46 - AKHIR / AWAL BARU?

770 53 1
                                    

Pernikahan selalu menjadi momen paling membahagiakan untuk keluarga manapun. Tidak terkecuali keluarga Jingga. Agung, yang beberapa hari lalu memboyong anak-anaknya untuk mengunjungi makam Ellyana, nampak paling bahagia dengan senyuman plus lesung pipi yang ia wariskan pada Jingga dan Pesona. 

Melihat anaknya melangkah mendekati altar pernikahan, membuatnya mengulang segala macam kenangan selama membesarkan Jingga.

Tangisan pertama Jingga.

Kata pertama yang Jingga ucapkan.

Langkah pertama Jingga.

Dan tradisi dimana ia dan Ellyana selalu mengantar Jingga setiap memasuki jenjang pendidikan baru. Tidak pernah sekalipun mereka absen untuk mengantar Jingga.

Ia juga ingat saat Jingga menangis sewaktu kecil karena tidak punya teman. Tabiat Jingga yang pemalu memang sudah ada sejak kecil. Ia tidak pernah membuka relasi terlebih dahulu, bahkan kasusnya pun sama dengan April.

April adalah orang pertama yang mengajaknya bicara sekaligus bermain ular tangga. April tidak bisa bergaul dengan Pesona karena Pesona kecil hobinya bermain boneka, masak-masakan dan permainan lain yang sama sekali bukan kegemarannya.

"Hei kamu!"

"Iya kamu! Sini! Ayo main ulel tangga!"

April kelas 1 SD yang masih cadel mengajak Jingga anak kelas 5 SD yang kerjaannya cuma baca buku di teras rumah. Dari waktu ke waktu, memang cuma buku yang jadi teman sejati Jingga. Makanya dia punya moto hidup; If the book is a woman, I'll marry it.

"Kata ibu ga boleh belajal tiap hali! Nanti kamu cepet tua!"

Kalimat yang April lontarkan ketika Jingga menolak ajakannya bermain ular tangga.

"Tapi kalo main terus nanti peringkatku turun..."

"Ih! Kan kamu udah belajal dali hali Senin sampe Jumaaaaattt! Sabtu itu waktunya main! Minggu waktunya Geleja! Nah sekalang ayo main sama aku!"

Jingga kecil tidak pernah tau kalau gadis yang mengajaknya bermain ular tangga itu akan menjadi gadis yang sama yang mengucapkan sumpah pernikahan di hadapannya sekarang.

"I, Pradipta Jingga Danendra, take you, Aprilia Dewi Wulandari, to be my lawfully wedded wife, to have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, until death do us part." Jingga mengucapkan sumpah yang sudah ia hafal di luar kepala itu dengan senyuman dan tatapan yang tidak pernah berpaling sedikitpun dari April.

April yang gugup mendadak menjadi tenang melihat tatapan Jingga yang sejernih telaga.

"I, Aprilia Dewi Wulandari, take you, Pradipta Jingga Danendra, to be my lawfully wedded husband, to have and to hold, from this day forward, for better, for worse, for richer, for poorer, in sickness and in health, until death do us part." Dengan tenang dan mantap, April mengucapkan sumpahnya.

Di depan Tuhan, di depan hukum, dan di depan saksi yang hadir saat ini. Mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sah, yang berjanji akan selalu menemani dalam situasi dan kondisi apapun. Entah terbaik, ataupun terburuk sekalipun, mereka tidak bisa dipisahkan.

Kecupan lembut di kening April sebagai pelengkap kebahagiaannya hari ini. Akhirnya, janji yang ia anggap main-main, benar-benar terkabul.

Agung dan para Tante Jingga menangis haru. //Jangan tanya Mentari gimana, dari langkah pertama Jingga masuk Gereja aja dia udah nangis duluan// Tapi serius deh, Mentari ga pernah ada pikiran kalau pernikahan Jingga bakal se-mengharukan ini! Dia kayak bener-bener ngerasa udah hebat banget jadi temen sampe bisa nganter sohibnya itu ketemu jodohnya. Fix sih, abis ini Jingga bakal digebukin sama Mentari.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang