10 - PENAWARAN

516 80 0
                                    

Jingga keluar dari ruang operasi. Operasi kali ini berjalan lancar. Walaupun ia tadi sangat terkejut karena mendadak ada kecelakaan besar yang membuat banyak orang terluka. Ia sampai harus turun tangan di beberapa pasien.

Dan barusan adalah pasiennya yang ke empat hari ini. Pendarahannya cukup parah, untungnya persediaan darah masih banyak.

Ia menghampiri lobby resepsionis.

"Ada pasien lagi?" Tanya Jingga.

"Tidak ada, pak. Semua pasien sedang diatasi oleh dokter lainnya" jawab Acha.

Jingga mengangguk mengerti. Lalu ia kembali ke ruangannya. Namun netranya tak sengaja melihat seseorang yang masuk ke ruangan Andre. Ia sangat mengenali orang itu walaupun hanya melihat sekilas.

Itu Lentera.

Dengan gelisah, Jingga menunggu di depan ruangan Andre sampai Lentera selesai pemeriksaan.

Ia keluar seorang diri. Nampak terkejut karena melihat Jingga disana.

"Kak Jingga? Kakak kerja disini??" Tanya Lentera yang tidak bisa menyembunyikan rasa canggungnya.

"Iya. Kamu sendiri ngapain disini? Kamu sakit?" Tanya Jingga.

Lentera mengedipkan matanya beberapa kali. Lalu ia menyembunyikan map hasil pemeriksaannya di belakang tubuhnya. Hal itu sontak membuat Jingga tertawa.

"Mau kamu umpetin kayak gimana juga saya bakal tetep tau... Andre itu ahli kardiologi. It means- jantung kamu ada masalah?" Ucap Jingga

Lentera mengangguk sebentar lalu ia kembali menatap Jingga.

"Kak Jingga udah ngobrol lagi sama Juna?" Tanya Lentera dengan mata jernihnya.

Jingga menggeleng.

"Kamu harusnya tau, Arjuna bukan orang yang langsung mau diajak ngomong kalo masih marah. Entah itu berlaku buat kamu juga atau engga, tapi yang pasti dia ga bakal mau saya ajak ngobrol" ucap Jingga.

Lentera juga sebenarnya tau kepribadian Juna bagaimana. Ia juga tidak terlalu kaget saat Juna mengutarakan perasaannya kemarin. Ia sudah tau kalau Juna memang menyukainya. Tapi syukurlah mereka masih berinteraksi seperti biasa saat disekolah tadi.

"Kamu sendirian?" Tanya Jingga

"Ah, iya. Tadi abis pulang sekolah langsung kesini" jawab Lentera sambil tersenyum.

"Mau makan dulu? Kebetulan saya juga lagi jam makan siang" tawar Jingga.

Lentera mengangguk "Boleh kak"

Di sepanjang perjalanan menuju cafetaria kantin, Jingga terus mengajak Lentera berbicara. Entah karena kepribadian Lentera yang sangat easy going atau bagaimana, tapi yang jelas mereka sudah sedikit lebih santai sekarang.

Mereka memesan bakso dan jus alpukat.

"Hasil pemeriksaan kamu gimana?" Tanya Jingga sambil mengaduk baksonya yang hanya dicampur kecap karena ia tidak suka pedas.

Namun Jingga sedikit tertegun karena ia seperti tengah makan bersama Gytha. Dulu, gadis itu juga sangat menyukai pedas. Ia tidak akan berhenti mencampur sambal jika kuahnya belum merah. Dan itu juga terjadi pada Lentera.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang