Cklek!
Pintu ruangan Juna terbuka. Juna yang tengah bersandar di ranjang pun menoleh.
"Nih, gw udah bawa catetan hari ini. Mau gw yang simpen atau lo yang simpen?" Tanya Selli sambil menutup pintu seperti semula.
"Astaga... Masuk masuk langsung nyerocos aja. Shalom dulu kek!" Cibir Juna.
"Come on, gw tau lo ga se-religius itu" cibir Selli balik sambil menaruh tasnya di sofa.
Setelah itu ia menarik kursi untuk duduk di sebelah ranjang Juna. Ia memandangi luka-luka Juna yang sepertinya belum bisa disebut mendingan.
Juna yang merasa diperhatikan langsung mendecak "Baek baek naksir"
Selli langsung memasang wajah jijik sekaligus shock nya.
"Sorry gw masih cukup normal buat suka sama orang yang hatinya buat orang lain." Balas Selli jengah.
Juna mengerutkan dahinya, lalu otak jahanamnya mulai bekerja
"Ga usah cemburu gitu dong, babe... Lentera sama aku kan cuma temen" goda Juna dengan wajah yang dimanis-maniskan."Ewh... Gw kira panggilan babe dari Nathan udah paling serem. Ternyata ada yang lebih serem" ujar Selli sambil bergidik ngeri.
Juna langsung tertawa, hingga jahitannya sedikit sakit dan membuatnya meringis kecil.
"Ck! Tuh kan! Jangan ketawa-tawa dulu kenapa sih! Bentar gw ambil buku dulu!" Omel Selli sambil bergegas mengambil buku catatannya untuk mengipas kepala Juna.
Juna tak berhenti melirik gadis di sebelahnya itu. Disaat begini, justru Selli yang ada di dekatnya. Sedangkan Lentera hanya datang sebentar. Ia tau, ia tidak boleh egois, Lentera punya kepentingan lain yang lebih penting daripada sekedar menjenguknya. Namun dia tetap tidak bisa tidak memikirkannya.
"Baek baek naksir" sindir Selli mengulang ucapan Juna dengan nada yang sama, namun matanya masih fokus pada luka jahitan di kepala Juna.
Lelaki itu segera berdehem dan memalingkan wajahnya, salah tingkah.
"Lo jago ML ga?" Tanya Juna mengganti topik.
Selli mengerutkan dahinya, ia mulai berfikir yang aneh-aneh "ML... yang mana maksudnya...?"
Pertanyaan Selli sontak membuat Juna kembali salah tingkah. Demi langit dan segala isinya, Juna tidak berniat begitu.
"M-maksud gw ML game!! Mesum banget sih lo!" Ucap Juna sambil menjitak dahi Selli hingga membuatnya merintih kesakitan.
"Santai dong mas! Nge gas amat!" Protes Selli dengan raut bersungut-sungut menahan sakit.
"Lagian otak lo isinya kayak pasir semua! Kalo ML yang itu mah gw yakin lo udah juaranya!" Geram Juna
"Kayak udah pernah nyoba aja" Selli membalas santai.
Arjuna langsung berdoa agar tidak tergoda dengan segala bentuk iblis dan antek-anteknya.
"Sel, bercanda kayak gitu bukannya lucu malah bahaya. Asal lo tau aja" ucap Juna serius.
Selli mengangguk "Iya tau. Kan sengaja biar bahaya" jawabnya dengan wajah tanpa dosa.
Kan! Lihat saja sendiri! Juna itu makhluk polos disini, hanya Sellinya saja yang kurang ajar!
"Gimanapun juga gw cowok normal bazengggg!!! Ah—Sial..." Juna menutup matanya dengan tangan yang terhubung selang infus.
Tindakan Juna membuat Selli mendekat karena panik "Lo kenapa Jun? Sakit? Pusing? Mau gw panggilin dokter??"
"Sel, please, ini gw lagi mencoba menenangkan diri. Diem dulu bacotnya bisa ga?!" Jawab Juna tanpa membuka penutup matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [END]
General Fiction[Ineffable Universe Phase 1] "I always grateful for everything I have. Home, job, friends- -and also you." -Pradipta Jingga Danendra