15 - DILINDUNGI

470 67 7
                                    

Entah cuma perasaan Juna saja, atau memang semua mata menatap ke arahnya. Ah, sebenarnya tatapan itu terarah bukan murni karenanya. Tapi karena gadis di sampingnya.

Selli.

Gadis itu masih bisa mendongakkan wajahnya dan membalas tatapan orang-orang yang menatapnya. Butuh mental baja untuk melakukan hal itu. Dan Juna sedikit takjub karenanya.

"Lo ga takut jadi bahan gibahan anak-anak?" Tanya Selli.

Juna menoleh, lalu mendengus.

"Lo fikir gue sekolah cuma buat dengerin ucapan kotor mereka? Walaupun gw ga belajar, seenggaknya di sekolah gw cuma mau seneng seneng" jawab lelaki dengan rambut yang mulai panjang itu.

Biasanya Juna akan memotong rambutnya jika Lentera sudah menyuruhnya. Tapi entah karena gadis itu tidak sadar atau lupa, rambut Juna dibiarkan panjang.

Mereka masuk ke kelas Selli. Kelasnya masih ada beberapa orang. Dan semuanya langsung menatap Juna dengan tatapan menghakimi.

"Baru juga jalan bareng sama gw. Udah banyak aja yang nge-judge lo. Ini yang gw ga mau, makanya gw nolak ajakan lo tadi" lirih Selli.

Juna menatap balik orang-orang yang memandangnya penuh dengan bahan pergibahan.

"Ah, santai aja orang-orang kayak gini mah! Palingan juga terpesona ngeliat gw yang gantengnya sebelas-duabelas sama Iqbaal" ucap Juna dengan suara yang sengaja dibesarkan supaya semua orang itu bisa dengar.

Selli mengerutkan dahinya. Lalu sedetik kemudian dia tertawa.

"Lah, ngapa lu ketawa?" Tanya Juna heran.

"Aneh aja. Kok bisa sih ada orang kayak lo" jawab Selli sambil menggendong tasnya dan mendahului Juna untuk keluar.

Tapi bukannya bagaimana ya. Tawanya Selli itu cantik. Secantik orangnya.

Mereka lagi-lagi harus berjalan melalui para monster julid yang berjajar rapi seperti tengah menyambut Raja Ratu Majapahit.

"Baru kali ini gw lewat koridor berasa catwalk. Semua mata tertuju padaku" celetuk Juna yang sontak membuat Selli yang tadinya memasang wajah juteknya jadi tertawa.

"Lo ga waras ya?" Tawa Selli benar-benar pecah. Dia bahkan sudah lupa kapan terakhir kali tertawa setulus ini.

"Ga elo, ga Genta sama aja. Please ya, mana ada orang ga waras seganteng— eh! Kok kabur sih?!" Ucapan Juna terhenti karena Selli terlebih dahulu kabur ke parkiran. Namun saat diparkiran dia berhenti karena tidak tau motor Juna yang mana.

"Lo maen kabur aja, kualat baru rasa!" Omel Juna saat berhasil mengejar Selli.

"Ck ck! Ngomel mulu sih, kayak Bu Ani aja! Motor lo yang mana?" Tanya Selli sambil celingak-celinguk.

"Lo tunggu disini. Gw ambil dulu" ucap Juna sambil berjalan melenggang ke tempat motornya yang lumayan jauh. Untung Selli disuruh diam disini.

Lalu sesaat kemudian Juna datang dengan motor sport hitamnya. Ia melepas tasnya dan jaketnya. Lalu memberikan jaket itu pada Selli.

"Gw ga usah—"

"Bukan buat dipake dibadan! Lo mau paha lo dijadiin tontonan warga?" Ucap Juna dibalik helm full face nya.

Selli sempat terkesiap sebentar. Karena kalau Juna pake helm ditambah naik motor begini, aura tengilnya jadi sedikit berkurang.

"Lo amnesia apa gimana? Lupa kalo hampir semua badan gw udah jadi tontonan warga? Bahkan mungkin lo juga liat tadi" ucap Selli sambil mengangkat bahunya.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang