06.25
Hal pertama yang Lentera lihat begitu ia membuka matanya adalah dinding berwarna pink pastel yang amat sangat tidak asing baginya.
Ia ingat semalam ia pulang dari Bandung pukul 9 malam, dan sampai di rumahnya pukul 11 karena jalanan lumayan ramai. Lalu sesampainya di rumah, ia menulis sesuatu di atas meja belajarnya. Tetapi setelahnya, ia tidak ingat apapun.
Lentera bangun dari tempat tidurnya dan duduk untuk berdoa pagi. Setelah mengatakan 'Amin' sebagai penutup doanya. Ia menatap ke sekelilingnya.
Entah hanya ilusinya atau kamarnya terlihat lebih bercahaya dibandingkan sebelumnya? Tapi lamunannya tidak bertahan lama karena sang ibunda tiba-tiba membuka pintu dan menyambutnya dengan senyuman.
"Udah bangun?" Sapanya seperti biasa.
"Udah, bunda ga kerja?" Tanya Lentera. Karena seingatnya ibunya hampir tidak pernah libur.
"Kerja. Tapi nanti agak siangan. Bunda mau masak nih, kamu mau bantu ga?" Ajaknya.
Lentera mengangguk "Aku mandi dulu sebentar"
"Oke. Bunda tunggu di dapur ya"
Suara alat-alat masak yang beradu membuat kontrakan kecil mereka tidak pernah sepi.
"Kamu semalem kayaknya kecapekan banget ya? Langsung tidur gitu" ucap Ayu yang tengah menumis bumbu.
"Masa sih, Bun? Aku ga inget apa-apa." Jawab Lentera kebingungan.
"Iya, semalem bunda mau denger cerita kamu, eh kamunya malah tidur" Ucap Ayu.
"Udah gitu nyenyak banget lagi tidurnya. Kayak ga ada beban" timpalnya lagi.
Lentera mengangkat kedua alisnya, masih tidak memahami perkataan ibundanya itu. Ia mencoba mengingat, tapi tidak bisa. Sepertinya ia memang tertidur pulas semalam.
Ayu mengecilkan api kompornya karena bumbu sudah hampir siap. Lalu ia mengecek Lentera yang tengah memotong wortel.
"Sayang? Kamu gapapa?"
Lentera mendongak untuk melihat wajah ibunya. Tapi tiba-tiba kepalanya terasa pening.
"Kamu pucet banget, nak. Istirahat aja ya?" Ucap Ayu sambil mengambil alih talenan dan wortel dari tangan Lentera.
Lentera hanya mengangguk dan berdiri untuk kembali ke kamarnya. Tetapi dunia yang ia pijak terasa semakin berputar.
Ia mencengkeram lengan Ayu ketika dadanya terasa sangat sakit. Nafasnya terasa sangat sesak dan tenggorokannya terasa menyempit.
"Nak?! Kamu bisa denger bunda ga??" Ayu berseru panik.
Telinga Lentera mendadak berdengung dan ia bisa merasakan hidungnya mengeluarkan cairan kental sebelum akhirnya ia tak sadarkan diri.
***
"Astaga! Kalian kok malah tidur terus sih?!" Pesona berkacak pinggang melihat kakak dan adiknya yang sibuk 'ngebo' di sofa ruang tamu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [END]
General Fiction[Ineffable Universe Phase 1] "I always grateful for everything I have. Home, job, friends- -and also you." -Pradipta Jingga Danendra