Lentera cuma bisa membuka mulutnya tatkala dua orang itu menyatakan cinta padanya.
Terkejut? Pasti!
Dia orang yang paling terkejut disini.
"Ini apa-apaan sih..." kepala Lentera berdenyut bagaikan habis dihantam bola kasti.
"Aku serius, Lentera" ucap Juna sambil memegang satu tangan Lentera.
Jingga tidak mau kalah. Ia menatap Lentera dengan beribu keseriusan disana.
"Saya lebih serius. Saya ga pernah seserius ini" timpal Jingga dengan raut wajah yang sungguh tidak menampilkan kebohongan.
Genta yang ada disana hanya bisa cengo saking tidak memahami apa maksud kedua kakak-beradik ini. Apakah ia sudah sakit jiwa? Atau mereka yang sakit jiwa?
"Oke. Gini aja, saya bakal jelasin ke kalian berdua. Kalau perlu, sekarang kita cari tempat buat ngobrol. Baik-baik." Jingga menekankan kata baik-baik dengan sengaja.
Genta yang kebingungan akhirnya mencoba bertanya "S-saya ikut ga kak?"
Jingga menatap Genta sejenak "Terserah. Intinya semua naik mobil saya—"
"Ga usah alay! Lo mau ketemuan dimana? Kasih tau aja!" Ucap Juna dengan emosi yang mati-matian ia tahan.
"Oke kalo kamu ga mau bareng. Tapi Lentera sama kakak" ucap Jingga.
"LAH?! Apa hak lo ngatur-ngatur?!" Juna jadi sewot.
"Kamu lagi emosi. Saya cuma ga mau Lentera kena getahnya" balas Jingga.
"NGACA WOI! Lo juga emosi! Ga usah banyak bacot! Intinya Lentera sama gue!" Ucap Juna ngotot. Tidak ada seorang Danendra yang lebih ngotot dari Arjuna.
"Aku sama Genta! Kalian tinggal bilang dimana tempatnya. Biar aku berangkat bareng Genta" ucap Lentera mengambil jalan tengah.
Sedangkan Genta? Ia kini ditatap dua serigala yang siap menerkamnya hidup-hidup kalau Lentera lecet sedikit saja.
"McD deket sini. Saya tunggu" ucap Jingga sebelum pergi ke dalam mobilnya.
Di mobil, ponselnya berdering. Ternyata ada 10 missed call dari Mentari. Ia akhirnya menolak panggilan Mentari dan langsung tancap gas menuju McDonald's untuk menyelesaikan semua perkaranya.
Untungnya diary Gytha selalu ia bawa kemana-mana.
Tak butuh waktu lama karena jiwa pembalap Jingga dan Juna itu mirip, mereka sampai di McD. Mereka berdua datang di waktu yang hampir bersamaan. Mereka pun duduk di tempat yang agak jauh dari penglihatan orang-orang.
Mereka tidak saling bertatapan. Sudah seperti jijik satu sama lain. Arjuna sebenarnya sangat gatal ingin bertanya soal diary yang dibawa Jingga. Namun ia memilih mengubur rasa penasarannya dalam-dalam.
Tak lama, Lentera dan Genta datang mereka langsung duduk di kursi yang kosong di meja mereka.
Lentera nampaknya sudah siap mendengarkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Langsung ngomong aja, gw tau waktu lo ga banyak" Ucap Juna yang masih terdengar perhatian walaupun ia sudah mati-matian menahan agar tidak peduli.
"Jadi saya punya mantan. Namanya Gytha. Dia meninggal 7 tahun yang lalu karena serangan jantung" Jingga memulai rapat mereka dengan pembukaan yang langsung menarik perhatian Lentera.
"—semua yang ada di diri Gytha, seolah terlahir kembali di diri kamu. Awalnya saya kira kalian cuma mirip, tapi di beberapa bagian. Kalian seperti orang yang sama" Jingga kembali berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [END]
General Fiction[Ineffable Universe Phase 1] "I always grateful for everything I have. Home, job, friends- -and also you." -Pradipta Jingga Danendra