlihat jelek—walaupun sebenarnya ia tahu, jelek bagi keturunan Danendra adalah suatu kemustahilan—

Agung berkali-kali memberikan nasihat agar anaknya tidak gugup atau nervous. Tapi Jingga tetap saja merasa mual. Jingga ini sangat pemalu di depan orang baru. Ya, walaupun sebenarnya keluarga April bukan lagi orang baru baginya, tapi tetap saja mereka sempat menjadi orang asing cukup lama.

Tak lama kemudian, pintu ruangan VIP itu diketuk oleh pelayan restoran. Dan begitu pintu itu terbuka, Jingga langsung terpana akan kecantikan April dengan dress bercorak batik dan make up yang tidak berlebihan seperti biasanya.

"Selamat datang, Om, Tante." ucap Jingga sambil menyalami dua orang tua April.

"Wah... Tambah ganteng kamu, Ngga" ucap Ajeng sambil tersenyum sumringah.

"Makasih, Tan" ucap Jingga dengan senyum.

Lalu Jingga membawa keluarga itu untuk duduk di kursinya masing-masing. Seperti yang ia tau, keluarga April memang sangat ramah dan penuh lelucon hangat.

Setelah makanan datang, mereka mulai berbincang dengan santai.

"Gw dari awal sama sekali ga ada fikiran bakal jadi mertua anak lo, Gung." Ucap Dewo dengan takjub seolah hubungan Jingga dan April adalah suatu fenomena alam langka.

"Udah jalannya kayak gini, Wo. Padahal dulu mereka seneng main pasir bareng, eh tau-tau pas gede malah mantenan" balas Agung sambil tertawa.

Ucapan Agung membuat seluruh orang yang ada disana tertawa ringan.

"Jadi acara pertunangannya mau diadain kapan? Kalian udah ada rencana belum?" Tanya Ajeng sambil tersenyum pada dua anaknya. Iya, anak, Jingga sudah ia anggap anak sekarang.

"Udah, Tan. Rencananya akhir bulan ini, abis Juna selesai sbmptn" jawab Jingga.

"Bagus itu! Makin cepet makin bagus! Terus soal tempat, mau di mana?" Dewo berujar penuh semangat.

"Kalau itu sih rencananya mau di rumah om, jadi biar om ga jauh-jauh ke sini." Jawab Jingga

Setelah berfikir cukup lama. Dewo melemparkan pandangannya pada istrinya.

"Eum... Bukannya om ga bersedia... Tapi rumah om ga bisa nampung banyak orang. Gimana kalau di rumah kamu aja? Kita ga masalah kok harus kesini lagi. Ya kan, Bu?" Ucap Dewo pada istrinya.

"Iya, nak Jingga. Nanti biar Tante sama om yang kesini. Lagipula barang-barang April semuanya di sini. Supaya ga ribet nantinya" Ajeng mendukung keputusan suaminya.

"Iya mas, betul kata ayah sama ibu." Ucap April

Kemudian mata Jingga melirik ayahnya sekilas. Agung mengangguk. Lalu Jingga kembali menarik senyumnya.

"Ya udah kalau gitu, nanti acaranya di rumah Jingga aja ya, Om, Tan" ucap Jingga.

Satu persatu masalah selesai. Rencana acara pertunangan Jingga sudah hampir rampung tersusun. Mereka mulai bernostalgia tentang masa-masa dimana mereka masih hidup bertetangga dulu. Jaman dimana Arjuna baru lahir ke dunia, Pesona baru masuk TK, dan disaat Ellyana masih jadi ibu-ibu teraktif sekelurahan. Rasanya pasti ada berbeda jika Ellyana disini, obrolan akan terus tercipta diantara mereka dan cara pembawaan Ellyana yang santai pasti akan membuat dua keluarga ini akrab dengan lebih cepat.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang