39 - PENSI

386 59 7
                                        

Saking seringnya Juna nginep di rumah Genta, cowok itu sampai nyimpen seragam cadangan lengkap dari Senin sampe Jumat yang ditaruh di lemarinya Genta.

Rumah lo itu rumah gw juga, kita kan soulmate! Pernah sekali Juna berkata begitu ketika Genta terus-terusan protes.

Masalahnya, rumah Juna itu dua kali lipat lebih besar daripada rumah Genta. Halaman rumah Juna bisa buat main futsal, sedangkan halaman rumah Genta cuma bisa nampung dua mobil + 1 motor ninja kesayangan Genta doang.

Kamar di rumah Genta cuma ada 3, kamar Teteh sama Aa nya, kamar Putri, sama kamar dia sendiri. Sedangkan di rumah Juna ada 7 kamar, itu pun belum keitung ruang PS dan ruangan lain yang bikin Genta suka nyasar kalo main ke rumah Juna.

Genta pernah sih nginep, 3 kali di rumah Juna. Yang pertama waktu Juna ditinggal sendirian, Yang kedua waktu Genta diomelin Mentari sampe males pulang, dan yang ketiga ga sengaja soalnya Genta ketiduran waktu dia numpang WiFi hehe.

Tapi mau segede dan selengkap apapun rumah Juna, rumah Genta adalah rumah ternyaman menurut Juna. Dan berhubung Juna juga bukan anak yang nyusahin—justru malah bantu beresin kamar Genta yang mirip kandang sapi—jadilah Genta ga keberatan soulmatenya itu nginep sesukanya.

Sewaktu Juna cerita soal kejadian dia sama Selli, Genta cuma bisa nanggepin sekenanya. Selain karena ngantuk, otak Genta juga ga bisa nerima masalah yang berat-berat, apalagi Juna dateng ga bawa apa-apa. Makin lemes lah jadinya.

Mereka baru tidur jam 3 pagi. Dan cuma tidur 3 jam, padahal hari ini ada pentas seni, dan mereka harus tampil. Entah karena efek begadang semaleman atau apa, tapi mata Juna sama Genta sama-sama ada lingkaran panda nya. Untung dua-duanya tetep ganteng sih, jadi ga terlalu ngefek apa-apa.

"Aku masih dengerin kamu teriak-teriak jam 2 pagi. Ngapain sih? Pacaran lagi?" Tanya Lia sambil menata rambut pacarnya agar cetar membahana.

"Si Juna cerita sampe pagi, mau ngusir tapi kasian tu anak, lagi banyak masalah" jawab Genta yang pasrah saja saat Lia mengotak-atik rambutnya. Toh ia yakin hasilnya akan bagus.

"Dia sama Selli udah baikan ya? Tadi pagi aku liat mereka ngobrol santai gitu"

Genta menggelengkan kepalanya "Ga ngerti. Dia tuh nyari masalah mulu. Harusnya mah satu cewek cukup, lah ini begayaan poligami."

Lia melakukan sentuhan terakhirnya dan tersenyum bangga dengan hasil tangannya.

"Kalau suatu saat kamu bosen sama aku bilang ya. Jangan langsung ninggalin." Ucap Lia dengan wajah santai seolah tidak ada dosa.

Dahi Genta langsung berkerut. Tatapannya berubah menjadi serius. Tatapan paling serius yang pernah ia lontarkan untuk Lia.

"Kok ngomongnya gitu?" Tanya Genta dengan alis tertaut.

Lia terkekeh "Ya kan cuma ngasih tau..."

Genta malah menggenggam tangan Lia dan menaruhnya di pipinya. Ia memasang tampang berfikir.

"Mukanya ga usah sok mikir gitu, ga cocok." Ucap Lia sambil menoyor dahi Genta.

"Ck— padahal baru aja mau gombal, jadi lupa kan tuh mau ngomong apa." Decak Genta sambil manyun.

"BUCIN BUCINNNNN!!!!" Ucap Selli yang baru masuk ke kelasnya. Padahal sedari pagi ia sudah datang, tapi dia tidak langsung kesini.

Percayalah, halangannya untuk masuk ke kelas itu cukup banyak. Entah Juna yang tiba-tiba mengajaknya bicara, dan ditambah Nathan yang sebenarnya diam saja, tapi tatapannya seolah bertanya-tanya. Ya akhirnya Selli terpaksa menjelaskan.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang