Semenjak acara ngambek berjamaah lima hari yang lalu, baik itu Juna, Lentera maupun Selli hanya berkomunikasi seperlunya saja. Juna sudah mulai mengikuti saran Genta agar tidak terlalu over saat memberikan perhatian pada dua perempuan itu.
Mereka juga jarang bertemu karena selama hampir seminggu ini mereka mengikuti ujian nasional. Sesi pun terbagi tiga dan itu terbagi sebagai berikut;
Absen A-I sesi 1 (Juna dan Lia masuk ke sesi ini)
Absen J-Q sesi 2 (Nathan, Lentera, Genta dan Selli masuk ke sesi ini)
Absen R-Z sesi 3
Dan karena pembagian sesi ini, Juna jadi benar-benar tidak bisa menemui Lentera ataupun Selli sama sekali. Jujur, itu membuatnya lebih fokus dan tersiksa secara bersamaan. Terlebih karena Lentera menonaktifkan handphonenya selama UN.
Jadi selama seminggu ini, Genta sudah melakukan perannya sebagai mata-mata dadakan yang harus memberikan info tentang Selli dan Lentera selama disekolah. Tapi tentu saja Genta tidak benar-benar memberitahu semuanya. Ia cuma memberitahu hal yang benar-benar penting atau mendesak saja.
"Kamu abis UN ga mau main kemana gitu, Jun?" Tanya Ana yang jenuh melihat Juna di rumah.
"Tau tuh Genta lagi asik bucin" jawab Juna seadanya.
"Ajak aja lah pacar kamu" ledek Ana yang sebenarnya tau perihal status adiknya yang masih gantung.
"Yang mana?" Tanya Juna dengan kening terkerut.
Pertanyaan Juna sukses membuat Ana, Jingga dan bahkan Agung melongo.
"Emang kamu punya berapa banyak?" Tanya Ana shock.
"Ng-nggak, maksudnya kan Juna ga punya." Jawab Juna yang hampir saja menggali kuburannya sendiri.
"Ohh... Kirain punya lebih dari satu" ucap Ana sambil menepuk-nepuk dadanya. Hampir ia jantungan.
Juna cuma bisa ketawa canggung.
Setelah itu mereka membicarakan soal pertemuan dua keluarga yang akan diadakan besok. Ana yang paling antusias karena baru pertamakali merasakan pertemuan keluarga seperti ini.
Agung juga memberikan beberapa nasehat agar Jingga bisa diterima dengan baik oleh keluarga April. Sampai sejauh ini, Agung sudah melakukan pengamatan tersendiri pada calon menantunya. Dan setelah diselidiki, dia perempuan yang baik dari keluarga yang baik pula.
Ayah April pegawai kantoran biasa dan Ibu April adalah seorang guru TK. Mereka sering berpindah-pindah tempat karena ayahnya sering dipindahtugaskan ke banyak cabang kantor lain. Dan setelah mencari tau tentang banyak hal itu, barulah Agung tersadar kalau mereka pernah menjadi tetangga belasan tahun lalu. Akhirnya, karena fakta itu, Agung langsung menyetujui April tanpa pikir panjang.
Terlebih karena dulu Ajeng, ibu April, pernah ikut kursus memasak yang sama dengan Ellyana. Lalu entah bagaimana keluarga mereka bisa dekat, tapi akhirnya terpisah karena keluarga Jingga pindah rumah ke rumah yang sekarang.
"Mbak April tuh punya adek ga?" Tanya Juna yang tiba-tiba ikut terlibat dalam percakapan.
"Ga punya. Dia anak tunggal." Jawab Jingga.
Padahal Juna sudah membayangkan akan mendapat saudara baru atau bagaimana. Tapi khayalannya kandas.
Tok tok tok
Tiga orang itu langsung menoleh ke arah pintu utama.
"Tumben banget ada tamu?" Ucap Agung sambil mengerutkan dahinya.
Selaku yang termuda, Juna lah yang membukakan pintu untuk tamu itu. Begitu ia membuka pintunya, hampir saja ia pingsan saking terkejutnya.
"Hai" ucap gadis dengan kaus putih berlapis kardigan dan rok selututnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [END]
General Fiction[Ineffable Universe Phase 1] "I always grateful for everything I have. Home, job, friends- -and also you." -Pradipta Jingga Danendra
![Ineffable [END]](https://img.wattpad.com/cover/222194801-64-k680503.jpg)