28 - PERISAI DAN SAYAP

468 65 3
                                        

Kalian tau apa yang lebih menyebalkan bagi Selli dibandingkan upacara di hari Senin?

Olahraga gabungan.

Harusnya jadwal Selli berolahraga adalah jam pertama, tapi entah setan apa yang merasuki guru Fisikanya hingga menukar jamnya hingga kelasnya harus melakukan olahraga gabungan dengan kelas IPA 1. Kelas yang benar-benar ia hindari saat ini.

Lain cerita dengan Lia yang malah semangat banget karena mau ketemu pacarnya. Apalagi muka anak IPA 1 yang cakep-cakep, udah pasti lah semua orang pada seneng.

Iya, kecuali Selli.

Tapi apa mau dikata? Secara guru Fisikanya udah kayak Kim Jongun, semua harus nurut sama dia. Jadilah kelas Selli olahraga bareng kelasnya Juna.

Penghuni kelas IPA 1 sudah bersiap duduk di lapangan saat anak-anak IPA 2 baru sampai. Tatapan Selli sengaja hanya terfokus ke ujung sepatunya agar tatapannya tidak bertemu dengan Juna.

Ia masih kecewa.

"Ya, selamat pagi anak-anak! Hari ini sesuai materi pembelajaran kita, bapak akan membagi kalian menjadi dua tim untuk bertanding basket." Pak Setya memulai pembelajaran dengan santai dan ceria seperti biasanya. "Tim akan dibagi sesuai kelas. Kelas yang menang akan mendapat nilai 90, dan yang kalah akan mendapat nilai 80!"

Setelah selesai menjelaskan teknis bermainnya, Pak Satya mulai mempersilakan anak muridnya untuk membuat tim berisi 5 orang.

"Oke, yang pertama tim putri duluan. Perwakilan tim dari IPA 1 dan 2 silahkan masuk ke lapangan!"

Mendengar perintah itu, Selli dan kawan-kawan masuk ke lapangan. Selli memang buruk dalam segi akademik, tapi urusan olahraga, dia jagonya! Bisa dibilang dia ini ace nya anak IPA 2.

Selli meregangkan otot leher dan lengannya. Dengan olahraga begini ia bisa melampiaskan emosi. Walaupun sebenarnya kelas mereka terlalu berat sebelah karena siswi-siswi IPA 1 tidak punya kemampuan sebaik siswi-siswi IPA 2.

PRIIIIIT!!!!

Pertandingan dimulai. Dari awal saja Selli sudah mencetak three point untuk kelasnya. Ia benar-benar lincah mendribble bola kesana-kemari.

Juna tidak buta. Dan dia memang daritadi memperhatikan Selli yang skillnya luar biasa untuk seukuran perempuan.

"Jago juga si Selli..." ucap Genta yang tadinya asik bucin tapi matanya tiba-tiba fokus ke Selli yang berulang kali mencetak poin.

Juna melirik sebentar lalu ia berdehem singkat sebagai respon. Padahal jika mereka sedang dalam situasi normal alias tidak sedang bertengkar mungkin Juna sudah bersorak berkali-kali.

PRIIIITTT!!! PRIIITTT!!! PRIIIITT!!!

Pak Satya meniup peluit sebagai tanda selesainya pertandingan tersebut. Kemenangan tentu saja diraih oleh kelas IPA 2 dan selisih skornya cukup besar yaitu 35-17.

"Siswi IPA 2 saya beri nilai 90 poin!" Setelah Pak Satya memberi pengumuman, Selli bolak-balik diajak high-five oleh teman-teman sekelasnya.

"Baiklah kalau begitu, silahkan perwakilan tim putra dari kedua kelas masuk ke lapangan!!" Titah sang guru.

Juna dkk masuk ke lapangan dengan sorakan histeris dari para siswi. Anehnya, siswi IPA 1 lebih memihak pada tim IPA 2 begitupun sebaliknya.

PRIIIITTT!!!!

Kalau pertandingan tadi lebih mudah diketahui hasil akhirnya, beda dengan pertandingan ini. Ambisi para lelaki untuk menjaga kehormatan memang bukan main-main. Tak jarang mereka berlaku kasar karena sudah terbawa suasana.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang