14 - ANGGREK 5

444 66 0
                                        

Jingga tadi di telfon untuk cepat-cepat datang ke ruangan Mentari. Memang sih, tadi Mentari bilang mau cek dia hamil atau tidak. Jadi mungkin ia sudah tau hasilnya sekarang, makanya Jingga disuruh cepat datang.

Tapi beberapa langkah sebelum sampai di tempat Mentari, Jingga terlebih dahulu dipanggil seseorang dari belakang.

"Pak direktur!" Panggil April dengan pakaian perawatnya.

"Ah, iya? Kenapa, Pril?" Tanya Jingga sambil menoleh.

"Umm anu, saya tadi ditelfon sama pak RT. Katanya Bu Ayu pingsan pak" ucap April dengan wajah cemas.

Sempat berfikir sejenak. Namun tiba-tiba Jingga ingat Ayu mana yang dimaksud April

"Terus dia dimana sekarang?" Tanya Jingga yang ikutan cemas.

"Sekarang udah di rawat inap, Pak." Jawab April.

Ada sedikit kelegaan dalam hati Jingga. Ia cuma tidak mau Lentera sedih lagi.

"Terus kenapa kamu ngomong ke saya?" Tanya Jingga lagi

"U-umm Lentera belum tau soal ini. Saya juga ga bisa nelfon dia, nomornya ga aktif. Jadi saya fikir bapak bisa bantu saya" jawabnya takut-takut.

Jingga mengangguk.

"Saya bisa bantu kamu. Pulang sekolah saya langsung bawa dia kesini. Masih ada satu setengah jam lagi sebelum bel pulang sekolah" ucapnya.

Jingga berbalik namun ia seolah tertahan setelah gadis itu berkata "Terimakasih banyak pak"

Jingga menoleh ke arahnya "Iya sama-sama"

"Bukan cuma untuk itu. Tapi juga untuk Lentera. Terimakasih udah jagain dia di saat dia lagi berjuang untuk sembuh" ucap April dengan senyum sedih.

Jantung Jingga bak tersengat listrik. Ia terkejut bukan main.

"Maksud kamu?" Tanya Jingga dengan alis bertaut.

April menggeleng "Permisi pak" ucapnya sebelum pergi menjauh dari sana.

Berjuang untuk sembuh katanya? – batin Jingga

Namun melihat April yang nampaknya sangat sedih, ia jadi berfikir apapun maksudnya, itu pasti bukan hal baik.

Langkah jenjangnya akhirnya sampai juga di tempat tujuannya. Ruangan Mentari.

"Gimana Buwatur??" Tanya Jingga di ambang pintu.

Dilihat dari wajahnya, Mentari nampak senang.

"Positif" ucap Mentari sambil menunjukan test pack nya yang terdapat dua garis tanda bahwa ia benar-benar hamil.

"Congratz yaaaa!!!! Cie buntutnya mau nambah lagi!! Btw Daniel udah dikasih tau belom?" Jingga tersenyum bahagia

"Udah. Dia kaget juga sih, cuma ya... Gitu deh. Katanya sih dia mau balik secepatnya buat ngerayain sama orang rumah. Entar lo gw ajak deh!" Ucap Mentari sumringah.

Mentari itu dua tahun lebih muda dari Jingga, tapi soal pengalaman, Mentari itu seniornya. Makanya Jingga dan Mentari itu saling melengkapi bukan dalam artian romantis lebih tepatnya.

Jika disini ada yang berharap Mentari cerai dengan Daniel dan berpaling pada Jingga, lebih baik kalian mundur saja. Mentari bilang ia masih cukup normal untuk tidak menukarkan dunianya dengan seonggok daging bernama Jingga.

Soal cinta, Mentari jelas paling cinta suaminya. Kalau tidak cinta, mungkin Putri tidak lahir di dunia dan dia tidak mungkin sedang berbadan dua sekarang.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang