29 - RAHASIA

467 64 17
                                        

Pagi itu, seperti biasanya, Selli berjalan di koridor sekolah. Kepalanya sudah tidak benjol, dan sudah tidak pening juga. Awalnya ia fikir paginya akan berjalan normal, tapi ternyata tidak.

"Selli!"

Perempuan itu menoleh dan langsung mendapati laki-laki dengan beberapa luka di wajahnya.

"Banyu? Muka lo kenapa anjir? Berantem?" Selli memekik ngeri melihat wajah Banyu yang luka-luka.

Lelaki itu menghela nafas "Gw mau minta maaf. Kemaren gw ga sengaja ngelempar bola ke lo. Sumpah gw ga sengaja! Ga ada niat sama sekali"

Selli menaikan satu alisnya "Ya udah gapapa kali! Pake minta maaf segala... Lagian gw juga gapapa kok"

"Kata dua ajudan lo gw harus minta maaf. Liat nih sampe bonyok gini!" Ucap Banyu sambil menunjuk luka berwarna keunguan itu.

"Ajudan? Gw ga punya ajudan perasaan... Siapa sih maksud lo?" Selli mengerutkan dahinya.

Banyu berdecak "Juna sama Nathan! Gila ya, udah digebukin di lapangan ditambah waktu pulang sekolah. Ga lagi-lagi dah gw main basket kalo gini ceritanya mah!"

Hati Selli langsung merasa aneh. Ia tidak tau kenapa mereka berdua bisa memukuli Banyu yang notabenenya tidak sengaja. Ia saja bahkan tidak semarah itu.

"Maafin mereka ya, emang gila tu orang dua" Selli jadi tidak enak pada Banyu.

"Ya udah lah, gw ke kelas dulu, ntar mereka liat gw ngobrol sama lo, yang ada digebukin lagi gw!" Ucap Banyu sebelum pergi.

Sepeninggal Bayu, Selli jadi memikirkan beragam alasan masuk akal kenapa mereka memukuli Banyu. Tapi apa?

Selli memasuki kelas dan langsung duduk di kursinya. Tak lama Genta datang dari arah pintu masuk. Ia membawa sekotak susu stroberi.

Dasar bucin — batin Selli.

Tapi bukannya berhenti di meja Lia, Genta malah berhenti di meja Selli. Ia memberikan susu tersebut.

"Apaan nih?" Selli mendelik.

"Ya susu lah! Masa pacul?!" Balas Genta tak kalah nyolot.

"Ya gw juga tau ini susu! Tapi ngapain ngasih ke gw?"

"Tinggal minum elah. Banyak bacot amat"

Selli mendengus. Lalu mengambil susu tersebut dan memberikannya pada Lia.

"Eh? Ini kan buat lo. Tenang aja ini bukan dari Genta kok, ga usah ngerasa ga enak sama gw." Ucap Lia yang keceplosan.

Genta melotot pada Lia.

"Terus dari siap—" sebuah nama tiba-tiba muncul di otaknya, meskipun tidak mungkin tapi satu-satunya orang yang akan menitipkan benda ini pada Genta hanya ada satu orang "—oh."

Wajah Selli berubah seram, ia menaruh susu tersebut di atas meja Lia.

"Buat lo aja. Gw benci stroberi."

Setelah itu Selli kembali ke tempat duduknya dan menaruh kepalanya di atas meja.

"Oit" panggil Genta namun Selli enggan menoleh

"Heh! Kalo dipanggil nyaut kek!"

"Ck! Apaan sih?" Selli jadi kesal dan akhirnya mengalah.

"Lu mau sampe kapan berantem mulu sama si Juna? Ga baik loh berantem lebih dari 3 hari" ucap Genta sambil ikut meminum susu yang tadinya diberikan untuk Lia.

"Kan baru dua hari!" Jawab Selli sewot.

"Ya tapi lo diem-diemannya udah mau dua Minggu, anjir! Ga kasian apa lu sama Juna?"

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang